Suarakuningan.com – Berkumpul dengan teman dari berbagai kalangan dan bertukar pikiran mengenai banyak hal telah menjadi salah satu kebiasaan bagi masyarakat Indonesia yang terkenal dengan karakter guyubnya. Di negeri ini, bedug memiliki peranan berarti bagi kegiatan berkumpul tersebut, karena alat musik yang bersejarah tersebut kerap kali memfasilitasi berkumpulnya berbagai komunitas. Untuk itulah kompetisi Bedug Asyiiik 2015 digelar di Majalengka, tepatnya di Alun-alun Talaga kemarin (4/7). Dari enam tim yang berpartisipasi Linggar Sejahtera, Bale Gede, dan Tunas Makmur berhasil menjadi tiga tim peserta terbaik yang berasal dari Cirebon, Majalengka, dan kota-kota sekitarnya.
Eka Ahmad Syarief dari Linggar Sejahtera sebagai tim juara pertama mengekspresikan kegembiraannya menjadi pemenang Bedug Asyiiik 2015 di Majalengka, “Saya tidak menyangka akan jadi pemenang dalam kompetisi ini, tapi yang pasti saya menikmati rangkaian latihan yang kami lakukan selama persiapan. Hal tersebut membuat kami semakin belajar menghargai satu sama lain sekaligus mempererat tali pertemanan kami, sesuai dengan semangat yang dijunjung oleh Sampoerna Kretek. Apalagi kami sempat memperoleh pelatihan singkat dari Mas Gombloh dan komunitas bedugnya, yaitu Tim Rampak Bedug Si Kelap, sehingga kami bisa semakin mengharmoniskan tabuhan bedug tim kami dengan tim lainnya pada saat berkolaborasi di atas panggung.”
Sebagai pengamat seni & budaya Indonesia, Joko Gombloh, pun mengungkapkan apresiasinya terhadap penyelenggaraan Bedug Asyiiik. “Sangat membahagiakan karena ternyata tim peserta kompetisi Bedug Asyiiik ini berasal dari beragam latar belakang, dan justru bukan penabuh bedug profesional. Hal ini membuktikan bahwa tingkat kepedulian masyarakat terhadap tradisi negerinya sendiri masih tinggi, terlebih melalui instrumen bedug yang memiliki fungsi dasar sebagai penanda berkumpulnya sekelompok masyarakat untuk berbagai upacara atau perayaan. Untuk itu, saya sangat berterima kasih kepada Sampoerna Kretek yang bersedia mendukung terselenggaranya Bedug Asyiiik.”
“Dikolaborasikan dengan alat perkusi lainnya, irama bedug dengan suara khasnya yang berat dan rendah namun dapat terdengar hingga jarak yang cukup jauh ini merupakan tanda perayaan pertemanan bagi siapa pun yang hadir di Alun-alun Talaga serta semua yang mendengar tabuhannya,” tambah Gombloh.
Mengenai kriteria penilaian dalam kompetisi Bedug Asyiiik, Deden Daong sebagai salah satu juri menyampaikan, “Diperlukan kekompakan serta keindahan dan kreativitas untuk dapat tampil dengan baik dalam seni rampak bedug. Maka tak terlepas dari kriteria penilaian tersebut, Linggar Sejahtera berhasil menunjukkan semangat pertemanan mereka dalam menciptakan harmonisasi alat musik tabuh yang menghibur.”
Tidak hanya diisi dengan kompetisi bedug dan berbagai hiburan, Bedug Asyiiik di Alun-alun Talaga juga menghadirkan bedug pusaka Keraton Kanoman Cirebon yang sarat nilai sejarah bagi masyarakat Cirebon dan sekitarnya. Bedug yang sehari-harinya disimpan di gedung pusaka Keraton Kanoman ini dibuat oleh penghulu dari masjid Keraton Kanoman bersama para kaum keraton, dan sudah digunakan pada masa Sultan Anom Kanoman VIII Sultan Raja Muhammad Zulkarnaen (1873-1934). .
Dalam sejarahnya, selain sebagai penanda waktu sholat tiba, bedug tersebut juga digunakan untuk mengumpulkan para prajurit ketika akan berlatih perang dan untuk menyambut bulan Ramadhan. Hingga saat ini, bedug tersebut masih digunakan untuk acara-acara kesenian yang berlangsung di lingkungan Keraton Kanoman.
Untuk mengingatkan kembali warisan sejarah tersebut kepada masyarakat luas, bedug pusaka Keraton Kanoman diarak sepanjang jalan dari Kadipaten Majalengka hingga lokasi Bedug Asyiiik di Majalengka. Penyelenggaraan Bedug Asyiiik di Majalengka tersebut mendapat sambutan hangat dari 6.723 masyarakat dewasa yang hadir, serta ditutup oleh penampilan Doel Sumbang yang tak kalah asyik.(Rilis/red)
0 comments:
Posting Komentar
Silahkan Berkomentar...
- Harap sesuai dengan Konten
- Mohon Santun
Terimakasih Telah Memberikan Komentar.