Oleh: Hisyam Fany A R, SH. / Guru Honor)
Tulisan ini saya persembahkan bagi para pejuang data, khususon di sekolah.
Keinginan pemerintah pusat untuk memiliki data di segala sektor bidang dengan basis teknologi internet saat ini mulai terlihat realisasinya. Banyak digiatkannya Self Service Technology (SST) atau Pemanfaatan Teknologi Internet sebagai sarana pelayanan yang memungkinkan 2 pihak (pencari dan penyedia informasi) dapat saling berinteraksi dengan data.
Contoh kecil adalah Paspor Online dari Dirjen Imigrasi, Pajak/NPWP Online dari Dirjen Pajak, e-PUPNS dari BKN, Perpanjangan SIM Online dari Kepolisian Republik Indonesia, dan yang terbaru adalah SIMPATIKA (SIM PTK Kemenag RI) dari Dirjen Pendis Kementerian Agama RI yang merupakan program lanjutan dari Padamu Negeri yang dirintis oleh Kemdikbud sejak 20 Mei 2013.
Dengan pola SST ini, pemerintah mengharapkan kondisi data yang real dan update. Rakyat disini dapat berfungsi sebagai Penyedia Data, sedangkan pemerintah sebagai Pengelola Data. Rakyat dianggap sudah memahami operasional dari aplikasi-aplikasi yang disediakan sesuai fungsinya masing-masing tersebut.
Hanya saja kondisi di lapangan sangatlah jauuuuuhh berbeda dengan anggapan tersebut. Lebih khusus saya ingin mengomentari beberapa aplikasi yang seharusnya dikerjakan secara mandiri (sesuai namanya : Self Service), yaitu ePUPNS ataupun yang akan berlaku nanti yaitu SIMPATIKA.
Pertanyaan besar adalah: APAKAH APLIKASI TERSEBUT BENAR-BENAR DIOPERASIONALKAN OLEH MASING-MASING PIHAK SECARA MANDIRI ?????? Jawabannya : TIDAK !!!
Pertanyaan selanjutnya : LALU SIAPA YANG MENGERJAKANNYA ????? Jawabannya : OPERATOR !!!
Nah..nah... Tidak cukup sampai disana bos... Ada pertanyaan lanjutan : SIAPA SIH OPERATORNYA???
ROBOT ATAUKAH MANUSIA??? Jawabannya : MANUSIA !!!
Silahkan pemerintah pusat melakukan survey ke lapangan mengenai kondisi ini. SANG OPERATOR yang notabene seorang manusia ini bekerja menyediakan data yang anda butuhkan secara cepat sesuai keinginan anda. Saat yang lain pulang ke rumah untuk beristirahat setelah penat bekerja di kantor, tidak demikian dengan seorang operator. Mereka pulang ke rumah dengan membawa setumpuk pekerjaan. Ada yang mengatakan, "Salah siapa kerjaan dibawa ke rumah???"
HELLOOOOO...... Anda pikir kerjaannya bisa beres saat bel pulang kantor???? Anda pikir di kantor ada jaringan internet yang mantap??? Anda pikir kami di kantor ga ada kerjaan laen?????? Anda pikir.................. ampunnnn dah !!!!
Tetapi beruntunglah,.... tanggung jawab yang dibebankan itu selalu saja dikerjakan dengan tuntas oleh mereka...!!!
Jadi menurut saya tidak tepat dikatakan SELF SERVICE TECHNOLOGY.... Lebih tepatnya OPERATOR SERVICE TECHNOLOGY (OST).
WHAT NEXT??? Ya.... tentunya yang diatas tidak boleh tutup mata akan hal ini. Tidak mungkin anda tidak mengetahui kondisi real ini di lapangan. Atau...jangan-jangan anda jarang ke lapangan???
Langkah kongkret apa donk sebagai solusi dari permasalahan ini??
Anda bisa saja membuatkan SURAT EDARAN, SURAT KEPUTUSAN atau SURAT SAKTI apalah gitu... yang dalam isinya tertuang “sedikit” saja penghargaan untuk mereka Para Pejuang Data Sekolah (Operator).
Catatan :
Perlu di garis bawahi disini bahwa “Jabatan” Operator Sekolah di dominasi oleh para Tenaga Honorer yang mana honornya sangat tidak manusiawi.
Penulis sempat berfikir logis : “Jika saja ada PAGUYUBAN OPERATOR SEKOLAH, maka mereka akan lebih kuat dari Organisasi PGRI. Karena saat mereka STOP bekerja, maka DATA pun akan STOP.” ***
(Disadur dari tulisan pribadi penulis)
Tulisan ini saya persembahkan bagi para pejuang data, khususon di sekolah.
Keinginan pemerintah pusat untuk memiliki data di segala sektor bidang dengan basis teknologi internet saat ini mulai terlihat realisasinya. Banyak digiatkannya Self Service Technology (SST) atau Pemanfaatan Teknologi Internet sebagai sarana pelayanan yang memungkinkan 2 pihak (pencari dan penyedia informasi) dapat saling berinteraksi dengan data.
Contoh kecil adalah Paspor Online dari Dirjen Imigrasi, Pajak/NPWP Online dari Dirjen Pajak, e-PUPNS dari BKN, Perpanjangan SIM Online dari Kepolisian Republik Indonesia, dan yang terbaru adalah SIMPATIKA (SIM PTK Kemenag RI) dari Dirjen Pendis Kementerian Agama RI yang merupakan program lanjutan dari Padamu Negeri yang dirintis oleh Kemdikbud sejak 20 Mei 2013.
Dengan pola SST ini, pemerintah mengharapkan kondisi data yang real dan update. Rakyat disini dapat berfungsi sebagai Penyedia Data, sedangkan pemerintah sebagai Pengelola Data. Rakyat dianggap sudah memahami operasional dari aplikasi-aplikasi yang disediakan sesuai fungsinya masing-masing tersebut.
Hanya saja kondisi di lapangan sangatlah jauuuuuhh berbeda dengan anggapan tersebut. Lebih khusus saya ingin mengomentari beberapa aplikasi yang seharusnya dikerjakan secara mandiri (sesuai namanya : Self Service), yaitu ePUPNS ataupun yang akan berlaku nanti yaitu SIMPATIKA.
Pertanyaan besar adalah: APAKAH APLIKASI TERSEBUT BENAR-BENAR DIOPERASIONALKAN OLEH MASING-MASING PIHAK SECARA MANDIRI ?????? Jawabannya : TIDAK !!!
Pertanyaan selanjutnya : LALU SIAPA YANG MENGERJAKANNYA ????? Jawabannya : OPERATOR !!!
Nah..nah... Tidak cukup sampai disana bos... Ada pertanyaan lanjutan : SIAPA SIH OPERATORNYA???
ROBOT ATAUKAH MANUSIA??? Jawabannya : MANUSIA !!!
Silahkan pemerintah pusat melakukan survey ke lapangan mengenai kondisi ini. SANG OPERATOR yang notabene seorang manusia ini bekerja menyediakan data yang anda butuhkan secara cepat sesuai keinginan anda. Saat yang lain pulang ke rumah untuk beristirahat setelah penat bekerja di kantor, tidak demikian dengan seorang operator. Mereka pulang ke rumah dengan membawa setumpuk pekerjaan. Ada yang mengatakan, "Salah siapa kerjaan dibawa ke rumah???"
HELLOOOOO...... Anda pikir kerjaannya bisa beres saat bel pulang kantor???? Anda pikir di kantor ada jaringan internet yang mantap??? Anda pikir kami di kantor ga ada kerjaan laen?????? Anda pikir.................. ampunnnn dah !!!!
Tetapi beruntunglah,.... tanggung jawab yang dibebankan itu selalu saja dikerjakan dengan tuntas oleh mereka...!!!
Jadi menurut saya tidak tepat dikatakan SELF SERVICE TECHNOLOGY.... Lebih tepatnya OPERATOR SERVICE TECHNOLOGY (OST).
WHAT NEXT??? Ya.... tentunya yang diatas tidak boleh tutup mata akan hal ini. Tidak mungkin anda tidak mengetahui kondisi real ini di lapangan. Atau...jangan-jangan anda jarang ke lapangan???
Langkah kongkret apa donk sebagai solusi dari permasalahan ini??
Anda bisa saja membuatkan SURAT EDARAN, SURAT KEPUTUSAN atau SURAT SAKTI apalah gitu... yang dalam isinya tertuang “sedikit” saja penghargaan untuk mereka Para Pejuang Data Sekolah (Operator).
Catatan :
Perlu di garis bawahi disini bahwa “Jabatan” Operator Sekolah di dominasi oleh para Tenaga Honorer yang mana honornya sangat tidak manusiawi.
Penulis sempat berfikir logis : “Jika saja ada PAGUYUBAN OPERATOR SEKOLAH, maka mereka akan lebih kuat dari Organisasi PGRI. Karena saat mereka STOP bekerja, maka DATA pun akan STOP.” ***
(Disadur dari tulisan pribadi penulis)
0 comments:
Posting Komentar
Silahkan Berkomentar...
- Harap sesuai dengan Konten
- Mohon Santun
Terimakasih Telah Memberikan Komentar.