Menjadikan kelas 3B sebagai kelas model di MI Al-Ikhlas yang merupakan salah satu tugas saya dalam pengabdian program Sekolah Literasi Indonesia yang digagas oleh Yayasan Pendidikan Dompet Dhuafa. Sekolah yang berlokasi di kampung Gunung Putri desa Sukatani Kecamatan Pacet kabupaten Cianjur ini, akan bersama saya selama setahun ini.
Sudah kurang lebih dua bulan berada di kaki gunung ini, membuat saya terbiasa dengan cuaca dingin, walaupun kedinginan akan selalu menyapa setiap waktu.
Berada dikelas 3B ini, menunjukan lagi kepada saya bahwa menjadi guru itu menyenangkan dengan segala tantangannya. Karakter anak yang berbeda-beda, kegemaran yang berbeda-beda, juga latar belakang keluarga yang berbeda-beda menjadikan saya harus lebih dekat dengan mereka agar mengetahui anak-anak ini seperti apa, sehingga ketika mengajar saya dapat mengambil langkah yang tepat berdasarkan hasil pendekatan emosional bersama mereka.
Karakter mereka yang pendiam, pemalu, ceria, an periang menyatu didalam kelas. Kadang ada seperti ketakutan terhadap satu orang siswa karena dianggap dia yang paling tua dan memang dia sering membuat onar didalam kelas. Kebanyakan dari siswa siswi ini sering takut an bahkan kadang menjauh dengan siswa tersebut, namun beda halnya dengan Rifki.
Siswa laki-laki yang berumur kurang lebih 9 tahun ini mampu bergaul dengan dia. Rifki sosok anak kecil yang mewakili semua karakter anak ada didirinya. Dia sosok yang periang, lucu, kadang juga jail ini, juga tak kalah dengan siswa cerdas lainnnya. Rifki adalah siswa satu dari kelima siswa laki-laki dikelas itu yang paling menonjol dalam pengetahuannya.
Dia yang senang bermain, sering jahil kepada teman-temannya bahkan ketika siswa laki-laki lain bermain di dalam kelas, dia pun bermain, namun dia akan duduk manis ketika saya menjelaskan pelajaran, dia yang akan paling pertama mengumpulkan ketika disuruh menulis. Dia tidak membatasi bergaul dengan siswa lainnya, beda dengan beberapa siswa yang hanya bergaul dengan itu-itu saja.
Dia yang selalu dipercaya untuk menjadi ketua kelompok ketika saya membuat mereka menjadi beberapa bagian kelompok, dengan sigap dia menunjukan sikap kepemimpinannya dengan cara mendengarkan betul ketika ketua kelompok saya suruh maju dan saya memberikan beberapa arahan untuk dilaksanakan. Kelompok dia selalu tepat dengan apa yang saya perintahkan.
Rifki yang berwajah imut dan sering tersenyum ini, membuat saya jatuh hati pada siswa ini. Dimana ketika teman-temannya akan asik dengan bermain-main bahkan kadang-kadang mereka bertengkar, namun Rifki akan senang dirinya untuk membaca.
Ya, ketika saya memberikan perhatian khusus kepada beberapa temannya yang belum bisa membaca, lalu saya ajarkan membaca dimeja saya, dengan segera Rifki akan duduk disamping anak-anak yang sedang saya ajarkan membaca itu lalu dia pun ikut membaca.
Pernah suatu kali ketika waktu istirahat, dia asik membaca dikala teman yang lainnya pergi jajan dan bermain. Saya hampiri dan bertanya “Rifki ga jajan?” dia pun langsung menjawab dengan senyum terlebih dahulu “ngga bu, saya sedang asik membaca.”
Bangga melihatnya seperti itu, lalu dengan penasaran saya tanyakan kenapa Rifki asik atau senang membaca, lalu dia menjawab yang membuat saya tertegun “daripada jajan lebih baik baca, Bu! Saya mau jadi orang sukses Bu. Kan Ibu pernah bilang kalau mau sukses harus rajin membaca. Betul kan Bu?”
Lalu saya membalasnya dengan senyuman. Itu mengingatkan saya ketika saya pernah minta anak-anak untuk membuat surat ke orangtuanya. Banyak diantara mereka yang minta didoakan untuk menjadi orang yang sukses, termasuk Rifki. Lalu saya berujar apabila mereka ingin sukses harus rajin membaca, karena akan banyak ilmu yang didapatkan, kalau kalian sukses orantua pasti akan bangga dan senang.
Ya, mudah-mudahan semua muridku akan rajin membaca. “Rifki, tetaplah menjadi murid yang menyenangkan untuk teman dan gurunya.” ***
Penulis:
Benning Rizahra (Kuningan, Jawa Barat)
Guru Konsultan Sekolah Literasi Yayasan Pendidikan Dompet Dhuafa
Sudah kurang lebih dua bulan berada di kaki gunung ini, membuat saya terbiasa dengan cuaca dingin, walaupun kedinginan akan selalu menyapa setiap waktu.
Berada dikelas 3B ini, menunjukan lagi kepada saya bahwa menjadi guru itu menyenangkan dengan segala tantangannya. Karakter anak yang berbeda-beda, kegemaran yang berbeda-beda, juga latar belakang keluarga yang berbeda-beda menjadikan saya harus lebih dekat dengan mereka agar mengetahui anak-anak ini seperti apa, sehingga ketika mengajar saya dapat mengambil langkah yang tepat berdasarkan hasil pendekatan emosional bersama mereka.
Karakter mereka yang pendiam, pemalu, ceria, an periang menyatu didalam kelas. Kadang ada seperti ketakutan terhadap satu orang siswa karena dianggap dia yang paling tua dan memang dia sering membuat onar didalam kelas. Kebanyakan dari siswa siswi ini sering takut an bahkan kadang menjauh dengan siswa tersebut, namun beda halnya dengan Rifki.
Siswa laki-laki yang berumur kurang lebih 9 tahun ini mampu bergaul dengan dia. Rifki sosok anak kecil yang mewakili semua karakter anak ada didirinya. Dia sosok yang periang, lucu, kadang juga jail ini, juga tak kalah dengan siswa cerdas lainnnya. Rifki adalah siswa satu dari kelima siswa laki-laki dikelas itu yang paling menonjol dalam pengetahuannya.
Dia yang senang bermain, sering jahil kepada teman-temannya bahkan ketika siswa laki-laki lain bermain di dalam kelas, dia pun bermain, namun dia akan duduk manis ketika saya menjelaskan pelajaran, dia yang akan paling pertama mengumpulkan ketika disuruh menulis. Dia tidak membatasi bergaul dengan siswa lainnya, beda dengan beberapa siswa yang hanya bergaul dengan itu-itu saja.
Dia yang selalu dipercaya untuk menjadi ketua kelompok ketika saya membuat mereka menjadi beberapa bagian kelompok, dengan sigap dia menunjukan sikap kepemimpinannya dengan cara mendengarkan betul ketika ketua kelompok saya suruh maju dan saya memberikan beberapa arahan untuk dilaksanakan. Kelompok dia selalu tepat dengan apa yang saya perintahkan.
Rifki yang berwajah imut dan sering tersenyum ini, membuat saya jatuh hati pada siswa ini. Dimana ketika teman-temannya akan asik dengan bermain-main bahkan kadang-kadang mereka bertengkar, namun Rifki akan senang dirinya untuk membaca.
Ya, ketika saya memberikan perhatian khusus kepada beberapa temannya yang belum bisa membaca, lalu saya ajarkan membaca dimeja saya, dengan segera Rifki akan duduk disamping anak-anak yang sedang saya ajarkan membaca itu lalu dia pun ikut membaca.
Pernah suatu kali ketika waktu istirahat, dia asik membaca dikala teman yang lainnya pergi jajan dan bermain. Saya hampiri dan bertanya “Rifki ga jajan?” dia pun langsung menjawab dengan senyum terlebih dahulu “ngga bu, saya sedang asik membaca.”
Bangga melihatnya seperti itu, lalu dengan penasaran saya tanyakan kenapa Rifki asik atau senang membaca, lalu dia menjawab yang membuat saya tertegun “daripada jajan lebih baik baca, Bu! Saya mau jadi orang sukses Bu. Kan Ibu pernah bilang kalau mau sukses harus rajin membaca. Betul kan Bu?”
Lalu saya membalasnya dengan senyuman. Itu mengingatkan saya ketika saya pernah minta anak-anak untuk membuat surat ke orangtuanya. Banyak diantara mereka yang minta didoakan untuk menjadi orang yang sukses, termasuk Rifki. Lalu saya berujar apabila mereka ingin sukses harus rajin membaca, karena akan banyak ilmu yang didapatkan, kalau kalian sukses orantua pasti akan bangga dan senang.
Ya, mudah-mudahan semua muridku akan rajin membaca. “Rifki, tetaplah menjadi murid yang menyenangkan untuk teman dan gurunya.” ***
Penulis:
Benning Rizahra (Kuningan, Jawa Barat)
Guru Konsultan Sekolah Literasi Yayasan Pendidikan Dompet Dhuafa
0 comments:
Posting Komentar
Silahkan Berkomentar...
- Harap sesuai dengan Konten
- Mohon Santun
Terimakasih Telah Memberikan Komentar.