Oleh AR Affandi
Pemalas takkan puas/ bila hidupnya tak pernah diatas
Bermimpi dapat hati seorang puteri secantik bidadari
Oh..Sayang / semua hanya angan
Oh sayang../ hanya di impian
Gapailah bintang / di angkasa
Raihlah mimpi / dengan pasti
Harusnya maju, panta ng mundur
Dan jangan suka tidur..
Ayo bangun.....ayo bangun.....!
Suarakuningan.com - SaLeMbUr adalah sebuah wadah belajar bermain teater bagi siswa-siswi SMP PGRI Ciawigebang. Didirikan tahun 1998 oleh AE Sudiana, salah seorang manusia [teater] SADO pertama yang ingin menularkan virus sastra kepada peserta didiknya. AE Sudiana juga lah yang membuat saya jatuh cinta pada teater. Di SaLeMbUr saya banyak belajar dan mencuri ilmu dari AE Sudiana. Beliau sendiri menamakan SaLeMbUr ini adalah ‘ teater belajar dan tempat untuk belajar teater ’ Dalam perkembangannya, AE Sudiana harus meninggalkan SaLeMbUr karena berpindah tugas ke SMPN 2 Japara.
Seperti sudah digariskan Tuhan, SaLeMbUr dipertemukan lagi dengan manusia SADO lainnya. D Ipung Kusmawi hadir menggantikan AE Sudiana, melanjutkan pembelajaran ragam karakter, dialog dan improvisasi dalam seni peran. Meski tersekat batas kemampuan, SaLeMbUr hidup dari panggung-panggung acara perpisahan, api unggun dan hajatan guru-guru. SaLeMbUr telah menjadi icon yang melekat pada tubuh SMP PGRI Ciawigebang. SaLeMbUr saat itu telah menjadi magnet yang menarik peserta didik sekolah dasar di wilayah Ciawigebang untuk merapat ke SMP PGRI Ciawigebang.
Sayangnya, D Ipung Kusmawi tidak bertahan lama di SMP PGRI Ciawigebang. Ia memutuskan untuk pindah ke SMAN Beber Kabupaten Cirebon. SaLeMbUr seperti kehilangan kompas, kehilangan jati diri. SaLeMbUr menjadi liar tak tentu arah, kemudian berdiri mematung tersumbat lelah.
Meski tertatih, SaLeMbUr tetap berjalan. Jatuh bangun ia mencari jati diri. bosan dengan kabaret / drama musikal, SaLeMbUr merambah ke dunia Film. Tahun 2003 SaLeMbUr menggarap produksi film pertama bertajuk Mawar Terakhir di Kaki Bukit untuk Festival Film Independen Indonesia SCTV, meski hanya masuk 40 nominasi Film terbaik. Film ini cukup memberi warna baru dalam kehidupan SaLeMbUr hingga di-remake tahun 2009. Namun setelah itu seperti mencapai antiklimaks, SaLeMbUr mengalami fase hidup segan mati tak mau.
16 tahun lebih SaLeMbUr mati suri. Kini ia menggeliat bangun dengan satu tujuan mempertahankan hidup. Memilih naskah Kabayan Lara karya D Ipung Kusmawi yang menjadi naskah wajib latihan SaLeMbUr untuk dipentaskan adalah sebuah pilihan yang tepat ketika pada saat yang bersamaan tangan-tangan kekuasaan tengah memperdaya dan ingin merebut apa yang telah kita miliki selama ini. Tepatnya 16 April 2016 di halaman Balai Desa Pamijahan SaLeMbUr menggelar pertunjukan teater untuk anak-anak desa! Tanpa dibayar dan penghargaan apapun selain tawa bahagia anak-anak penikmatnya!
Kabayan Lara berkisah tentang Kabayan ( Sifa Erlangga ) yang sedang kehilangan Iteung (Nurul Badriah) kekasihnya yang hilang tanpa jejak. Karena kemalasannya, Kabayan hanya bisa meratapi dan menyalahkan keadaan. Ia tidak berusaha mencari, yang ia lakukan hanya tidur dan tidur. Sebab tidur menurutnya adalah bagian hidup yang tidak bisa dipisahkan dari dirinya. Ini gambaran masyarakat sekarang, yang ‘tidur’ dan hanya bisa menyalahkan tanpa mampu berbuat suatu untuk mewujudkan apa yang mereka inginkan. Masyarakat yang hanya mampu menyalahkan pemimpinnya ketika bencana datang, padahal bencana melanda akibat perbuatan masyarakat itu sendiri
Saat tertidur, Kabayan didatangi dua mahluk yang bernama Kunta ( Dian Herdiana ) dan Kunti ( Octavia Sinatra ) yang kemudian menyadarkan Kabayan dari rasa malasnya, menyadarkan bahwa untuk mencapai tujuan itu tidaklah mudah, butuh pengorbanan. Terburu-buru dan tanpa perhitungan yang matang juga tidak akan menyelesaikan masalah. Mari kita lihat, masih banyak orang Indonesia yang asal melahap berita tanpa cross check mencari tahu kebenarannya. Media terlalu banyak ditunggangi oleh berbagai macam kepentingan, dan masyarakat dengan senang hati menikmati tanpa mencernanya terlebih dahulu. Inilah masa dimana kebenaran dianggap sebuah kesalahan, dan kesalahan dianggap sebagai sebuah kebenaran. Semua orang sudah tidak lagi mencari kebenaran, yang mereka buru hanya pembenaran.
Dengan Bantuan Kunta dan Kunti, Kabayan pada akhirnya bisa melawan rasa malas itu. Mereka bertiga mampu mendatangi kerajaan Goa Malas yang dikuasai raksasa ( Lusi Anggraeni ) yang menculik Iteung. Ada sisipan kepedulian lingkungan dalam adegan ini. Saat raja menanyakan pada pengawalnya ( Irmayanti ) tentang “ Memangnya masih ada leuweung ( hutan ) di alam manusia ?). Sindiran yang cukup menohok, saat Indonesia kehilangan beratus-ratus hektar hutan karena ilegal loging dan pembakaran hutan. Hutan kini sudah berpindah ke kota yang kini disebut taman atau ruang terbuka hijau. Hutan buatan yang membuat manusia-manusia penghuni sebelumnya tergusur dari habitatnya.
Meski pada akhirnya Kabayan harus menerima kenyataaan Iteung disihir oleh Raksasa jahat dan menikah dengannya. Kabayan tetap sudah berusaha, takdir yang menentukkan semuanya.
Mari bercermin dari kisah ini, nikmati pantulannya yang akan menelanjangi diri kita sendiri.***
Kabayan Lara Naskah Karya : D Ipung Kusmawi
Sutradara : Dede Taofiq Rahman
Astrada : Bara Pratama
Penata Kostum dan Panggung : M Fariz Baihaqy
Property : Toni Sugiarto
Penata Make Up : Kusmiyati
Penata musik : AR Affandi
Pemain :
Sifa Erlangga – Kabayan
Nurul Badriah – Iteung
Dian Herdiana – Kunta
Octavia Sinatra – Kunti
Lusi Anggraeni – Raja Raksasa
Aas Astuti – Pengawal 1
Irmayanti – Pengawal 2
Suci Lestari – Pengawal 3
Penulis: Raff/Kontributor
0 comments:
Posting Komentar
Silahkan Berkomentar...
- Harap sesuai dengan Konten
- Mohon Santun
Terimakasih Telah Memberikan Komentar.