Rossiana panggilan akrabnya, mengatakan bahwa SRIT berbentuk sekolah satu atap untuk SD, SMP, dan SMA dengan siswa berjumlah 104 orang. Model pembelajaran di SRIT dengan di tanah air terutama sekolah-sekolah mitra USAID PRIORITAS di Indonesia tidak jauh berbeda. Guru dan pembelajarannya aktif, banyak karya siswa yang dipajangkan di kelas, ada sudut baca di setiap kelas, dan guru menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran. Hanya saja para guru kurang terupdate dengan perkembangan di tanah air.
“Rasanya gemes ingin segera menyentuh lagi dengan berbagai ilmu yang saya dapatkan dari USAID PRIORITAS. SDM disini bagus dan bersemangat. Mereka perlu di update dengan hal-hal terkini dan bermakna yang sedang berkembang di tanah air,“ kata Rossiana yang telah enam bulan mendapat tugas dari Kemendikbud menjadi kepala sekolah di SRIT.
Semua guru sejumlah 15 orang dari 3 jenjang mengikuti dengan antusias, senang, dan sangat aktif. Materi mengambil modul praktik yang baik dalam pembelajaran dengan materi pembelajaran kontekstual, memahami kurikulum, melayani perbedaan individu dalam pembelajaran, pertanyaan tingkat tinggi dan membuat lembar kerja sehingga siswa menjadi produktif dan kreatif, penilaian autentik, serta persiapan dan praktik mengajar. Rossiana menjadi fasilitator untuk pelatihan ini.
Hal yang seru adalah bagaimana kerja sama para guru dari Indonesia harus menjelaskan pada guru pengajar bahasa Inggris, Teresa Harrow dan Sensei Yukiko guru bahasa Jepang. Kedua guru native pun sangat anstusias dan aktif mengikuti. Bahkan ada satu guru yang belum pulih benar dari operasi memaksa ikut pelatihan melalui video streaming. Ternyata para guru di SRIT sangat merindukan upgrading hal-hal yang terkait dengan pembelajaran.
“Selama saya mengajar di SRIT, baru dapatkan pelatihan seperti ini. Saya bisa contoh cara ibu Rossi dalam memfasilitasi pelatihan. Awalnya saya sulit mengerti, tetapi dengan melakukannya saya memahami. Saya senang sekali,” ungkap Sensi Yukiko Toyota, guru bahasa Jepang yang sudah mengajar 30 tahun dengan bahasa Indonesia yang terbata-bata.
Guru bahasa Indonesia Rina Pujaningsih, sangat senang mengikuti pelatihan tersebut. “Saya sudah pernah mendapatkan pelatihan, tetapi materi yang pas, praktis, dan membuat saya bersemangat, ya yang ini.
Pelatihannya tidak teoritis, tapi langsung dipraktikkan. Menurut saya, pelatihan ini mengobati lapar dan dahaga cara yang baik dalam mengajar. Arigatou, “katanya dengan sedikit campur bahasa Jepang.
“Kami mengapresiasi upaya peningkatan kapasitas guru dengan pelatihan di sekolah karena lebih efektif, tepat sasaran karena benar-benar dilaksanakan berdasarkan kebutuhan guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran,” kata Ibu Alinda Firtriyani Atase Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia di Tokyo mengapresiasi upaya yang dilakukan Rossiana. (DS/USAID PRIORITAS/Red)
0 comments:
Posting Komentar
Silahkan Berkomentar...
- Harap sesuai dengan Konten
- Mohon Santun
Terimakasih Telah Memberikan Komentar.