Sukun – Praktik pengalaman lapangan (PPL) mengajar mahasiswa calon guru di sekolah, merupakan salah satu fase penting untuk memberikan bekal pengalaman mengajar yang baik bagi mahasiswa. Mahasiswa calon guru perlu mendapat bekal pengalaman mengajar yang baik dengan didampingi dan dibimbing secara kolaboratif oleh dosen pembimbing lapangan (DPL) dan guru pamong (GP).
“USAID PRIORITAS bersama-sama dengan para pengelola PPL memandang perlunya peningkatan peran efektif DPL dan guru pamong dalam melakukan pembimbingan pada para mahasiswa praktikan. Selama ini, komunikasi antara DPL, guru pamong dan mahasiswa praktikan masih cenderung searah dan kurang intensif, sehingga pemantauan progress kemampuan mengajar praktikan kurang komprehensif. Pelatihan ini diharapkan bisa memberikan masukan alternatif untuk pembimbingan,” jelas Ajar Budi Kuncoro, Senior Manager for University Stakeholder and Coordination USAID PRIORITAS di sela-sela acara Pelatihan Nasional Dosen Pembimbing Lapangan dan Guru Pamong untuk meningkatkan praktik pengalaman lapangan (PPL) mahasiswa lembaga pendidikan tenaga kependidikan (LPTK), di Yogyakarta, Rabu (20/7).
“USAID PRIORITAS bersama-sama dengan para pengelola PPL memandang perlunya peningkatan peran efektif DPL dan guru pamong dalam melakukan pembimbingan pada para mahasiswa praktikan. Selama ini, komunikasi antara DPL, guru pamong dan mahasiswa praktikan masih cenderung searah dan kurang intensif, sehingga pemantauan progress kemampuan mengajar praktikan kurang komprehensif. Pelatihan ini diharapkan bisa memberikan masukan alternatif untuk pembimbingan,” jelas Ajar Budi Kuncoro, Senior Manager for University Stakeholder and Coordination USAID PRIORITAS di sela-sela acara Pelatihan Nasional Dosen Pembimbing Lapangan dan Guru Pamong untuk meningkatkan praktik pengalaman lapangan (PPL) mahasiswa lembaga pendidikan tenaga kependidikan (LPTK), di Yogyakarta, Rabu (20/7).
Menurut Rektor Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Prof Dr Rachmat Wahab, guru harus menjadi model yang utuh bagi siswa. Untuk menjadi model yang utuh, seorang guru bukan hanya dituntut mampu mengajar tapi juga harus bisa mengintegrasikan antara otak dan hati. Integrasi otak dan hati harus dilatihkan dan dipraktikkan terus-menerus. Oleh karena itu, kolaborasi dan komunikasi antara DPL, guru pamong dan mahasiswa praktikan sangat diperlukan.
“Saya sangat mendukung dan mengapresiasi kegiatan yang dilakukan USAID PRIORITAS ini karena sangat relevan dengan penyiapan calon guru oleh LPTK sehingga nantinya benar-benar bisa menjadi guru profesional sebagai model yang utuh bagi siswa,” lanjut Rachmat.
Kegiatan pelatihan tiga hari ini dihadiri oleh para dosen pembimbing lapangan, perwakilan dari 16 LPTK dan guru pamong yang berasal dari 7 provinsi mitra USAID PRIORITAS. Dalam acara ini, para dosen dan guru pamong mendapatkan pelatihan menulis jurnal reflektif, melakukan konferensi pembimbingan mahasiswa, melakukan observasi sekolah dan ruang kelas, serta praktik pendampingan mengajar terbimbing dan mengajar mandiri dalam PPL.
“Program ini tantangan awal untuk membawa kolaborasi dosen, guru pamong, dan mahasiswa untuk melaksanakan program PPL yang efektif, yang dikembangkan dan dipraktikkan secara bersama," kata Lynne Hill, Adviser Teaching and Learning USAID PRIORITAS.
Dr Tatat Hartati, dosen Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), menjelaskan bahwa acara pelatihan yang dilakukan USAID PRIORITAS dapat menjadi refleksi dan acuan pelaksanaan kegiatan PPL, baik bagi dosen maupun guru pamong. “Perlu ada pendampingan dan komitmen dari institusi sekolah dan LPTK untuk melihat apakah mahasiswa calon guru benar-benar melaksanakan yang sudah diterima dalam perkuliahan. PPL ini bukan hanya berguna bagi mahasiswa calon guru, tapi juga bagi sekolah karena mahasiswa mempraktikkan pembelajaran aktif terbaru dan belajar bersama guru pamong untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah,” papar Tatat.
Alphian Sahruddin, guru pamong SDN Kompleks IKIP I Makassar, menjelaskan bahwa kegiatan pelatihan yang mempertemukan dosen dan guru menciptakan sebuah forum pertemuan informasi dan memberikan solusi aplikatif untuk masalah PPL yang dihadapi di lapangan. Menurut Alphian, salah satu masalah yang sering terjadi di lapangan adalah miskomunikasi antara pihak kampus dan sekolah. “Melalui acara ini, terjadi sharing antara DPL dan guru pamong yang memiliki scope kerja masing-masing. Selain itu, permasalahan yang dihadapi daerah lain bisa dipelajari untuk menyelesaikan masalah yang ada di daerah sendiri,” kata Alphian.
Lilis Widiawati, guru pamong SDN Sukarasa 34 Gegerkalong Bandung, menyebut pelatihan ini meyadarkannya mengenai cara membantu mahasiswa melakukan PPL di sekolahnya. “Ada pendekatan dan langkah-langkah yang perlu saya tempuh sebagai guru pamong untuk membantu mahasiswa mengoptimalkan proses PPL,” ujar Lilis. [AH/DS]
“Saya sangat mendukung dan mengapresiasi kegiatan yang dilakukan USAID PRIORITAS ini karena sangat relevan dengan penyiapan calon guru oleh LPTK sehingga nantinya benar-benar bisa menjadi guru profesional sebagai model yang utuh bagi siswa,” lanjut Rachmat.
Kegiatan pelatihan tiga hari ini dihadiri oleh para dosen pembimbing lapangan, perwakilan dari 16 LPTK dan guru pamong yang berasal dari 7 provinsi mitra USAID PRIORITAS. Dalam acara ini, para dosen dan guru pamong mendapatkan pelatihan menulis jurnal reflektif, melakukan konferensi pembimbingan mahasiswa, melakukan observasi sekolah dan ruang kelas, serta praktik pendampingan mengajar terbimbing dan mengajar mandiri dalam PPL.
“Program ini tantangan awal untuk membawa kolaborasi dosen, guru pamong, dan mahasiswa untuk melaksanakan program PPL yang efektif, yang dikembangkan dan dipraktikkan secara bersama," kata Lynne Hill, Adviser Teaching and Learning USAID PRIORITAS.
Dr Tatat Hartati, dosen Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), menjelaskan bahwa acara pelatihan yang dilakukan USAID PRIORITAS dapat menjadi refleksi dan acuan pelaksanaan kegiatan PPL, baik bagi dosen maupun guru pamong. “Perlu ada pendampingan dan komitmen dari institusi sekolah dan LPTK untuk melihat apakah mahasiswa calon guru benar-benar melaksanakan yang sudah diterima dalam perkuliahan. PPL ini bukan hanya berguna bagi mahasiswa calon guru, tapi juga bagi sekolah karena mahasiswa mempraktikkan pembelajaran aktif terbaru dan belajar bersama guru pamong untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah,” papar Tatat.
Alphian Sahruddin, guru pamong SDN Kompleks IKIP I Makassar, menjelaskan bahwa kegiatan pelatihan yang mempertemukan dosen dan guru menciptakan sebuah forum pertemuan informasi dan memberikan solusi aplikatif untuk masalah PPL yang dihadapi di lapangan. Menurut Alphian, salah satu masalah yang sering terjadi di lapangan adalah miskomunikasi antara pihak kampus dan sekolah. “Melalui acara ini, terjadi sharing antara DPL dan guru pamong yang memiliki scope kerja masing-masing. Selain itu, permasalahan yang dihadapi daerah lain bisa dipelajari untuk menyelesaikan masalah yang ada di daerah sendiri,” kata Alphian.
Lilis Widiawati, guru pamong SDN Sukarasa 34 Gegerkalong Bandung, menyebut pelatihan ini meyadarkannya mengenai cara membantu mahasiswa melakukan PPL di sekolahnya. “Ada pendekatan dan langkah-langkah yang perlu saya tempuh sebagai guru pamong untuk membantu mahasiswa mengoptimalkan proses PPL,” ujar Lilis. [AH/DS]
0 comments:
Posting Komentar
Silahkan Berkomentar...
- Harap sesuai dengan Konten
- Mohon Santun
Terimakasih Telah Memberikan Komentar.