SuaraKuningan.com – Pendidikan di Indonesia baru – baru ini mengalami penurunan kualitas yang dipengaruhi oleh berbagai macam budaya modren yang semakin menggurita tak terkontrol dari berbagai aspek, salah satu contoh adalah dibidang teknologi, internet yang mudah diakses tidak dapat terkontrol dari semua golongan.
Sehingga generasi muda saat ini memanfaatkannya menjadi satu akses yang dapat mempermudah segala hal. Jika kita lihat dari segi positifnya, generasi muda indonesia tidak lagi sulit untuk belajar mengenai segala hal yang ada didalam negeri maupun luar negeri, dapat mengasesnya dimanapun dan kapanpun tanpa harus mencari sumber dari bukupun internet menjadi media pendidikan yang jelas dan akurat.
Dan jika kita lihat dari segi negatifnya, generasi muda berpendidikan yang ada diindonesia saat ini mengalami degradasi mental yang menukik tajam karena dipengaruhi budaya moderen yang memudahkan segala kegiatan menjadi praktis, dari mempengaruhi aktifitas sehari – hari menjadi malas dan cenderung lupa akan budaya indonesia sendiri.
Kepala Sub Bagian Tata Usaha Kementrian Agama Kuningan H. Yusron Kholid, M,Si. yang sekaligus mantan guru ditemui Mang Sukun di Kantornya, Senin (15/8) mengungkapkan, tidak boleh guru melakukan tindakan – tindakan diluar kepatutan, sekalipun niat guru memberikan hukuman dalam rangka mendidik, tetapi ketika berlebihan itu akan dipersoalkan.
“Saya ini mantan guru, saya juga tukang bela diri, dan termasuk juga gemar olah raga, dan saya tidak pernah melakukan tidankan kekerasan kepada siswa, sekalipun anak itu menjengkelkan, dan alhamdulilah saya juga pernah didaulat menjadi guru teladan, karena memang saya tidak pernah melakukan itu”, kata Yusron.
Terkait memang adanya pengeroyokan guru oleh siswa, Lanjut Yusron. Saya tidak mentolelir itu, ketika siswa telah dititipkan dilembaga pendidikan dan diberi kepercyaan penuh, tinggal kita sebagai orang tua juga turut andil dalam memantau melalui komite. Dan komite tersebut menurut pendapat Yusron, Bagusnya tidak sekedar hanya membicarakan seberapa besar anggaran yang harus dimusyawarahkan dengan orang tua, tetapi juga dapat menjalin hubungan sharing agar aspek – aspek non teknis yang berkaitan dengan pendakatan, tata cara, dan keteladanan guru itu juga menjadi kewajiban komite untuk memantaunya.
Yusron menghibau, kepada pihak guru juga harus senan tiasa melakukan pendakatan kepada siswa, dan bekerja ekstra dalam hal tersebut, salah satu contohnya yaitu dengan melakukan kegiatan agama agar lebih optimal dalam segi spiritual, dan juga dapat diperbanyak lagi dari aktifitas ekstrakulikuler. Sehingga natinya anak akan diingatkan dengan kebiasaan – kebiasaan yang berahlakulkarimah. (RDI)
Sehingga generasi muda saat ini memanfaatkannya menjadi satu akses yang dapat mempermudah segala hal. Jika kita lihat dari segi positifnya, generasi muda indonesia tidak lagi sulit untuk belajar mengenai segala hal yang ada didalam negeri maupun luar negeri, dapat mengasesnya dimanapun dan kapanpun tanpa harus mencari sumber dari bukupun internet menjadi media pendidikan yang jelas dan akurat.
Dan jika kita lihat dari segi negatifnya, generasi muda berpendidikan yang ada diindonesia saat ini mengalami degradasi mental yang menukik tajam karena dipengaruhi budaya moderen yang memudahkan segala kegiatan menjadi praktis, dari mempengaruhi aktifitas sehari – hari menjadi malas dan cenderung lupa akan budaya indonesia sendiri.
Kepala Sub Bagian Tata Usaha Kementrian Agama Kuningan H. Yusron Kholid, M,Si. yang sekaligus mantan guru ditemui Mang Sukun di Kantornya, Senin (15/8) mengungkapkan, tidak boleh guru melakukan tindakan – tindakan diluar kepatutan, sekalipun niat guru memberikan hukuman dalam rangka mendidik, tetapi ketika berlebihan itu akan dipersoalkan.
“Saya ini mantan guru, saya juga tukang bela diri, dan termasuk juga gemar olah raga, dan saya tidak pernah melakukan tidankan kekerasan kepada siswa, sekalipun anak itu menjengkelkan, dan alhamdulilah saya juga pernah didaulat menjadi guru teladan, karena memang saya tidak pernah melakukan itu”, kata Yusron.
Terkait memang adanya pengeroyokan guru oleh siswa, Lanjut Yusron. Saya tidak mentolelir itu, ketika siswa telah dititipkan dilembaga pendidikan dan diberi kepercyaan penuh, tinggal kita sebagai orang tua juga turut andil dalam memantau melalui komite. Dan komite tersebut menurut pendapat Yusron, Bagusnya tidak sekedar hanya membicarakan seberapa besar anggaran yang harus dimusyawarahkan dengan orang tua, tetapi juga dapat menjalin hubungan sharing agar aspek – aspek non teknis yang berkaitan dengan pendakatan, tata cara, dan keteladanan guru itu juga menjadi kewajiban komite untuk memantaunya.
Yusron menghibau, kepada pihak guru juga harus senan tiasa melakukan pendakatan kepada siswa, dan bekerja ekstra dalam hal tersebut, salah satu contohnya yaitu dengan melakukan kegiatan agama agar lebih optimal dalam segi spiritual, dan juga dapat diperbanyak lagi dari aktifitas ekstrakulikuler. Sehingga natinya anak akan diingatkan dengan kebiasaan – kebiasaan yang berahlakulkarimah. (RDI)
0 comments:
Posting Komentar
Silahkan Berkomentar...
- Harap sesuai dengan Konten
- Mohon Santun
Terimakasih Telah Memberikan Komentar.