SuaraKuningan.com - sebagian khalayak mengenalnya sebagai Kota Wali, memiliki segudang kompleksitas pendidikan yang tidak jauh berbeda dengan kabupaten/ kota lainnya di Provinsi Jawa Barat. Angka melek huruf di kabupaten Cirebon cukup memprihatinkan.
Kabupaten Cirebon masuk dalam tiga besar sebagai daerah yang memiliki tingkat buta aksara terbanyak se-Jawa Barat. Hal ini tentunya menjadi perhatian khusus dari Dinas Pendidikan sebagai leading sector bidang pendidikan di Kabupaten Cirebon.
Pada saat acara pembukaan pelatihan Buku Bacaan Berjenjang (B3) di gugus Cakra Buana, H. Surya, Kepala UPT Pendidikan kecamatan Mundu, mengungkapkan bahwa langkah yang dilakukan oleh USAID Prioritas dengan menggulirkan program B3 tersebut sudah sangat tepat dan selaras serta dapat mendulang angka melek huruf di Kabupaten Cirebon.
“Kegiatan ini menjadi semacam stimulan bagi kami. Tentunya kegiatan seperti ini harus menyebar ke gugus lain,” ujarnya.
Komitmen tersebut dibuktikan dengan diikutsertakannya 10 orang peserta dari 4 Sekolah Dasar yang tidak mendapatkan bantuan dalam pelatihan Buku Bacaan Berjenjang di gugus Cakra Buana.
Sementara itu, Ketua PGRI kecamatan Mundu, Drs. Nidomudin, mengungkapkan bahwa program-program yang dilaksanakan pemerintah dalam rangka meningkatkan minat baca siswa terus dilakukan. Salahsatunya adalah program perlombaan Membaca, Menulis dan Menghitung (Calistung).
“Tentu saja program tersebut saja tidak akan cukup, maka dari itu kami sangat terbuka terhadap lembaga-lembaga non-pemerintah untuk mensinergiskan program di kabupaten Cirebon” katanya.
“USAID kami maknai sebagai Untung Saja Ada Inisiatif Donor,” kelakarnya.
Kegiatan pelatihan Buku Bacaan Berjenjang di gugus Cakra Buana di fasilitasi oleh 2 orang Fasilitator Daerah USAID Prioritas. Pelatihan diikuti oleh 39 orang peserta yang merupakan perwakilan dari 6 SD dan 2 MI sasaran penerima bantuan program Buku Bacaan Berjenjang.
Pada hari pertama peserta dikenalkan materi tentang Membaca Berimbang. Selanjutnya peserta digiring untuk memahami materi-materi tentang Membaca Bersama dan Membaca Terbimbing. Pelatihan dilaksanakan dengan metode yang sangat partisipatif dan peserta terlihat sangat antusias dalam mengikuti pelatihan.
Pada hari kedua, peserta diajak untuk membahas tentang bagaimana cara melakukan pengelolaan Buku Bacaan Berjenjang dan bagaimana mempraktikkan Membaca Bersama dan Membaca Terbimbing.
Selanjutnya Fasilitator menjelaskan tentang Membaca Mandiri dengan tujuan untuk melihat sejauh mana kemampuan siswa dalam membaca sehingga dapat memilih buku yang tepat bagi siswa tersebut. Membaca buku yang tidak sesuai dengan kemampuan siswa akan menimbulkan rasa malas pada siswa untuk membaca buku.
Dalam Membaca Mandiri, guru menggunakan teknik 5 jari untuk mengukur kemampuan membaca anak. Yang di maksud dengan teknik 5 jari ini adalah jika siswa membaca buku dalam 1 halaman mengalami kesalahan sebanyak 5 kali, maka buku yang dibaca oleh siswa tersebut terlalu berat.
Guru berusaha untuk memilihkan buku yang sesuai dengan tingkat pemahaman siswa terhadap buku tersebut. “Tidak terlalu mudah, tidak juga terlalu sulit,” tutur Aripin.(DS/USAID/Rilis/Red)
Pada hari pertama peserta dikenalkan materi tentang Membaca Berimbang. Selanjutnya peserta digiring untuk memahami materi-materi tentang Membaca Bersama dan Membaca Terbimbing. Pelatihan dilaksanakan dengan metode yang sangat partisipatif dan peserta terlihat sangat antusias dalam mengikuti pelatihan.
Pada hari kedua, peserta diajak untuk membahas tentang bagaimana cara melakukan pengelolaan Buku Bacaan Berjenjang dan bagaimana mempraktikkan Membaca Bersama dan Membaca Terbimbing.
Selanjutnya Fasilitator menjelaskan tentang Membaca Mandiri dengan tujuan untuk melihat sejauh mana kemampuan siswa dalam membaca sehingga dapat memilih buku yang tepat bagi siswa tersebut. Membaca buku yang tidak sesuai dengan kemampuan siswa akan menimbulkan rasa malas pada siswa untuk membaca buku.
Dalam Membaca Mandiri, guru menggunakan teknik 5 jari untuk mengukur kemampuan membaca anak. Yang di maksud dengan teknik 5 jari ini adalah jika siswa membaca buku dalam 1 halaman mengalami kesalahan sebanyak 5 kali, maka buku yang dibaca oleh siswa tersebut terlalu berat.
Guru berusaha untuk memilihkan buku yang sesuai dengan tingkat pemahaman siswa terhadap buku tersebut. “Tidak terlalu mudah, tidak juga terlalu sulit,” tutur Aripin.(DS/USAID/Rilis/Red)
0 comments:
Posting Komentar
Silahkan Berkomentar...
- Harap sesuai dengan Konten
- Mohon Santun
Terimakasih Telah Memberikan Komentar.