SuaraKuningan.com - Pada acara puncak Peringatan Hari Jadi Kuningan ke-518 di ruang sidang gedung DPRD Kuningan 1 September 2016 kemarin, acara berjalan dengan lancar. Pembacaan sejarah dan urutan daftar bupati yang ditunggu-tunggu pun dihiasi wajah sumringah bupati yang tengah menjabat dan juga bupati-bupati sebelumnya.
Masih banyak bupati Kuningan di masa lalu yang tidak tercatat, bahkan tidak dikenal sama sekali oleh pemerintah daerah dan masyarakat Kuningan. Umumnya, bupati-bupati yang terlupakan itu adalah para bupati yang hidup di masa penjajahan Belanda.
Informasi mengenai banyaknya bupati Kuningan yang terlupakan ini, tidak disengaja ditemukan oleh Mang Sukun saat tengah bertandang ke kediaman sejarawan Kuningan, Tendi, di Desa Andamui, Kecamatan Ciwaru.
Putra pituin Kuningan yang merupakan alumni Intercultural Leadership Camp di Victoria University of Wellington ini berkisah mengenai sejarah Kuningan, dengan menunjukkan sumber-sumber sejarah berbahasa Belanda yang dimilikinya.
“Sejak dibentuk sebagai sebuah afdeeling en regentschap van Cheribon (kabupaten Karesidenan Cirebon) pada tahun 1819 oleh pemerintah kolonial Belanda, Kabupaten Kuningan telah memiliki sekitar 10 atau 11 bupati,” ia memulai percakapan dengan menjawab sebuah pertanyaan tentang jumlah bupati yang pernah memimpin Kuningan.
Jumlah bupati yang disebutkan oleh pria yang masih mengikuti program doktoral ilmu sejarah di Universitas Indonesia ini sangat masuk akal, apabila dibandingkan dengan jumlah bupati yang tercantum dalam catatan resmi pemerintah kabupaten yang ada di laman (kuningankab.go.id).
Dalam situs resmi pemerintah kabupaten, bupati Kuningan yang ada di zaman Belanda hanyalah R. Brata Adiningrat, Doejeh Brataamidjaja, R. Dali Soejanataatmadja, R. Moch. Achmad dan R. Umar Said. Jumlah tersebut tidak sebanding dengan jangka waktu pembentukan kabupaten yang telah berlangsung 123 tahun, sejak tahun 1819 (Hardjasaputra, 2006).
“Saya mendapatkan jumlah 10 atau 11 itu dari pelbagai macam sumber tertulis berbahasa Belanda. Memang belum saya sisir semua secara kronologis dari tahun 1819 - 1860 karena alasan akses yang terbatas pada sumber-sumber itu, tapi insya Allah jumlah yang saya sebutkan tadi itu dapat dipertanggungjawabkan,” ungkapnya melanjutkan pembicaraan kami.
“Bupati Kuningan yang berhasil saya catat, yang paling awal adalah Raden Tumenggung Warga Diredja. Kemungkinan besar, dia ini adalah sosok Bupati Kuningan yang pertama,” lanjutnya sambil menunjukkan nama orang menak tersebut ke Mang Sukun dalam sebuah buku berjudul Staats Almanak berangka tahun terbit 1821.
Selain nama Warga Diredja, pria yang menghabiskan masa mudanya belajar agama di Pondok Pesantren Al-Ikhlash Ciawilor ini juga menyebutkan nama-nama bupati Kuningan lain yang ternyata tidak ada dalam buku-buku sejarah Kuningan, seperti Brata Madenda, Suria Diningrat, Denda Negara, Adi Redja, Suriatanu Dibrata, dan Suria Diredja.
Jika merujuk pada sumber-sumber sejarah tersebut, seharusnya pemerintah kabupaten segera melakukan kajian historis yang mendalam agar nama dan kiprah seluruh bupati Kuningan di masa lalu bisa dicatat kembali dalam lembaran sejarah daerah, sehingga kemudian sejarah yang ada akan bersifat lebih komprehensif dan tidak akan ada lagi nama bupati yang terlupakan oleh masyarakatnya.
"Saya apreasi pihak Pemkab lewat salah satu berita di media cetak, bahwa Disparbud tengah meneliti makam-makam yang diduga adalah makam bupati-bupati Kuningan," pungkasnya.(Red)
"Saya apreasi pihak Pemkab lewat salah satu berita di media cetak, bahwa Disparbud tengah meneliti makam-makam yang diduga adalah makam bupati-bupati Kuningan," pungkasnya.(Red)
0 comments:
Posting Komentar
Silahkan Berkomentar...
- Harap sesuai dengan Konten
- Mohon Santun
Terimakasih Telah Memberikan Komentar.