Penulis: Ahmad Ropii
Jangan sepelekan sengatannya yang bisa mengakibatkan tubuh yang selama ini kita jaga berubah menjadi menakutkan seperti monster atau alien! Akan tumbuh benjolan-benjolan yang menakutkan disekitar lipatan paha atau ketiak dan kaki bahkan di sekitar bagian sensitif kita, maukah? Tentu tidak bukan? Sengatan hantu sepuluh huruf itu yang tidak lain tidak bukan adalah PILARIASIS atau lebih dikenal dengan sebutan penyakit kaki gajah itu sebenarnya bisa kita cegah. Ada penangkalnya.
Bagaimanakah caranya?
Seiring dengan mewabahnya Pilariasis, Pemerintah Republik Indonesia telah melaksanakan pembagian obat untuk mencegah si kaki besar secara masal yang salah satunya dilaksanakan di Kabupaten Kuningan tercinta ini, karena ternyata Kuningan sudah dikategorikan sebagai Daerah Endemis Pilariasis.
Seiring dengan mewabahnya Pilariasis, Pemerintah Republik Indonesia telah melaksanakan pembagian obat untuk mencegah si kaki besar secara masal yang salah satunya dilaksanakan di Kabupaten Kuningan tercinta ini, karena ternyata Kuningan sudah dikategorikan sebagai Daerah Endemis Pilariasis.
Filariasis sebagai Ancaman
Kenapa dijadikan sebuah ancaman??? Karena filariasis atau Kaki Gajah atau Kaki Besar merupakan penyakit menular menahun, disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan melalui nyamuk.
Penyakit ini menimbulkan kecacatan menetap, stigma sosial, hambatan psikologis menurunkan kwalitas SDM dan menimbulkan kerugian ekononomi. Bagi siapapun yang terdampak atau bahkan terjangkit penyakit ini semasa hidupnya akan terganggu seluruh aktifitasnya apalagi yang sudah parah. Disini cacat menetap secara definitif ialah seseorang yang secara fisiologi mengalami perubahan tidak wajar, ciri khas penyakit ini ialah terdapat benjolan di bagian lipatan-lipatan seperti di lipatan paha atau ketiak bahkan di area-area sensitif.
Pencegahan Dengan Tanpa Obat
Perlu kita bahas kembali bahwa filariasis ini merupakan penyakit yang perantaranya disebabkan oleh nyamuk. Lebih parahnya hampir semua jenis nyamuk bisa menularkanya, jadi cara yang sederhana untuk upaya pencegahanya kita perangi dulu nyamuknya atau bisa dengan cara membasmi dan menjaga lingkungan kita terbebas dari sarang serta melindungi kita dari serangan nyamuk, yaitu:
1. Mengubur barang-barang bekas, menguras bak mandi minimal seminggu sekali.
2. Perhatikan sekitar rumah jika ada air yang menggenang jangan dibiarkan namun buang.
3. Disela-sela rumah dan belakang lemari es sering dibersihkan.
4. Jangan banyak baju yang menggantung dirumah.
5. Bila perlu ranjang dikamar pakai kelambu dll.
Apa Reaksi Masyarakat Kuningan Terkait Program Ini???
Sekali lagi perlu kita camkan bahwa program pemberian obat secara cuma-cuma atau lebih dikenal dengan nama Bulan Eliminasi Kaki Gajah (BELKAGA) oleh pemerintah ini merupakan langkah nyata upaya pemerintah dalam rangka mencegah penyakit filariasis di Indonesia dan terkhusus bagi wilayah endemis, salah satu wilayah endemis nya ialah Kabupaten Kuningan.
Nah pertanyaannya apakah masyarakat kuningan mau secara rutin setahun sekali meminum obat ini? Seperti kita ketahui obat filariasis sudah di bagikan sejak tahun 2015 yang lalu dan terhitung saat ini sudah dua kali pemeberian di Kabupaten Kuningan sendiri.
Menurut informasi yang didapat dari salah satu kader kesehatan Desa Babatan Kecamatan Kadugede yang merupakan wilayah kerja Puskesmas Kadugede, bahwa reaksi awal yang berada di wilayah Kuningan selatan tepatnya di Kecamatan Kadugede sendiri, animo 2015 dan 2016 itu perbedaanya sangat jomplang sekali.
Pada tahun 2015 animo masyarakat Kecamatan Kadugede sangat tinggi, namun pada tahun 2016 ternyata menjadi sangat minim. Bahkan pos pembagian obat sangat sepi pengunjung.
Diprediksikan keadaan ini terjadi salah satunya disebabkan karena di tahun yang lalu masyarakat yang minum obattersebut mengalami efek samping semisal mual muntah dll, padahal tenaga kesehatan sudah memberikan informasi bahwa keadaan seperti itu biasa terjadi dan hal lumrah. Namun apa daya tanggapan masyarakat lain, banyak masyarakat yang seolah kapok dan enggan untuk meminum obat itu lagi.
Alhasil sebagian besar obat dititipkan kepada yang hadir untuk diserahkan ke tetangganya dan saudara-saudaranya, ada juga kader desa yang langsung dor to dor mengantarkan obatnya rumah ke rumah.
Menurut salah seorang kader Pos Yandu obat yang dijajap ini bukan satu atau dua tapi hampir lebih dari 50 persennya.
Siapa yang Salah?
Nah melihat situasi tersebut siapakah yang akan kita salahkan? Apa Pemda yang dalam hal ini adalah Dinas Kesehatan? Bisa, karena kurang sosialisasi kepada masyarakat. Pendekatanya kurang efektif. Mereka kurang melakukan strategi promosi kesehatan yang massif dan kreatif yang menitikberatkan informasi bahwa obat ini penting. Mereka hanya menjalankan tugas yang penting tugas selesai membagikan obat, tanpa serius cara meyakinkan masyarakat bahwa obat ini penting untuk diminum.
Tapi apakah bijak hanya menyalahkan pihak tertentu. Bukankah kita juga sebagai masayarakat juga salah, Mengapa kita menyepelekan padahal kitalah yang akan merasakan akibatnya jika tidak minum obatnya, pemerintah sudah berupaya namun kita tidak sadar, mereka berfikir bahwa saya sehat jadi untuk apa minum obat.
Oleh karena itu, Ayo sahabat, teman dan seluruh keluarga Indonesia khususnya di Kabupaten Kuningan. Mari suskseskan Bulan Elimminasi Kaki Gajah (BELKAGA) yang merupakan program nyata pemerintah untuk mencegah terjadinya kasus filariasis lebih meluas di Kuningan.
Yang sudah dapat obatnya dan belum diminum, segeralah diminum dan jangan lupa Bulan oktober tahun depan akan ada kembali edisi ke-3 BELKAGA di Kuningan. Mari kita lawan Hantu Sepuluh Huruf. Mari kita wujudkan Kuningan Sehat Tanpa Filariasis.***
Ahmad Ropii, Mahasiswa Semester 7 Program Studi Kesehatan Masyarakat, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan
Kenapa dijadikan sebuah ancaman??? Karena filariasis atau Kaki Gajah atau Kaki Besar merupakan penyakit menular menahun, disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan melalui nyamuk.
Penyakit ini menimbulkan kecacatan menetap, stigma sosial, hambatan psikologis menurunkan kwalitas SDM dan menimbulkan kerugian ekononomi. Bagi siapapun yang terdampak atau bahkan terjangkit penyakit ini semasa hidupnya akan terganggu seluruh aktifitasnya apalagi yang sudah parah. Disini cacat menetap secara definitif ialah seseorang yang secara fisiologi mengalami perubahan tidak wajar, ciri khas penyakit ini ialah terdapat benjolan di bagian lipatan-lipatan seperti di lipatan paha atau ketiak bahkan di area-area sensitif.
Pencegahan Dengan Tanpa Obat
Perlu kita bahas kembali bahwa filariasis ini merupakan penyakit yang perantaranya disebabkan oleh nyamuk. Lebih parahnya hampir semua jenis nyamuk bisa menularkanya, jadi cara yang sederhana untuk upaya pencegahanya kita perangi dulu nyamuknya atau bisa dengan cara membasmi dan menjaga lingkungan kita terbebas dari sarang serta melindungi kita dari serangan nyamuk, yaitu:
1. Mengubur barang-barang bekas, menguras bak mandi minimal seminggu sekali.
2. Perhatikan sekitar rumah jika ada air yang menggenang jangan dibiarkan namun buang.
3. Disela-sela rumah dan belakang lemari es sering dibersihkan.
4. Jangan banyak baju yang menggantung dirumah.
5. Bila perlu ranjang dikamar pakai kelambu dll.
Apa Reaksi Masyarakat Kuningan Terkait Program Ini???
Sekali lagi perlu kita camkan bahwa program pemberian obat secara cuma-cuma atau lebih dikenal dengan nama Bulan Eliminasi Kaki Gajah (BELKAGA) oleh pemerintah ini merupakan langkah nyata upaya pemerintah dalam rangka mencegah penyakit filariasis di Indonesia dan terkhusus bagi wilayah endemis, salah satu wilayah endemis nya ialah Kabupaten Kuningan.
Nah pertanyaannya apakah masyarakat kuningan mau secara rutin setahun sekali meminum obat ini? Seperti kita ketahui obat filariasis sudah di bagikan sejak tahun 2015 yang lalu dan terhitung saat ini sudah dua kali pemeberian di Kabupaten Kuningan sendiri.
Menurut informasi yang didapat dari salah satu kader kesehatan Desa Babatan Kecamatan Kadugede yang merupakan wilayah kerja Puskesmas Kadugede, bahwa reaksi awal yang berada di wilayah Kuningan selatan tepatnya di Kecamatan Kadugede sendiri, animo 2015 dan 2016 itu perbedaanya sangat jomplang sekali.
Pada tahun 2015 animo masyarakat Kecamatan Kadugede sangat tinggi, namun pada tahun 2016 ternyata menjadi sangat minim. Bahkan pos pembagian obat sangat sepi pengunjung.
Diprediksikan keadaan ini terjadi salah satunya disebabkan karena di tahun yang lalu masyarakat yang minum obattersebut mengalami efek samping semisal mual muntah dll, padahal tenaga kesehatan sudah memberikan informasi bahwa keadaan seperti itu biasa terjadi dan hal lumrah. Namun apa daya tanggapan masyarakat lain, banyak masyarakat yang seolah kapok dan enggan untuk meminum obat itu lagi.
Alhasil sebagian besar obat dititipkan kepada yang hadir untuk diserahkan ke tetangganya dan saudara-saudaranya, ada juga kader desa yang langsung dor to dor mengantarkan obatnya rumah ke rumah.
Menurut salah seorang kader Pos Yandu obat yang dijajap ini bukan satu atau dua tapi hampir lebih dari 50 persennya.
Siapa yang Salah?
Nah melihat situasi tersebut siapakah yang akan kita salahkan? Apa Pemda yang dalam hal ini adalah Dinas Kesehatan? Bisa, karena kurang sosialisasi kepada masyarakat. Pendekatanya kurang efektif. Mereka kurang melakukan strategi promosi kesehatan yang massif dan kreatif yang menitikberatkan informasi bahwa obat ini penting. Mereka hanya menjalankan tugas yang penting tugas selesai membagikan obat, tanpa serius cara meyakinkan masyarakat bahwa obat ini penting untuk diminum.
Tapi apakah bijak hanya menyalahkan pihak tertentu. Bukankah kita juga sebagai masayarakat juga salah, Mengapa kita menyepelekan padahal kitalah yang akan merasakan akibatnya jika tidak minum obatnya, pemerintah sudah berupaya namun kita tidak sadar, mereka berfikir bahwa saya sehat jadi untuk apa minum obat.
Oleh karena itu, Ayo sahabat, teman dan seluruh keluarga Indonesia khususnya di Kabupaten Kuningan. Mari suskseskan Bulan Elimminasi Kaki Gajah (BELKAGA) yang merupakan program nyata pemerintah untuk mencegah terjadinya kasus filariasis lebih meluas di Kuningan.
Yang sudah dapat obatnya dan belum diminum, segeralah diminum dan jangan lupa Bulan oktober tahun depan akan ada kembali edisi ke-3 BELKAGA di Kuningan. Mari kita lawan Hantu Sepuluh Huruf. Mari kita wujudkan Kuningan Sehat Tanpa Filariasis.***
Ahmad Ropii, Mahasiswa Semester 7 Program Studi Kesehatan Masyarakat, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan
0 comments:
Posting Komentar
Silahkan Berkomentar...
- Harap sesuai dengan Konten
- Mohon Santun
Terimakasih Telah Memberikan Komentar.