Suarakuningan.com – Pemerintah daerah Kab. Kuningan melalui Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga terus mendorong sekolah untuk mensukseskan program gerakan literasi sekolah yang di dalamnya terdapat budaya membaca. Sebagai bagian dari komitmen Kabupaten Pendidikan, gerakan literasi sekolah atau GLS salah satu kegiatannya adalah sekolah-sekolah menerapkan budaya membaca bagi semua warga sekolah, termasuk guru dan kepala sekolah.
Apalagi hal ini sesuai dengan Permendikbud nomor 23 tahun 2015 yang mengamanahkan membaca 15 menit sebelum pelajaran dimulai dan program membaca harus masuk ke dalam program sekolah. Di Kab. Kuningan sendiri, sudah banyak sekolah yang melaksanakan program literasi sekolah, salah satunya adalah SMPN 2 Sindangagung.
“Kami sangat mengapresiasi sekolah-sekolah di Kab. Kuningan yang telah melaksanakan program membaca 15 menit sebelum pelajaran dimulai, terlebih jika program tersebut mendapatkan dukungan dari komite sekolah dan orang tua siswa, ini menjadi semangat kami untuk terus mendorong sekolah-sekolah lainnya membuat program literasi sekolah” ujar Drs. Suharso, M.Pd Kabid Pendidikan Dasar Disdikpora Kuningan, ketika ditemui di sela aktifitasnya di kantor, selasa (22/11).
Kepala SMPN 2 Garawangi, Edi Rohandi, M.M.Pd, ketika ditemui di ruang kerjanya, senin (21/11), mengatakan bahwa gerakan literasi sekolah yang mencakup kegiatan pembiasaan membaca dan menulis tersebut berjalan karena dukungan luar biasa dari seluruh warga sekolah.
”Beberapa sekolah yang sudah menerapkan budaya baca memang merupakan mitra USAID PRIORITAS, tetapi kami yang bukan mitra USAID PRIORITAS juga ingin melaksanakan program budaya membaca dengan mencontoh sekolah mitra USAID PRIORITAS, apalagi kegiatan ini di dukung oleh seluruh warga sekolah, mulai dari orang tua, guru sampai siswa” ungkapnya.
Programkan Koran Masuk Kelas
Edi menambahkan, bahwa untuk mengembangkan program literasi sekolah salah satunya melalui penyediaan bahan bacaan yang cukup bagi anak-anak, salah satunya adalah melalui program koran masuk kelas ”kami beserta seluruh warga sekolah terus berbenah untuk mensukseskan program literasi ini. Anak-anak dan bapak ibu guru harus dibiasakan dalam membaca buku dan koran masuk kelas, semua demi kemajuan sekolah” ujarnya.
Keberhasilan dalam mengembangkan program koran masuk kelas ini, tidak lepas dari dukungan para guru yang ada di sekolah sekolah, mereka mendukung agar program membaca semakin beragam dengan kehadiran koran masuk kelas.
Dari pengamatan, setiap kelas yang dikunjungi nampak berjejer rapi koran-koran sebagai bacaan di sudut baca. Nampak para siswa aktif membaca koran di sela-sela jam istirahat. Terkadang koran tersebut juga menjadi bahan pembelajaran bagi siswa.
”Koran tersebut, selain untuk bahan bacaan juga dikembangkan menjadi bahan pembelajaran para siswa, ketika mereka butuh maka koran bisa digunakan sebagai sumber belajar, sangat efektif sekali” ujar Ayiep Rosidin, salah seorang guru.
Program koran masuk kelas yang telah berjalan sejak bulan Juni 2016 ini menjangkau semua kelas yang berjumlah 15 rombongan belajar. Tekhnis pembagiannya melalui guru yang piket pada hari tersebut, pagi-pagi sekali guru piket tersebut merapikan koran, lalu segera mendistribusikan ke semua kelas.
Ditanya bagaimana kiat keberhasilan budaya membaca dan program koran masuk kelas, Edi Rohandi mengatakan bahwa semuanya berjalan lancar karena berkat dukungan semua pihak ”semua berjalan baik karena keteladanan guru dan staf sekolah mencontoh membaca buku dan koran, sehingga anak-anak di dalam kelaspun asyik membaca koran yang telah disediakan oleh sekolah” pungkasnya. (Ahmad Syaiful Bahri/USAIDPrioritasKng/Red)
Programkan Koran Masuk Kelas
Edi menambahkan, bahwa untuk mengembangkan program literasi sekolah salah satunya melalui penyediaan bahan bacaan yang cukup bagi anak-anak, salah satunya adalah melalui program koran masuk kelas ”kami beserta seluruh warga sekolah terus berbenah untuk mensukseskan program literasi ini. Anak-anak dan bapak ibu guru harus dibiasakan dalam membaca buku dan koran masuk kelas, semua demi kemajuan sekolah” ujarnya.
Keberhasilan dalam mengembangkan program koran masuk kelas ini, tidak lepas dari dukungan para guru yang ada di sekolah sekolah, mereka mendukung agar program membaca semakin beragam dengan kehadiran koran masuk kelas.
Dari pengamatan, setiap kelas yang dikunjungi nampak berjejer rapi koran-koran sebagai bacaan di sudut baca. Nampak para siswa aktif membaca koran di sela-sela jam istirahat. Terkadang koran tersebut juga menjadi bahan pembelajaran bagi siswa.
”Koran tersebut, selain untuk bahan bacaan juga dikembangkan menjadi bahan pembelajaran para siswa, ketika mereka butuh maka koran bisa digunakan sebagai sumber belajar, sangat efektif sekali” ujar Ayiep Rosidin, salah seorang guru.
Program koran masuk kelas yang telah berjalan sejak bulan Juni 2016 ini menjangkau semua kelas yang berjumlah 15 rombongan belajar. Tekhnis pembagiannya melalui guru yang piket pada hari tersebut, pagi-pagi sekali guru piket tersebut merapikan koran, lalu segera mendistribusikan ke semua kelas.
Ditanya bagaimana kiat keberhasilan budaya membaca dan program koran masuk kelas, Edi Rohandi mengatakan bahwa semuanya berjalan lancar karena berkat dukungan semua pihak ”semua berjalan baik karena keteladanan guru dan staf sekolah mencontoh membaca buku dan koran, sehingga anak-anak di dalam kelaspun asyik membaca koran yang telah disediakan oleh sekolah” pungkasnya. (Ahmad Syaiful Bahri/USAIDPrioritasKng/Red)
0 comments:
Posting Komentar
Silahkan Berkomentar...
- Harap sesuai dengan Konten
- Mohon Santun
Terimakasih Telah Memberikan Komentar.