suarakuningan.com - Ditengah isu adanya kemungkinan ancaman UNESCO mencabut registrasi Angklung yang konon dikarenakan "tidak berkembangnya" angklung nasional, kegiatan-kegiatan berkenaan alat musik angklung bisa menjadi bantahan pada UNESCO.
"Kalau kita tidak mengenal sejarah, maka kecil kemungkinan kita dapat menghargai bahkan menjaga nilai-nilai budaya dan sejarah. Banyak generasi muda yang tidak mengenal nama pa kutjit. Untuk remaja jaman 80 an, masih banyak murid yang rela berjalan kaki ke Citangtu untuk berguru alat musik bambu terutama angklung," demikian pupuhu Saung Indung, Deri Akbar di CFD saat menggelar Jelang Haol Pa Kutjit, Minggu (4/12).
"Angklung diatonis (modern) yang diciptakan Daeng Sutigna dibuat di Kuningan. Kuningan menjadi bagian sejarah angklung nasional yang tidak bisa diremehkan. Dan pa Kutjit, sebagai pejuang, tentara, guru, kuwu, camat, selepas pensiun beliau berupaya melestarikan dan membangkitkan kesenian alat musik bambu terutama angklung. Beragam penghargaan dari propinsi dan pemerintah kabupaten Kuningan telah diterimanya sebagai pengrajin dan pelestari Alat Musik Bambu. Tak kurang Emil Salim, tahun 1986 pernah berkunjung ke rumahnya," paparnya.
Untuk lebih meningkatkan daya tarik warga yang tengah melakukan Car Free Day, Pertunjukan beberapa komunitas seni juga menggandeng UKM Kopi Racik yang tengah melejit.
Bupati Kuningan menyempatkan diri ditengah padatnya kesibukan, untuk menikmati Kopi Racik dan menyampaikan apresiasi atas kegiatan berkesenian daerah di CFD.
Usai pertunjukkan di CFD, seperti tahun-tahun sebelumnya, kami melakukan kunjungan ke rumah pa kutjit, lalu berziarah ke makam beliau.(dan)
0 comments:
Posting Komentar
Silahkan Berkomentar...
- Harap sesuai dengan Konten
- Mohon Santun
Terimakasih Telah Memberikan Komentar.