suarakuningan.com - Istilah gotong royong berasal dari bahasa Jawa. Gotong berarti pikul atau angkat, sedangkan royong berarti bersama-sama. Jika diartikan secara harfiah, gotong royong berarti mengangkat secara bersama-sama atau mengerjakan sesuatu secara bersama-sama.
Gotong royong dapat dipahami pula sebagai bentuk partisipasi aktif setiap individu untuk ikut terlibat dalam memberi nilai positif dari setiap obyek, permasalahan, atau kebutuhan orang-orang di sekelilingnya. Partisipasi aktif tersebut bisa berupa bantuan yang berwujud materi, keuangan, tenaga fisik, mental spiritual, keterampilan, sumbangan pikiran atau nasihat yang konstruktif, sampai hanya berdoa kepada Tuhan.
Gotong royong dapat dipahami pula sebagai bentuk partisipasi aktif setiap individu untuk ikut terlibat dalam memberi nilai positif dari setiap obyek, permasalahan, atau kebutuhan orang-orang di sekelilingnya. Partisipasi aktif tersebut bisa berupa bantuan yang berwujud materi, keuangan, tenaga fisik, mental spiritual, keterampilan, sumbangan pikiran atau nasihat yang konstruktif, sampai hanya berdoa kepada Tuhan.
Menurut Koentjaraningrat, budaya gotong royong yang dikenal oleh masyarakat Indonesia dapat dikategorikan ke dalam dua jenis, yakni gotong royong tolong menolong dan gotong royong kerja bakti. Budaya gotong royong tolong menolong terjadi pada aktivitas pertanian, kegiatan sekitar rumah tangga, kegiatan pesta, kegiatan perayaan, dan pada peristiwa bencana atau kematian. Sedangkan budaya gotong royong kerja bakti biasanya dilakukan untuk mengerjakan sesuatu hal yang sifatnya untuk kepentingan umum, entah yang terjadi atas inisiatif warga atau gotong royong yang dipaksakan. (Sumber : http://majalah1000guru.net)
Penerapan budaya Gotong Royong sangat kental terasa sekali dalam kehidupan di masyarakat Desa Nanggela Kecamatan Mandirancan Kuningan, mengutip pengertian di atas dalam kehidupan sehari-harinya masyarakat desa Nanggela tidak terlepas dari budaya Gotong Royong tersebut. Budaya gotong royong pada aktivitas pertanian, kegiatan sekitar rumah tangga, kegiatan pesta, kegiatan perayaan, dan pada peristiwa bencana atau kematian, kerja bakti dll.
Hal ini dibuktikan oleh Penulis sendiri, kemarin tanggal 13 Januari 2017 masyarakat desa berkumpul untuk melakukan pengecoran pembangunan Madrasah di desa tersebut. Pemberitahuan dilakukan melalui musholla-mhusolla yang tersebar di dusun-dusun, tidak begitu lama setelah pemberitahuan ratusan warga sudah berkumpul untuk ikut serta berpartisipasi dalam kerja bakti pengecoran tersebut.
Apa yang dilakukan warga desa Nanggela patut diapresiasi dan dapat dijadikan contoh bagi desa-desa yang lainnya. Pointnya dengan semangat gotong royong yang tetap terjaga akan memudahkan pemerintah desa khususnya untuk melaksanakan ide-ide pembangunan desa menuju desa yang maju. Semoga budaya Gotong Royong ini tetap terjaga di desa Nanggela.
Salam
Bengpri
0 comments:
Posting Komentar
Silahkan Berkomentar...
- Harap sesuai dengan Konten
- Mohon Santun
Terimakasih Telah Memberikan Komentar.