Bangunan TK di Desa Sakerta Timur yang ambruk terkena bencana hampir satu tahun belum direhab |
suarakuningan.com - Pencanangan Kuningan sebagai Kabupaten Pendidikan kini mulai diragukan beberapa kalangan karena pencanangan tersebut tidak disertai dengan komitmen yang kuat dari pemerintah.
Hal tersebut disampaikan oleh Pemerhati Pendidikan, Sujono, Mantan Anggota DPRD Kabupaten Kuningan periode 1999 - 2004. Dan sampai sekarang selalu aktif diberbagai kegiatan menyampaikan rasa perihatinnya dengan sistem pendidikan yang sudah melenceng dari khitoh pendidikan sebagaimana yang dikehendaki oleh Founding Father pendidikan yaitu Ki Hajar Dewantoro yang terkenal dengan Falsapah Pendidikannya, Tut Wuri Handayani, Ing Madya Mangun Karsa, Ing Ngarso Sung Tulodo.
Jaman boleh berubah tapi karakter harus tetap di pelihara, semua orang tua menyekolahkan anaknya dengan harapan menjadi anak yang shaleh dan shalehah, pinter nulis, baca, hitung hanya itu intinya harapan dari orang tua, kalaupun ada kegiatan tambahan diharapkan yang bisa menunjang dan mendukung terhadap kejiwaan anak agar lebih beriman dan bertaqwa sebab anak sholeh akan lahir kalau dalam diri anak sudah tertanam keimanan yang kuat, semua orang tua akan merasa bangga kalau anaknya mengerti sopan santun, hormat dan patuh terhadap orang tua.
Sujono juga menyoroti tentang ego sekolah yang sepertinya tidak melihat fakta riil, sekolah lebih senang halaman sekolahnya di penuhi dengan rimbunnya pepohonan ketimbang membuat lahan parkir yang akan membuat rasa aman bagi siswanya, beberapa sekolah favorit di Kuningan semuanya tidak punya lahan parkir padahal hampir semua siswanya membawa sepeda motor.
Memang secara ketentuan semua siswa tidak di perbolehkan membawa kendaraan bermotor tapi aturan tersebut tidak mungkin bisa diterapkan mengingat minimnya sarana angkutan umum terutama yang menghubungkan dari desa ke kota. Jadi sekarang sekolah tidak boleh tidak harus menyediakan lahan parkir yang memadai sebab dengan tingginya angka pencurian sepeda motor dan juga terjadi pada motor anak sekolah maka akan mengurangi rasa tentram anak ketika dia sedang berada di dalam kelas sementara kendaraannya terparkir jauh dari pantauan.
Sujono juga mengkeritisi besaran dana pendidikan yang bersumber dari APBD Kabupaten Kuningan yang konon besarannya hanya 5% padahal sesuai amanat Undang - undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 49 ayat 1 mengatur bahwa ; Dana pendidikan selain gaji pendidik dan biaya pendidikan kedinasan dialokasikan minimal 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pada sektor pendidikan dan minimal 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
Jadi Pemerintah Daerah dibawah kepemimpinan Bapak H. Acep Purnama dan Dede sembada harus segera melakukan penyesuaian anggaran, kami sangat memahami karena jabatan yang di emban oleh Beliau berdua adalah sisa masa jabatan dari Bunda Utjeu tapi hal tersebut jangan menjadi terus berlarut - larut.
Keperihatinan yang lainnya adalah banyaknya Ruang Kelas yang rusak dari mulai rusak sedang sampai rusak berat, hal ini juga tidak bisa dibiarkan terlalu lama mengingat keselamatan siswa yang harus menjadi prioritas.
Saya optimis dibawah Kepempinan Kepala Dinas DR. H. Dian Rahmat Yanuar semua keperihatinan tersebut bisa segera diselesaikan termasuk menata organisasi Guru yang menurut saya terlalu banyak kelompok - kelompok sehingga khawatir akan terjadi pertentangan antar kelompok, ada kelompok UPTD Pendidikan, ada Kelompok Kepala Sekolah. Saya berharap terutama para Guru bisa kembali ke khitoh yaitu sebagai Pengajar dan Pendidik. Jangan sampai cul dogdog tinggal igel.(red)
Hal tersebut disampaikan oleh Pemerhati Pendidikan, Sujono, Mantan Anggota DPRD Kabupaten Kuningan periode 1999 - 2004. Dan sampai sekarang selalu aktif diberbagai kegiatan menyampaikan rasa perihatinnya dengan sistem pendidikan yang sudah melenceng dari khitoh pendidikan sebagaimana yang dikehendaki oleh Founding Father pendidikan yaitu Ki Hajar Dewantoro yang terkenal dengan Falsapah Pendidikannya, Tut Wuri Handayani, Ing Madya Mangun Karsa, Ing Ngarso Sung Tulodo.
Jaman boleh berubah tapi karakter harus tetap di pelihara, semua orang tua menyekolahkan anaknya dengan harapan menjadi anak yang shaleh dan shalehah, pinter nulis, baca, hitung hanya itu intinya harapan dari orang tua, kalaupun ada kegiatan tambahan diharapkan yang bisa menunjang dan mendukung terhadap kejiwaan anak agar lebih beriman dan bertaqwa sebab anak sholeh akan lahir kalau dalam diri anak sudah tertanam keimanan yang kuat, semua orang tua akan merasa bangga kalau anaknya mengerti sopan santun, hormat dan patuh terhadap orang tua.
Sujono juga menyoroti tentang ego sekolah yang sepertinya tidak melihat fakta riil, sekolah lebih senang halaman sekolahnya di penuhi dengan rimbunnya pepohonan ketimbang membuat lahan parkir yang akan membuat rasa aman bagi siswanya, beberapa sekolah favorit di Kuningan semuanya tidak punya lahan parkir padahal hampir semua siswanya membawa sepeda motor.
Memang secara ketentuan semua siswa tidak di perbolehkan membawa kendaraan bermotor tapi aturan tersebut tidak mungkin bisa diterapkan mengingat minimnya sarana angkutan umum terutama yang menghubungkan dari desa ke kota. Jadi sekarang sekolah tidak boleh tidak harus menyediakan lahan parkir yang memadai sebab dengan tingginya angka pencurian sepeda motor dan juga terjadi pada motor anak sekolah maka akan mengurangi rasa tentram anak ketika dia sedang berada di dalam kelas sementara kendaraannya terparkir jauh dari pantauan.
Sujono juga mengkeritisi besaran dana pendidikan yang bersumber dari APBD Kabupaten Kuningan yang konon besarannya hanya 5% padahal sesuai amanat Undang - undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 49 ayat 1 mengatur bahwa ; Dana pendidikan selain gaji pendidik dan biaya pendidikan kedinasan dialokasikan minimal 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pada sektor pendidikan dan minimal 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
Jadi Pemerintah Daerah dibawah kepemimpinan Bapak H. Acep Purnama dan Dede sembada harus segera melakukan penyesuaian anggaran, kami sangat memahami karena jabatan yang di emban oleh Beliau berdua adalah sisa masa jabatan dari Bunda Utjeu tapi hal tersebut jangan menjadi terus berlarut - larut.
Keperihatinan yang lainnya adalah banyaknya Ruang Kelas yang rusak dari mulai rusak sedang sampai rusak berat, hal ini juga tidak bisa dibiarkan terlalu lama mengingat keselamatan siswa yang harus menjadi prioritas.
Saya optimis dibawah Kepempinan Kepala Dinas DR. H. Dian Rahmat Yanuar semua keperihatinan tersebut bisa segera diselesaikan termasuk menata organisasi Guru yang menurut saya terlalu banyak kelompok - kelompok sehingga khawatir akan terjadi pertentangan antar kelompok, ada kelompok UPTD Pendidikan, ada Kelompok Kepala Sekolah. Saya berharap terutama para Guru bisa kembali ke khitoh yaitu sebagai Pengajar dan Pendidik. Jangan sampai cul dogdog tinggal igel.(red)
0 comments:
Posting Komentar
Silahkan Berkomentar...
- Harap sesuai dengan Konten
- Mohon Santun
Terimakasih Telah Memberikan Komentar.