"Situ Pulasaraeun" Hanya Wacana?

suarakuningan.com - Beragam program dilaksanakan di Kabupaten Kuningan dalam berbagai bidang. Meski keberlanjutan kepemimpinan sekalipun tidak secara efektf di tingkat teknis dan pelaksanaannya di lapangan.

Entah ketidakpastian pengelolaan meski segudang peraturan RT RW bahkan masterplan, ataukah pelaksana / pengelola yang tumpangtindih bahkan mungkin saling "ping pong". Hal tersebut, terlihat di begitu banyaknya aset-aset lingkungan yang "terbengkalai".

Meski terpampang tugu dari pengelolanya, namun Situ Cilukutuk Dusun Manis Desa Cileuleuy Kecamatan Cigugur begitu terbengkalai. Entah berapa tahun sepertinya, rumput begitu subur menutupi permukaan situ hingga tak nampak lagi kecantikan situ yang "beraroma" mitos dan legenda di Kabupaten Pendidikan ini.

Warisan terbesar Sunda dalam pengelolaan lingkungan dan memelihara kehidupan "lebak caian, sampalan kebonan, walungan rawatan, legok balongan, daratan sawahan, situ pulasaraeun, lembur uruseun, basisir jagaeun" masihkah sebatas jargon? atau telah hilang ditelan bencana?

Mang Sukun bersama Komunitas Penelusuran Budaya dan Peradaban Masa Lalu Kelana Buana Ralthagan melakukan ekspedisi, Kamis (30/3).

Terlepas kondisi "memprihatinkan" situ tersebut, "bukti" kebersejarahan dan kisah masa lalu Situ Cilukutuk dibuktikan oleh Komunitas Kelana Buana.

Beberapa batuan di sekitar situ tersebut berdasar pengukuran "Metal Detector" (aplikasi android yang dapat diunduh di HP pembaca) menunjukkan keberadaan anomali yang cukup signifikan untuk level terapi.

Patilasan Cibeler (Mata Air Cibeler) yang berada di kawasan Situ Cilukutuk berjarak 20 meter dari situ, cukup terawat. Dan bebatuan yang berada di lokasi Patilasan Cibeler mengandung anomali hingga 100 skala mikrotesla (satuan gelombang elektromagnetik). Sangat baik untuk terapi energi alami.(Dan)

Berita Komunitas Ragam Maret 30, 2017