Catatan Akhir Pekan "Aku Hadir Dalam Rindumu" merupakan seri tulisan.
Edisi sebelumnya : Aku Hadir dalam Rindumu (9)
Oleh: Kang Iman (DR. Iman Subasman (@imansubasman). Konsultan Evaluasi Pendidikan Islam)
Edisi sebelumnya : Aku Hadir dalam Rindumu (9)
Oleh: Kang Iman (DR. Iman Subasman (@imansubasman). Konsultan Evaluasi Pendidikan Islam)
Seringkali waktu berjalan begitu cepat, pagi berganti sore berganti masa seakan berjalan tanpa terasa. Banyaknya aktifitas dalam keseharian semakin menambah lupa, bahwa waktu terus berjalan,baik kita dalam keadaan sibuk ataupun dalam keadaan rileks. Perjalanan waktu dan perbedaan momentum yang melintasi, akan membedakan orang yang satu dengan yang lainya.
Sebagian orang merasa waktunya begitu sempit, sampai ia merasa waktu itu sesuatu yang teramat mahal karena banyak pekerjaan yang belum tuntas dan belum memberikan hasil yang diinginkan. Kadang juga terlintas pikiran,andai masih punya waktu yang lebih banyak, mungkin akan menyelesaikan banyak pekerjaan sekaligus juga memberikan "hasil" yang lebih baik dan lebih banyak.
Namun ada sebagian orang yang waktu itu berjalan tanpa kenangan, tanpa kesibukan seakan ia hendak mengatakan waktulah yang mencari aktifitas bukan sebaliknya. Hidupnya rilek santai dan tak berdesakan dengan target-target yang merumitkan hidupnya. Dapat dicermati dua kelompok itu, sebagian disibukkan dengan "sempitnya waktu" dan kelompok disibukkan dengan "diluangnya" waktu, sehingga waktu dan aktifitas menjadi hal relatif satu dengan lainnya.
Kerelatifan waktu memang sulit untuk menjadi ukuran, karena masing-masing punya subjektif pembenaran. Namun, ada yang dapat menjadikannya ukuran yaitu cara pandang dan sikapnya pada norma. Dimensi yang dapat dihadirkannya dapat berupa fana dan keabadian. Orang yang punya pandangan keabadian, akan lebih terpikat dengan kesibukan menuju keabadian. Ulama mengatakan," jika engkau menginginkan kemuliaan yang abadi, jangan kau banggakan kemuliaan yang fana". Dan orang yang menginginkan kemuliaan abadi , ia akan berjalan bersama waktu menuju keabadian. Jika demikian,sanggupkah kita berkata " hidupku penuh dengan waktu".***
Namun ada sebagian orang yang waktu itu berjalan tanpa kenangan, tanpa kesibukan seakan ia hendak mengatakan waktulah yang mencari aktifitas bukan sebaliknya. Hidupnya rilek santai dan tak berdesakan dengan target-target yang merumitkan hidupnya. Dapat dicermati dua kelompok itu, sebagian disibukkan dengan "sempitnya waktu" dan kelompok disibukkan dengan "diluangnya" waktu, sehingga waktu dan aktifitas menjadi hal relatif satu dengan lainnya.
Kerelatifan waktu memang sulit untuk menjadi ukuran, karena masing-masing punya subjektif pembenaran. Namun, ada yang dapat menjadikannya ukuran yaitu cara pandang dan sikapnya pada norma. Dimensi yang dapat dihadirkannya dapat berupa fana dan keabadian. Orang yang punya pandangan keabadian, akan lebih terpikat dengan kesibukan menuju keabadian. Ulama mengatakan," jika engkau menginginkan kemuliaan yang abadi, jangan kau banggakan kemuliaan yang fana". Dan orang yang menginginkan kemuliaan abadi , ia akan berjalan bersama waktu menuju keabadian. Jika demikian,sanggupkah kita berkata " hidupku penuh dengan waktu".***
0 comments:
Posting Komentar
Silahkan Berkomentar...
- Harap sesuai dengan Konten
- Mohon Santun
Terimakasih Telah Memberikan Komentar.