banyak malam yang gugur dalam pelukan kita
setiap waktu, tanpa penghalang
: demikian,
malam-malam itu telah
utuh menjadi saksi cinta yang melepas sauh di pesisir peredam
gemuruh
kau ajak aku berjumpa Bastet di sebuah kuil
bernama Bubastis
sedang kau sujud, memohon limpahan anugerah dan perlindungan
dari ragam kemungkinan cinta yang bisa saja memilukan
“kenapa kau tidak mau bersujud?” tanyamu
setidaknya aku telah berdoa
ia bukan dewiku
tapi kau dewiku, bukan?
bulu-bulu yang lindungi kepalamu, juga tanganmu
terembus angin yang berziarah dari jiwa ke jiwa
sedang tak mampu sedikit kurasa
barangkali karena
aku tak lakukan yang kau lakukan
tapi kau tersenyum seraya terima
wilayah ini benar tak kenaliku, seperti ia kenalimu
aku memang harus bergegas menuju ke sebuah wilayah
yang barangkali adalah tempatku
kau masih dengan khusyuk bersujud, entah menambah doa apa
tapi sedikit aku
paham, dari riak auramu
kau minta menjadi manusia, agar mampu terus bersama
denganku -- manusia
Candrika Adhiyasa, 2018
0 comments:
Posting Komentar
Silahkan Berkomentar...
- Harap sesuai dengan Konten
- Mohon Santun
Terimakasih Telah Memberikan Komentar.