Expedisi liar yang berada diotak Sino, sudah menjalar ketemannya yaitu Gabriel dan Ola, Sino bersikeras harus membongkar sebuah peti emas di Pulau Onrust yang dikabarkan bisa melunasi hutang-hutang Indonesia. Dia yakin semua itu pasti ada dan dia harus mencarinya, Sino telah membuat petanya dan mengajak kedua temannya berexpedisi setelah ujian kuliah. Ketika mereka berhasil menemukan itu, mereka memikirkan difoto sana sini, diwawancara di TV, masuk Koran dan jumpa fans. ” Semangat,,,” seru mereka serempak.
Setelah ujian berakhir, besoknya mereka berjalan dengan tekad yang kuat dan berharap mereka bisa berhasil. Langkah pertama mereka pergi ke Teluk Jakarta, mereka berangkat dengan menggunakan mobil Jip Sino. Sampai di Muara Karang Sino telah menyiapkan 2 kapal motor untuknya dan untuk Gabriel bersama Ola. Satu jam berada dilautan, ketika mereka ditengah laut ada pusara air yang sangat besar, sehingga beberapa peralatan terbawa pusara itu. Sino mengajak Gabriel dan Ola berputar balik karena tidak mungkin melewati pusara tersebut.
Tiga jam kemudian mereka sampai di Pulau Onrust, pertama kali mereka datang dan menginjakan kaki disana, suasananya begitu mengerikan, pulau tanpa penghuni dan berada jauh dari peradaban, pulau itu menunjukan keagkerannya pada mereka. Mereka bertiga tidak langsung mencari harta itu tapi kehutan untuk mendirikan bivak (Semisal tenda tapi terbuat dari bahan-bahan dihutan) karena tendanya terbawa arus tadi. Setelah mendirikan bivak hari sudah malam dan niat untuk mencari harta karun ditunda untuk besok. Pagi-pagi mereka melanjutkan perjalanan untuk mencari harta karun VOC yang terpendam, hal pertama mereka akan cari harta itu ke museum, kebetulan hari itu tidak ada orang yang berwisata hanya ada beberapa petugas yang berjaga-jaga, mereka berpura-pura berwisata disitu.
Sampai di Museum, cuaca sudah menunjukan sorenya, tapi ketika di Museum rasanya aneh cuma mereka bertiga yang masuk tak ada orang lagi, bangunan yang sudah tua membuat ruangan demi ruangan terasa menyeramkan. Mereka mencari-cari harta itu tanpa meninggalkan rasa curiga pada para penjaga, nihil dimuseum tak ada harta karunnya, karena malam semakin larut mereka memutuskan kembali ke hutan tetapi ketika diperjalanan Ola melihat sekilas ada bayangan perempuan memakai baju noni Belanda, segera Ola merekatkan tubuhnya pada kedua temannya itu. Paginya Ola menanyakan pada Sino siapa perempuan yang dilihatnya semalam karena mereka juga melihatnya, Sino kemudian membawa Ola untuk mengunjungi kuburan perempuan semalam.
” Maria Van de Velde,,” gumam Ola. Maria Van de Velde adalah anak pemimpin VOC, mempunyai suami sebagai Perwira VOC, tetapi suaminya pergi lagi ke Belanda, kemudian meninggal disana. Maria selalu menunggunya pulang tapi tak kunjung pulang karena suaminya sudah meninggal.
Maria meninggal karena terserang penyakit Pes dan di makamkan disini kabarnya dia tak pernah lelah menanti suaminya, jadi setiap malam dia selalu muncul. Ola dan Gabriel merasakan bulu kuduknya merinding tapi Sino hebat juga dia sudah melahap sejarah disini. ”Tapi terjemahan ini apa?” tanya Gabriel menunjuk nisan Maria,” Kurang lebih seperti ini, jenasah Maria Van de Velde di makamkan disini yang patut masih dapat hidup bertahun-tahun seandainya Tuhan berkehendak tetapi ternyata Tuhan telah menghalangi dia dengan kematian, Maria telah pergi,, Maria telah tiada,, ya kurang lebih seperti itu,,” jelas Sino.
Sino menyuruh mereka berpencar, ketika mereka berpencar Ola masih saja menemukan kuburan yang menurutnya menyeramkan.” Kartosoewirjo, hey Sino,,, Gabriel, kemari,,,” teriak Ola, sontak mereka berdua berlari kearah Ola.
Sino menjelaskan bahwa Kartosoewirjo adalah seorang pemberontak dan dibunuh disini, tapi kabarnya dia dikuburkan di Pulau Ubi tetapi Pulau Ubi sudah lenyap karena abrasi air laut, dan kuburan ini masih misteri. Malam harinya ketika mereka akan pergi ketempat istirahat, tapi tunggu mereka melihat sebuah adegan ketika Maria Van de Velde meninggal, dia terserang penyakit pes yang dibawa oleh tikus-tikus saat kapal mendarat. Maria meninggal dengan memakai baju pengantin, dia selalu berharap suaminya pulang.
Ayahnya terlihat ketakutan melihat anaknya meregang nyawa, mereka tidak tahu keduanya mengatakan apa tapi yang jelas malam itu ketiganya seperti kembali kemasa lalu. Setelah Maria meninggal, tiba-tiba semuanya lenyap dan sosok Maria malah tepat dihadapan ketiganya sontak mereka kabur dengan wajah ketakutan dan berpencar masing-masing.
Sudah 5 hari mereka disana tapi harta karun itu belum juga didapatkan, persediaan makanan mereka pun sudah mulai habis. Sosok Maria juga selalu muncul setiap malam.
Ketika Ola jingkrak-jingkrak di dalam bivak karena ada tikus masuk kedalam, tiba-tiba bivak itu ambles kebawah seperti ada ruangan bawah tanah didalamnya.
”Akh,,,” pekiknya, Gabriel dan Sino langsung berpikir mungkin harta karunnya ada disana, mereka berdua langsung turun mencari Ola.
”Kau selalu menemukan hal-hal aneh Ola,,” ucap Sino sembari tersenyum kecut melihat Ola meringis kesakitan.
Mereka bertiga menyusuri lebih dalam lagi diruangan bawah itu dengan menggunakan senter.
”Itu harta karunnya,,” seru Gabriel menunjuk sekotak peti, Ola, Sino, Gabriel langsung berlari menghampiri kotak peti itu dengan perasaan yang campur aduk, gembira, senang, sedih pun ada. Mereka membuka peti itu berbarengan dan apa yang terjadi peti itu kosong melongpong tak ada sesuatu yang berharga apapun.
”Apa!!! mana harta karunnya?” teriak mereka bertiga dengan wajah tidak percaya, tiba-tiba ruangan bawah tanah itu ambruk dan menimpa mereka bertiga. Sejak saat itu mereka hilang dan lenyap ditelan bumi begitu saja sungguh tragis.
SELESAI
0 comments:
Posting Komentar
Silahkan Berkomentar...
- Harap sesuai dengan Konten
- Mohon Santun
Terimakasih Telah Memberikan Komentar.