Oleh: Kang Hamdan
Penulis adalah Sarjana Humaniora IAIN Cirebon, Alumni Al Muttawaly, Petani, Chief di Waja Kopi Rumah Hobit, Pengurus di DPD KNPI Kabupaten Kuningan, juga aktif di DKM Desa Jambar
Puasa di bulan suci Ramadhan merupakan momentum istimewa untuk mengembangkan kesadaran hati sebagai kesadaran tertinggi untuk membentuk jiwa yang lebih indah. Caranya tentu saja harus menjadikan puasa sebagai instrumen reformasi spiritual atau pendakian spiritual
Semasa kita masih duduk di bangku sekolah kita pasti telah akrab dengan istilah "Pesantren Ramadan", ada juga yang mengenal dengan sebutan “pesantren kilat “ sebuah kegiatan rohani di bulan Ramadan yang diadakan pihak sekolah , pesantren dan para siswa diwajibkan mengikutinya.
Pesantren kilat merupakan pesantren yang diadakan dalam waktu singkat biasanya dilaksanakan selama satu atau dua minggu pada awal bulan ramadhan. Materi yang diberikan pada pesantren kilat biasanya kegiatan pendalaman ilmu-ilmu agama, seperti membaca Al-Qur'an, cara Berwudlu, Sholat, Adzan, menghafal surat-surat pendek dan doa-doa.
Manfaat yang dapat diperoleh ketika siswa mengikuti pesantren kilat adalah selain dapat menjalankan ibadah puasa dengan lebih baik dan juga memperoleh pengalaman berharga seperti, memiliki rasa sosial yang tinggi, diarahkan untuk belajar mandiri dan mampu memupuk rasa kebersamaan.
Dengan adanya pesantren kilat, akan sangat membatu orang tua siswa dalam upaya penanaman nilai-nilai rohani dan budi pekerti sejak dini kepada putra-putri mereka. Dengan harapan anak-anak mereka akan memiliki pribadi yang lebih baik dan ahlak yang mulia di massa yang akan datang.
Berkah di bulan Ramadan, sekolah-sekolah mendadak menjadi "pesantren" Di saat lingkungan yang lain, seperti sekolah dan universitas memakai kata pesantren sebagai nama kegiatan rohani mengisi bulan puasa, bagaimana dengan lingkungan pesantren sendiri saat di bulan Ramadan.Nama kegiatan tersebut berbeda-beda di setiap pesantren meskipun praktiknya sama.
Lain hal dengan pondok pesantren biasanya menggelar pesantren kilat bahkan di kenal sebagai pasaran biasanya membahas kitab kitab kuning yang di jelaskan oleh sang kiyai setempat sepertihalnya yang di lakukan di manon jaya tasik malaya disana rutin menggelar pasaran santrinya tidak hanya dari daerah setempat melaikan dari tiap pesantren yang ada di jawa barat
Intinya sama, yaitu kegiatan mengaji kitab-kitab klasik secara "kilat" atau mengkhatamkan sejumlah kitab dalam waktu kurang dari satu bulan, biasanya dimulai dari awal Ramadan dan baru selesai sehari sebelum Nuzulul Qur'an (17 Ramadan), bahkan ada yang sampai "tanggal tua" di bulan Ramadan.
Kegiatan ini diadakan untuk mengisi kekosongan para santri yang tidak pulang kampung halaman di bulan Ramadan. Karena saat bulan puasa para santri lebih banyak waktu luang, karena kegiatan inti di pesantren telah libur. Dengan begitu para santri tidak kehilangan waktu berharga mereka di bulan Ramadan.
Kegiatan ngaji kilatan ini sudah mentradisi di dunia pondok pesantren, antar pesantren terkadang saling bertukar informasi tentang kitab-kitab yang akan dibaca atau kegiatan di pesantren tersebut selama bulan Ramadan. Dengan begitu bagi santri yang berminat bisa mempersiapkan diri kegiatan apa yang nanti akan diikutinya.
Satu hal yang penting kita sadari Seringkali puasa pada bulan Ramadhan hanya dimaknai sebagai menahan lapar. Masih banyak yang belum tahu makna penting di balik ritual umat muslim di bulan penuh berkah ini, di bulan Ramadan ini sekalipun kita dalam suasana puasa, bukan berarti kita puasa" menuntut ilmu. Setuju?***
Satu hal yang penting kita sadari Seringkali puasa pada bulan Ramadhan hanya dimaknai sebagai menahan lapar. Masih banyak yang belum tahu makna penting di balik ritual umat muslim di bulan penuh berkah ini, di bulan Ramadan ini sekalipun kita dalam suasana puasa, bukan berarti kita puasa" menuntut ilmu. Setuju?***
0 comments:
Posting Komentar
Silahkan Berkomentar...
- Harap sesuai dengan Konten
- Mohon Santun
Terimakasih Telah Memberikan Komentar.