suarakuningan.com - Melihat angka pertumbuhan saat ini Indonesia memang sedang mengalami bonus demografi. Saat usia produkif melonjak naik dengan cepat mendominasi di setiap sendi masyarakat. Hal ini tentu akan sangat disayangkan bila mereka tidak memiliki kapasitas yang mumpuni. Bahkan bisa saja pada tahap selanjutnya mereka akan menjadi bumerang untuk masyarakat sendiri. Maka dari itu penting sekali generasi muda mendapat pembekalan untuk membangun kualitas diri, khususnya pada tataran konflik yang sering terjadi di masyarakat.
Salah satu faktor penghambat pembangunan demokrasi adalah adanya konflik. Dalam banyak kasus, konflik melibatkan pemuda sebagai aggressor atau korban. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh LP3ES selama tahun 2017, menunjukkan bahwa pemuda di Jakarta, Makassar, dan Papua pernah berpartisipasi dalam konflik berbasis SARA dan politik.
Dengan meningkatnya jangkauan internet, membuat generasi milenial ini sadar informasi karena mudah untuk mendapat informasi mengenai apapun dari internet. Segi negatifnya menunjukkan bahwa mereka mudah terpancing oleh informasi hoax dan mudah tersinggung yang berujung pada konflik dengan kekerasan akibat bacaan yang didapati dari media digital.
Atas kerjasama LP3ES (Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial) dengan UNDEF (United Nation Democracy Fund) dilaksanakan pelatihan “Monitoring Konflik dan Pelaporan”
Pelatihan ini diikuti oleh berbagai organisasi kepemudaan, organisasi primordial, BEM dari berbagai kampus dan beberapa organisasi ekstra kampus. Salah satu organisasi primordial atau kedaerahan yang turut serta ialah Ikatan Pemuda Pelajar dan Mahasiswa Kuningan (IPPMK Jadetabek). Sebuah organisasi yang menghimpun mahasiswa kuningan di Jakarta dan sekitarnya untuk berproses dan menempa diri.
Sebagai bagian dari wujud komitmen, LP3ES mengadakan kegiatan peningkatan kapasitas bagi pemuda mengenai pencegahan konflik. Pelatihan dihelat selama tiga hari di Hotel Arya Duta, Karawaci, Tangerang pada 14-16 Mei 2018. Pada pelatihan tersebut mereka akan dibekali mengenai Manajemen Konflik Sosial dan Citizen Journalism.
Dengan meningkatnya jangkauan internet, membuat generasi milenial ini sadar informasi karena mudah untuk mendapat informasi mengenai apapun dari internet. Segi negatifnya menunjukkan bahwa mereka mudah terpancing oleh informasi hoax dan mudah tersinggung yang berujung pada konflik dengan kekerasan akibat bacaan yang didapati dari media digital.
Atas kerjasama LP3ES (Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial) dengan UNDEF (United Nation Democracy Fund) dilaksanakan pelatihan “Monitoring Konflik dan Pelaporan”
Pelatihan ini diikuti oleh berbagai organisasi kepemudaan, organisasi primordial, BEM dari berbagai kampus dan beberapa organisasi ekstra kampus. Salah satu organisasi primordial atau kedaerahan yang turut serta ialah Ikatan Pemuda Pelajar dan Mahasiswa Kuningan (IPPMK Jadetabek). Sebuah organisasi yang menghimpun mahasiswa kuningan di Jakarta dan sekitarnya untuk berproses dan menempa diri.
Sebagai bagian dari wujud komitmen, LP3ES mengadakan kegiatan peningkatan kapasitas bagi pemuda mengenai pencegahan konflik. Pelatihan dihelat selama tiga hari di Hotel Arya Duta, Karawaci, Tangerang pada 14-16 Mei 2018. Pada pelatihan tersebut mereka akan dibekali mengenai Manajemen Konflik Sosial dan Citizen Journalism.
Manajemen Konlfik Sosial akan menambah wawasan mereka terkait bagaimana dinamika konflik bermula, berkembang dan cara mencegahnya. Sementara Citizen Journalism akan menjadi bekal untuk menulis dan melaporkan isu konflik yang mereka pilih dalam penelitian. Selaku organisasi kemudaan yang berada tergabung dalam jaringan kepemudaan tersebut, beberapa anggota IPPMK ikut aktif dalam program yang diselenggarakan oleh LP3ES dan UNDEF. Ini menjadi bekal bermanfaat untuk melihat konflik buka saja di Jakarta, namun juga bisa mengamati gejala konflik yang terjadi di daerah, khususnya di Kabupaten Kuningan.
Pelatihan ini melibatkan banyak organisasi kepemudaan untuk meningkatkan kapasitas pemuda dan mahasiswa dalam pencegahan konflik di Indonesia. Dengan itu mereka diharapkan dapat menganalisis jenis konflik, melakukan pelaporan secara efektif dan efisien, dan dapat mendiseminasi melalui media-media digital. Pada tahap berikutnya, setelah pelatihan ini, sekelompok pemuda ini mampu berkontribusi pada pusat informasi untuk pencegahan konflik dengan kekerasan. Pasca pelatihan tiap peserta akan diberi tugas untuk menulis satu artikel mengenai sumber potensial konflik dan mendiseminasikannya melalui media digital.
LP3ES akan melakukan monitoring dan evaluasi kepada peserta pasca pelatihan secara bertahap. Pada tahap monitoring mereka akan tetap mendapat arahan untuk mendiskusikan setiap perkembangan isu konflik yang diamati. Sementara di tahap evaluasi mereka akan memaparkan masalah dan kesulitan yang didapat selama melakukan penelitian di lapangan.
Melihat isu yang berada di masyarakat terus berganti dengan cepat, bisa saja sewaktu-waktu akan pecah menjadi konflik dan kekerasan. Melalui pelatihan ini generasi muda juga disinyalir mampu meredam atau bahkan bisa mencegahnya sebelum menjadi perpecahan di masyarakat. Apalagi dekat-dekat ini, pada musim pemilu baik tingkat daerah dan nasional, memang rentan dihdapkan dengan konflik yang sengaja dibangun oleh sebagian kelompok untuk menggiring suara pada salah satu calon yang didukungnya. Demi menjaga demokrasi yang sehat, pembekalan ini akan sangat berguna untuk generasi muda dan lingkungan di sekitarnya.(Ali Nur Alizen/IPPMK Jadetabek/red)
0 comments:
Posting Komentar
Silahkan Berkomentar...
- Harap sesuai dengan Konten
- Mohon Santun
Terimakasih Telah Memberikan Komentar.