Menyongsong pelaksanaan pilkada serentak di Jawa Barat, saat pemungutan suara untuk memilih bupati, walikota dan gubernur yang akan digelar pada tanggal 27 Juni 2018 di 16 kabupaten/kota dan provinsi di Jawa Barat. Di luar anggaran pilkada di kabupaten/kota, sekitar Rp 1,68 trilyun, anggaran rakyat yang akan digunakan untuk biaya penyelenggaran pemilihan Gubernur-Wakil Gubernur Jawa Barat.
Biaya pemilihan pemilihan gubernur yang sangat mahal melebihi anggaran lingkungan tiap tahun. Jika rata-rata belanja lingkungan hidup sebesar Rp 54 milyar/tahun, maka biaya pilgub Jawa Barat 2018 sama dengan belanja urusan lingkungan hidup di Jawa Barat untuk kurun waktu 30 tahun. Anggaran triliunan ini semoga bias mengembalikan kejayaan Sumber Daya Alam di Jawa Barat.
Menjelang Pilkada serentak di Jawa Barat 2018, para calon bupati/walikota dan gubernur sudah bermunculan ke permukaan, mensosialisasikan serta mengkampanyekan dirinya dan programnya meskipun belum pasti menjadi kandidat/calon kepala daerah. Alat peraga kampanye seperti baligo, poster, stiker, spanduk terus menjamur di setiap pelosok wilayah perkotaan dan perdesaan, Gaya dan desain nyapun banyak ragam, hamper semua para kandidat memasang senyum manis, tanpa malu dan ragu untuk memasang alat peraga di tempat-tempat yang dilarang seperti pepohonan, taman kota, pemakaman, fasilitas sosial dan umum, hal ini banyak dilakukan oleh tim sukses ataupun dirinya sendiri.
Entah Kenapa, dari pesan dan program kampanye yang mereka suarakan melaui berbagai alat peraga, tidak ada kampanye yang menyentuh isu lingkungan hidup, masalah dan program untuk pencegahan dan penanganan pencemaran dan perusakan lingkungan baik di level kabupaten/kota maupun di level provinsi. Bahkan, banyak para bakal calon, tim sukses dan pendukungnya melakukan pemasangan alat peraga yang berpotensi merusak lingkungan, seperti memasang alat peraga di pepohonan.
Mengapa para bakal calon kepala daerah di Jawa Barat tidak menyuarakan lingkungan hidup, padahal rakyat Jawa Barat sedang berhadapan dengan masalah lingkungan dan bencana lingkungan hidup yang berujung pada korban harta dan nyawa. Selama kurun waktu 30 tahun terakhir, kondisi ruang dan lingkungan hidup semakin rusak dan tercemar oleh aktivitas manusia dan pembangunan.***
Penulis: Kang Koesapa
Penulis: Kang Koesapa
Nice for information
BalasHapusURL
URL
URL