"Tidak ada kita bila tidak ada leluhur / orangtua", merupakan bagian dari berkaca pada sejarah masa lalu untuk diaplikasi hari ini dan mengambil nilai-nilai manfaat dari leluhur / karuhun / orangtua.
Kang Uce menunjukkan peta Luragung Tahun 1904 |
Jejak yang ditinggalkannya berupa manuskrip, tutur tinular, saur sepuh, bahkan eninggalan berupa artefak dan beragam "simbol" tradisi yang terbungkus kadang berupa tetekon.
Menyadari makin memudarnya jejak masa lalu, Pemerintah Desa Luragung Landeuh, BPD, Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat, berinisiatif mengumpulkan peninggalan masa lalu Desa Luragung Landeuh.
Beragam perkakas pertanian, persenjataan, bahkan perabotan rumah tangga kini dapat kita lihat di "Museum Suranggajaya" Balai Desa Luragung Landeuh.
Uce Purnama, salah satu aparat Desa Luragung Landeuh dipercaya sebagai "koordinator" pengelolaan museum tersebut.
Menurutnya, ada hal unik yang kemudian berkembang. Sejak dibukanya museum Luragung Landeuh, berbondong-bondong aparat, tokoh dan perseorangan yang berasal dari luar Desa Luragung Landeuh turut "menitipkan" perkakasnya di Museum ini.
Seperti ada ikatan kebersamaan para tokoh dari berbagai desa di eks Kawadanaan Luragung (Katumenggungan?) sehingga membuat kekompakan dalam "merawat peninggalan sejarah".
"Tentu saja, kita upayakan administrasi berupa register, titi mangsa, dan asal usul serta kronologis perkakas tersebut kita susun bersama," ujarnya.
Salah seorang sesepuh Desa Cirahayu, Abah Misja mengungkapkan rasa syukur dengan adanya upaya pelestarian budaya, pemeliharaan perkakas kuno serta berdirinya museum di Desa Luragung Landeuh.(red)
Salah seorang sesepuh Desa Cirahayu, Abah Misja mengungkapkan rasa syukur dengan adanya upaya pelestarian budaya, pemeliharaan perkakas kuno serta berdirinya museum di Desa Luragung Landeuh.(red)
0 comments:
Posting Komentar
Silahkan Berkomentar...
- Harap sesuai dengan Konten
- Mohon Santun
Terimakasih Telah Memberikan Komentar.