Oleh : Siti Rokayah
(Siswi SMK Cendekia Utama)
Tentang tangis yang sudah kehabisan arti
Pada hati yang kini hanya menjadi relung sepi
Inginku bersimpuh ditelapak kaki Bundaku
Namun sayang, satu pintu menuju surga telah tertutup
Memutar waktu yang melingkar dipergelangan tangan
Saat dulu aku masih menjadi gadis lucu kesayanganmu
Aku menangis, menjerit, merengek meminta sesuatu
Maafkan aku Ibu, yang tak mengerti akan lelahmu
Saat tengah malam
Kau ikhlas terjaga demi memberiku susu
Sedang Ayah
Ayah, terus melantunkan ayat suci akan tanda cinta padaku
Saat kumulai beranjak tumbuh
Kau ajariku mengenal kata dengan sabar
Kau ajariku melangkah, meski kau yang harus tertatih
Saat kumenangis, kau usap air mataku
meski sebenarnya dirimulah yang terisak
Ayah....
Ibu.....
Saat anakmu mulai beranjak remaja
Mengapa ia tak mampu membaca segala rasa
Rasa rindu engkau Ibu....
Rasa gelisah engkau Ayah....
Malah diriku merasa risih akan kekhawatiranmu
Diriku merasa malu akan manjaanmu
Tak ada kata pelan dan lembut yang terucap dari bibirku
Tak ada rasa hormat dan adab dari diriku
Yang ada, hanya bentakan yang kulontarkan padamu
Aku marah
Aku menyalahkan
Saat kau tak memahamiku sedikit saja
Ibu.....
Maafkan aku yang tak pernah melihat air matamu
Maafkan aku yang tak mengerti akan pedihmu
Dan Ayah....
Maafkan aku yang tak peduli akan lelahmu
Maafkan aku yang selalu menikmati kesabarannya
Aku rindu Ibu....
Aku ingin bertemu Ayah....
Mengapa saat aku tersadar, kalian telah meninggalkanku selamanya
Baru saja kemarin
Ibu membelaiku, menciumku, dan memelukku
Kemudian detik ini ia sudah pergi menghadap illalhi
Dan kau yang lebih dulu menjemputnya Ya Rabb
Menyesal, aku belum pernah membahagiakannya
Menyesal, aku tak sempat bersujud simpuh dikakinya
Maafkan aku wahai Ayah dan Ibu
Kuningan, 11 September 2018
(Siswi SMK Cendekia Utama)
Pada hati yang kini hanya menjadi relung sepi
Inginku bersimpuh ditelapak kaki Bundaku
Namun sayang, satu pintu menuju surga telah tertutup
Memutar waktu yang melingkar dipergelangan tangan
Saat dulu aku masih menjadi gadis lucu kesayanganmu
Aku menangis, menjerit, merengek meminta sesuatu
Maafkan aku Ibu, yang tak mengerti akan lelahmu
Saat tengah malam
Kau ikhlas terjaga demi memberiku susu
Sedang Ayah
Ayah, terus melantunkan ayat suci akan tanda cinta padaku
Saat kumulai beranjak tumbuh
Kau ajariku mengenal kata dengan sabar
Kau ajariku melangkah, meski kau yang harus tertatih
Saat kumenangis, kau usap air mataku
meski sebenarnya dirimulah yang terisak
Ayah....
Ibu.....
Saat anakmu mulai beranjak remaja
Mengapa ia tak mampu membaca segala rasa
Rasa rindu engkau Ibu....
Rasa gelisah engkau Ayah....
Malah diriku merasa risih akan kekhawatiranmu
Diriku merasa malu akan manjaanmu
Tak ada kata pelan dan lembut yang terucap dari bibirku
Tak ada rasa hormat dan adab dari diriku
Yang ada, hanya bentakan yang kulontarkan padamu
Aku marah
Aku menyalahkan
Saat kau tak memahamiku sedikit saja
Ibu.....
Maafkan aku yang tak pernah melihat air matamu
Maafkan aku yang tak mengerti akan pedihmu
Dan Ayah....
Maafkan aku yang tak peduli akan lelahmu
Maafkan aku yang selalu menikmati kesabarannya
Aku rindu Ibu....
Aku ingin bertemu Ayah....
Mengapa saat aku tersadar, kalian telah meninggalkanku selamanya
Baru saja kemarin
Ibu membelaiku, menciumku, dan memelukku
Kemudian detik ini ia sudah pergi menghadap illalhi
Dan kau yang lebih dulu menjemputnya Ya Rabb
Menyesal, aku belum pernah membahagiakannya
Menyesal, aku tak sempat bersujud simpuh dikakinya
Maafkan aku wahai Ayah dan Ibu
Kuningan, 11 September 2018
0 comments:
Posting Komentar
Silahkan Berkomentar...
- Harap sesuai dengan Konten
- Mohon Santun
Terimakasih Telah Memberikan Komentar.