Penulis adalah Alumni Program Doktoral Pendidikan Seni S3 Universitas Negeri Semarang, PNS Guru Pendidikan Seni SMA 2 Kuningan, Narasumber Seminar Nasional dan Internasional Bidang Seni dan Kebudayaan
suarakuningan.com - Setiap orang dalam menjalani kehidupan sehari-hari tentu dihadapkan pada berbagai kejadian baik yang menyenangkan ataupun sebaliknya. Kedua hal tersebut secara tidak langsung akan menimbulkan respon pikiran berupa percakapan yang bersifat internal (internal dialogue).
Apa yang anda pikirkan saat anda mengalami suatu kejadian yang tidak menyenangkan ataupun harapan yang tidak sesuai dengan kenyataan yang anda harapkan? Kebanyakan dari kita tentu mengeluh, kecewa, mengumpat, dan bahkan menganggap kejadian tersebut adalah nasib sial bagi diri anda.
Saya akan mencoba memberi pemahaman berdasarkan sudut pandang keilmuan tentang kejadian-kejadian yang tidak menyenangkan yang kita alami dalam kehidupan kita sehari -hari agar anda bisa mengkategorikan apakah diri anda termasuk orang yang optimis ataukah pesimis.
Secara keilmuan Dr. Martin Seligman dalam Learned Optimism dalam Darmangsa Darmawadi, 2002:137) menjabarkan bahwa menginterpretasikan suatu kejadian dapat membedakan apakah kita adalah seorang yang optimis atau pesimis (explanatory style). Salah satu unsur primer explanatory style adalah “permanence”. Saat kita mengalami suatu kejadian yang tidak menyenangkan seorang yang optimis akan melakukan internal dialogue bahwa kejadian tersebut tidak akan terjadi secara terus menerus dan hanya bersifat sementara saja. Sehingga secara tidak langsung akan berdampak pada jiwanya menjadi lebih tenang dalam menghadapi setiap kejadian yang tidak menyenagkan. Dan jika mengalami kejadian yang menyenangkan atau kenyataan yang benar-benar sesuai dengan harapan maka orang yang optimis akan menganggap bahwa hal tersebut akan terjadi kembali.
Keadaan yang tidak menyenangkan jika dialami oleh orang yang pesimis akan mengakibatkan efek gelisah, marah, mengeluh, mengumpat dan hal-hal lain yang akan merugikan jiwanya sendiri. Karena internal dialogue cenderung menganggap bahwa kejadian tersebut akan terus secara menerus dan akan terjadi kembali di kemudian hari. Jika hal yang menyenagkan dialami oleh orang yang cenderung pesimis maka internal dialogue akan menggangap hal tersebut hanyalah kebetulan saja dan tidak akan pernah terjadi lagi.
Paparan yang saya jelaskan dengan harapan kita dapat mendeteksi apakah diri kita sebenarnya termasuk pada kelompok orang yang selalu optimis ataukah pesimis? Mudah-mudahan kita segera menyadari betapa pentingnya sikap optimis dalam menyikapi setiap kejadian yang kita alami dalam kehidupan kita sehari-hari.
Sehingga kita dapat lebih cepat untuk bangkit dari kegagalan, memiliki rasa percaya diri yang tinggi dan menumbuhkan citra diri yang positif dalam diri kita sehingga harapan-harapan kita dalam hidup ini selalu mengenai hal-hal baik yang akan terus terjadi secara berulang.***
0 comments:
Posting Komentar
Silahkan Berkomentar...
- Harap sesuai dengan Konten
- Mohon Santun
Terimakasih Telah Memberikan Komentar.