Puasa Dalam Dimensi Politik

suarakuningan.com - Dalam konteks kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, menjalankan ibadah puasa dapat melatih dan mendidik kita kearah  jalan kejujuran dan ketahanan bangsa.

Karena esensi puasa tiada lain kesanggupan menahan diri dari perbuatan yang dapat membatalkan (Mufthirat) serta merusak ( muhlikat) puasa.

Kategori yang dapat membatalkan, insyaalloh anak anak sekolah dasar sudah mafhum. Namun persoalan yang dapat terkategori merusak puasa mungkin para politisi yang aqil baligh dipastikan banyak yang faham.

Contoh, apabila kita tidak suka kepada kebenaran, bahkan enggan mengakui kebenaran... (benar secara syar'i maupun regulasi yang disefakati),  berarti kita sudah melakukan perbuatan yang dapat merusak nilai puasa.

Begitupula bila kita tidak rela menerima kenyataan atas usaha yang kita lakukan, bahkan mengajak orang lain untuk protes atas ketidak berhasilan...menghasut...memfitnah... Apalagi marah marah karena tidak lolos jadi anggota dewan... mungkin itupun terkategori dapat merusak puasa.

Sebaliknya, bila kita berbuat curang, misalnya dalam takaran...timbangan... hitungan....money politik.... atau halalkan segala cara dalam mencapai tujuan maka itupun masuk wilayah merusak nilai puasa.

Puasa dalam dimensi politik sesungguhnya menjadi alat pacu mentalitas warga negara menuju terbangunnya sikap sadar diri dan sadar posisi, yang dapat meneguhkan kejujuran sekaligus mengokohkan ketahanan bangsa.

Oleh sebab itu mari kita sambut Ramadhan dengan sebersih bersih tauhid, seteguh teguh keimanan serta sebagus bagusnya amaliyah... Jujur dalam bertutur maupun prosedur.....benar dalam sikap maupun tindakan.

Jika ada yang mengajak berdebat kusir... disilahkan untuk mencari delman sendiri !

Selamat Ramadhan sahabat... Semoga ampunan dan keberkahan senantiasa mengiringi hidup dan kehidupan kita...

H.Yusron Kholid
Pengurus PPP RT. 05 RW. 02
Kab. Kuningan.

Artikel Hikmah Kolom Ragam Mei 04, 2019