Hikmah Ramadhan
suarakuningan.com - Di dalam Islam, pesan Rahmatan Lil Alamin diartikan sebagai ajaran keterbukaan nilai kebaikan untuk segala ruang lini kehidupan. Salah satu tamsil dari ajaran rahmatan lil alamin yang diterjemahkan dengan kongkrit diantaranya, seperti perhatian yang besar terhadap perkembangan pemahaman keagamaan di lingkungan generasi muda Islam.
Keterjagaan muru’ah kaum muda yang hidup saat ini digambarkan layaknya sosok “pemegang estafet” bagi perjalanan agama di masa yang akan datang, sebagaimana terungkap dalam syair klasik, “Syubban al-Yaum Rijal al-Ghad”, yang berarti bahwa pemuda hari ini adalah penentu bagi kepemimpinan di hari esok.
Keterjagaan muru’ah kaum muda yang hidup saat ini digambarkan layaknya sosok “pemegang estafet” bagi perjalanan agama di masa yang akan datang, sebagaimana terungkap dalam syair klasik, “Syubban al-Yaum Rijal al-Ghad”, yang berarti bahwa pemuda hari ini adalah penentu bagi kepemimpinan di hari esok.
Dalam sebuah jalur riwayat Bukhari dan Muslim disebutkan pula bahwa pemuda yang tumbuh dan mengabdikan diri kepada Allah termasuk golongan yang mendapatkan keistimewaan di sisi Allah. Dua keutamaan generasi muda yang mendapatkan naungan istimewa di sisi Allah, dalam penjabaran yang lebih lanjut adalah mereka yang mendermakan hartanya di jalan Allah dan menjadikan ilmu yang dimiliki sebagai ladang amal kebaikan bagi sesama (HR. Tirmidzi).
Di tengah fenomena global kemajuan tekmologi informasi dan komunikasi abad 21 ini, warna pemberitaan media yang mewartakan keterlibatan kaum muda dalam ragam tindakan negatif terekam begitu dominan. Kerawanan-kerawanan sosial seperti tawuran, kekerasan, penyalahgunaan narkoba, radikalisme-terorisme, pornografi, pergaulan dan sex bebas maupun tindakan yang didasarkan pada pemahaman menyimpang lainnya masih merupakan problematika utama yang membutuhkan perhatian yang lebih saksama.
Sikap dan potensi positif yang dimiliki sebagian besar generasi muda muslim, terutama dalam keistiqomahan mereka menjalankan ibadah fardhi maupun jam’i, sudah saatnya untuk dibumikan dalam wujud yang kongkrit dan bernilai guna. Survei Paham Keislaman di lingkungan Pelajar SMA dan MA yang dilaksanakan kisaran Tahun 2011 menyebutkan bahwa masih tingginya tingkat keshalehan individu yang dimiliki oleh generasi muda muslim Indonesia.
Dari data survei tersebut ditemukan bahwa 78% pelajar rutin melaksanakan Ibadah shalat lima waktu, 76% yang beribadah puasa Ramadhan penuh, dan 82% pelajar yang masih mengaji dan berdoa (Suprapto Litbang;2011). Di tempat-tempat dimana kontrol sosial relatif lebih renggang, masih ditemukan angka yang relatif baik terkait kebiasaan kaum muda muslim yang mau membaca al-Qur’an 61%.
Dari data survei tersebut ditemukan bahwa 78% pelajar rutin melaksanakan Ibadah shalat lima waktu, 76% yang beribadah puasa Ramadhan penuh, dan 82% pelajar yang masih mengaji dan berdoa (Suprapto Litbang;2011). Di tempat-tempat dimana kontrol sosial relatif lebih renggang, masih ditemukan angka yang relatif baik terkait kebiasaan kaum muda muslim yang mau membaca al-Qur’an 61%.
Nilai-nilai keislaman pun juga menjadi acuan muda Muslim dalam membangun rumah tangga dan identitas sosial mereka kelak. Terdapat angka yang sangat positif terkait bahwa kaum muda muslim tidak ingin menikah dengan pasangan yang berbeda agama (90,1%). Data selanjutnya juga menunjukkan bahwa responden yang berusia muda (antara 15 sampai 19 tahun) akan lebih menegaskan identitas pribadi keagamaannya.
Kategori umur tersebut lebih cenderung untuk memandang pentingnya menjadi Muslim yang baik dibandingkan dengan responden berusia 20-25 tahun. Kelompok responden ini juga yang menyatakan bahwa berjilbab adalah wajib bagi perempuan, dan lebih banyak dari kelompok ini juga lebih cenderung untuk membaca Alquran (Lembaga Survei Indonesia; 2011).
Kategori umur tersebut lebih cenderung untuk memandang pentingnya menjadi Muslim yang baik dibandingkan dengan responden berusia 20-25 tahun. Kelompok responden ini juga yang menyatakan bahwa berjilbab adalah wajib bagi perempuan, dan lebih banyak dari kelompok ini juga lebih cenderung untuk membaca Alquran (Lembaga Survei Indonesia; 2011).
Relasi Keluarga Inti.
Siginifikannya angka keshalehan individu pada level generasi muda muslim di Indonesia berbanding sepadan dengan tingginya tingkat religiusitas (90%) yang ada di lingkungan keluarga inti muslim Indonesia (LSI;2011).
Keluarga seperti halnya masyarakat merupakan fakta sosial yang lahir dari individu-individu yang bercirikan ikatan darah dengan kontrol norma sosial yang bernama perkawinan. Sebagai suatu proses dalam sistem keluarga, konsepsi tentang nilai keshalehan anggota-anggota yang ada di dalamnya serta paham keagamaan yang dianut oleh mereka, juga merupakan nilai lain yang memberikan makna utuh bagi kenyataan sosial tersebut.
Keluarga kemudian menjadi agen sosialisasi utama, khususnya bagi kaum muda muslim Indonesia untuk berkembang ke arah kehidupan yang lebih positif. Bahkan keluarga dapat berfungsi sebagai wadah bermuaranya nilai keadilan sosial di masyarakat serta menjadi dasar bagi kepercayaan diri kaum muda (Somantri, 2007).
Masih merujuk kepada data survei LSI 2011 terkait “tata nilai, impian dan cita-cita pemuda muslim Indonesia” terdapat fakta bahwa kaum muda yang mengatakan bahwa hubungan mereka dengan orangtua mereka sangat baik, mencapai angka yang sangat positif yaitu 95,5%. Dalam pernyataan lainnya ditemukan pula fakta, yaitu 92,1 % responden yang menyatakan bahwa “tidak benar” jika “orang tua saya tidak peduli dengan kehidupan saya”, artinya bagi kaum muda muslim Indonesia saat ini perhatian serta kepedulian yang diberikan oleh kedua orang tua saat ini cukup besar dan bahkan berpengaruh secara baik.
Dalam aspek lainnya terdapat 78,1% responden yang menyatakan bahwa “bila seorang anak tidak meminta nasihat orang tua” adalah merupakan tindakan yang salah. Sedangkan 96,5% menyatakan bahwa orang tua mereka sering memberi nasihat, dan 78,1% responden menyatakan adalah tindakan yang salah bila seorang anak tidak meminta nasihat orang tua.
Syahdan, berkenaan dengan sikap-sikap optimisme yang terbangun di lingkaran generasi muda muslim Indonesia yang dilandaskan pada tiga sajian data dari peluang perilaku di atas, yaitu tentang tingginya akses aktif info keagamaan, frekuensi peribadahan dan latar keluarga inti yang menaungi kaum muda muslim, seghalibnya dapat menjadi peta penting atas tren paham keagamaan saat ini yang berkembang di Indonesia.
Bertolak dari tren paham keagamaan yang berkembang di lingkungan kaum muda muslim di satu sisi serta pemaksimalan peran fungsi masyarakat muslim maupun negara di sisi yang lain maka pembinaan keagamaan, khususnya yang diorientasikan pada aspek pemahaman mendalam dan pengamalan yang menggerakkan di lingkaran generasi-generasi muda Islam menjadi sangat diperlukan.
Syafaat Mohamad/Pegiat Bokorbocor Kuningan
0 comments:
Posting Komentar
Silahkan Berkomentar...
- Harap sesuai dengan Konten
- Mohon Santun
Terimakasih Telah Memberikan Komentar.