Hikmah Ramadhan
Oleh: Ifan M M Arifin
(Mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam semester VIII di IAIN Syekh Nurjati Cirebon)
(Mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam semester VIII di IAIN Syekh Nurjati Cirebon)
Aliran empiris mengatakan bahwa pembawaan itu tidak ada, yang dimiliki anak adalah akibat pendidikan baik yang bersifat baik maupun bersifat jelek. Kehidupan dan pendidikan merupakan dua istilah yang tidak bisa dipisahkan secara makna realita. Kehidupan menuntut manusia yang berperan sebagai subjek sekaligus objek agar mampu menjalankan tugasnya sebagai hamba dan khalifah di muka bumi.
Arah kehidupan manusia di muka bumi tentunya harus selaras dengan arah-arah yang ditunjukan dalam Wahyu. Hal ini berkenaan dengan tanggung jawab manusia sebagai hamba dan sebagai khalifah yang harus menebar rahmat kepada alam.
Tanggung jawab yang dipikul manusia tidak akan terlaksana tanpa mengembangkan potensi fisik dan rohani, atau dalam lingkup pendidikan formal dikenal dengan kognitif, afektif dan psikomotorik. Pendidikan setidaknya akan membentuk manusia menjadi makhluk yang memiliki daya-daya kompetensi tertentu.
Proses transformasi pendidikan harus terjadi di segala aspek kehidupan, caranya dengan mengembangkan pendidikan di lingkup informal, formal dan non formal, yang kemudian di masyarakat akan disuguhkan dengan tantangan-tantangan kehidupan yang kembali menuntut kompetensi untuk menghadapinya.
Proses seperti ini akan menjadi pengalaman yang baik dalam proses pendidikan, dimana pengalaman demi pengalaman akan menciptakan berbagai alternatif langkag-langkah pilihian dalam mengarahkan kehidupan yang ujungnya ialah semakin kayanya khazanah ilmu di dunia pendidikan.
Gelar dalam pendidikan didapat melalui proses dua sampai empat tahunan. Wisuda merupakan ritual pendidikan yang banyak kalangan menyebutnya sebagai peristiwa sakral. Bahkan bukan hanya di jenjang S1 sampai S3 saja, kini ritual itu diwajibkan pada kelulusan pendidikan setingkat PAUD, TK, SD sampai SLTA.
Ritual seperti ini nyatanya telah berhasil mengalihkan arah tujuan pendidikan yang sesungguhnya, yaitu menjadi hamba dan khalifah di muka bumi. kesadaran akan pentingnya sentuhan pada aspek jasmani, akal, akidah, akhlak, kejiwaan, keindahaan dan kebudayaan harus manusia tumbuhkan, entah itu ketika ia berposisi sebagai subjek maupun objek pendidikan. harapannya dengan kesadaran itu manusia akan menjalani proses pendidikan dengan sungguh-sungguh.
Melihat kenyataan, rupanya spirit pendidikan yaitu semangat dalam berproses dan menempuh tujuan pendidikan kini berganti dengan spirit ritual pendidikan, yaitu semangat untuk segera menyelesaikan proses pendidikan yang ditandai dengan ritual simbolis semata.
Butuh perjuangan yang besar memang untuk mendapatkan gelar pendidikan, seperti mengorbankan waktu, tenaga dan financial. Namun ketika segalanya tidak diiringi dengan spirit penghayatan akan makna dari hakikat pendidikan, yang terjadi ialah ritual hanya sekadar ritual semata, dan pendidikan hanya menjadi proses-proses formal yang dijalani tanpa suntikan spirit.
Maka proses pendidikan seharusnya mampu membawa manusia pada arah-arah yang semestinya, dan ritual-ritual yang dilakukan tidak menjadi tanda akhir berprosesnya pendidikan, justru menjadi pemicu akan hadirnya tindakan-tindakan pendidikan yang memiliki sinergi antara ritual dan aktual.***
0 comments:
Posting Komentar
Silahkan Berkomentar...
- Harap sesuai dengan Konten
- Mohon Santun
Terimakasih Telah Memberikan Komentar.