suarakuningan.com - Dalam rangka melestarikan situs bersejarah yang ada di daerah, Divisi Senja Merah Saung Indung melakukan pendataan situs-situs makam Islam di wilayah Luragung, Sabtu (15/6/2019) lalu.
Penelusuran itu merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan secara rutin oleh komunitas budaya tersebut.
Upaya pelestarian benda peninggalan sejarah dengan mengunjungi dan mencatat data yang ada di situs serta daerah sekitarnya tersebut diikuti oleh belasan orang yang beriringan dengan kendaraan roda dua guna mencapai akses yang lebih mudah dilalui.
Hisam, koordinator dalam kegiatan ini, mengatakan bahwa pendataan situs bersejarah yang ada di Luragung tersebut dilakukan sebagai upaya komunitas mereka dalam memahami sejarah dan peradaban masyarakat Luragung di masa lalu.
“Sebagai peninggalan budaya yang berasal dari masyarakat masa lampau, makam-makam ini adalah bukti sejarah yang sebetulnya bisa membantu kita untuk mengidentifikasi bagaimana masa lalu itu berjalan. Jadi, sejarah yang telah terjadi, sebetulnya bisa direkonstruksi dengan bukti-bukti sejarah seperti makam ini,” terang Hisam ketika menjelaskan signifikansi kegiatan tersebut.
Hilman Darmawan, anggota Senja Merah Saung Indung yang melakukan pengukuran secara sistematis terhadap situs dalam kegiatan itu, juga menguraikan bahwa pendataan situs tersebut dilakukan karena adanya kemungkinan bahwa lahan yang menjadi tempat dimana situs itu berada akan dijadikan sebagai lahan tambang galian pasir.
“Betul, kedatangan kami sebetulnya didasari dengan adanya informasi tentang akan dilakukannya penambangan di wilayah ini. Padahal di dalamnya terdapat situs-situs makam yang diidentifikasi oleh Balai Arkeologi Jawa Barat sebagai makam kuno penyebar Islam,” jelas Hilman sembari merentangkan alat pengukur jirat dan nisan.
“Saya juga tidak habis pikir, kenapa bisa begitu. Padahal sudah jelas bahwa alam itu jangan sampai diganggu keseimbangannya. Orang-orang tua di Kanekes sering mewanti-wanti bahwa Gunung teu beunang dilebur, Lebak teu beunang diruksak, Larangan teu meunang dirempak, Buyut teu meunang dirobah. Jadi, kalau lingkungan sudah mengalami kerusakan maka kita tinggal menunggu kehancuran mata pencaharian,” lanjut Hilman.
Bukit Cinangsih, dimana lahan galian pasir itu berada, memang menjadi serapan air dengan rimbunnya populasi vegetasi yang bervariasi. Disana, terdapat pula sejumlah mata air yang menjadi sumber perairan bagi sawah-sawah yang ada di kaki-kaki bukit di sekitar sana. Apabila bukit itu dihancurkan, maka lahan persawahan tadi akan kehilangan sumber irigasinya. Dengan kondisi yang demikian, maka kesejahteraan hanya bisa menjadi impian yang belum tentu dapat terealisasikan.
Di samping anggota komunitas Saung Indung, turut hadir pula dalam kegiatan itu Deri Akbar, Amd, pupuhu Saung Indung, DR (cand). Tendi, S.Pd., M.Hum, pembina Senja Merah Saung Indung, dan sejumlah anggota AMPEL, yaitu komunitas masyarakat di Luragung yang memiliki sikap untuk menolak terhadap galian pasir di Luragung.(Humas Saung Indung/red)
Haduh yang nganter ya setan yang menyelewengkan dana masjid luragung
BalasHapus