oleh : Fudzi Hanafi *)
521 tahun Kuningan telah menapakan jejak eksistensinya di bumi pertiwi, 24 bupati sudah berkuasa di kota yang dikenal dengan sebutaan kota kudanya. Namun kota ini sekarang terkesan lamban mengatasi persoalan warganya. Kasus ganti-untung proyek pembangunan bendungan yang belum usai, peristiwa Jodi yang menuggu viral baru ditangani serentetan kasus seks bebas, aborsi, sampai kardus berisi jenazah bayi yang belum berhasil diatasi. Sementara di momen kelahiran ini, nampaknya evaluasi-evaluasi kurang diminati.
Melestarikan budaya untuk menggenjot pariwisata berbasis investasi kaum kapitalis lebih penting ketimbang memikirkan nasib rakyat kecil. Meningkatkan pembangunan infrasturkur lebih penting ketimbang menjamin pendidikan warganya terpenuhi. Mengudang turis-turis asing untuk datang ke kota ini lebih penting ketimbang mengundang para pemuda-pemudi untuk bersama- sama membuat inovasi.
Weuh, udah seperti catatan Najma saja, berima a-a-a-a.. Oke kita lanjutkan, semoga itu hanya asumsi-asumsi saja, bukan fakta yang terjadi. Next ?
Seperti Indonesia dibawah rezim siapapun, seperti Kuningan dibawah komando siapapun, nampaknya kemiskinan masih tetap ada, industri-industri hanya dikuasai segelintir orang saja, fokus pembangunan tidak diprioritaskan kepada peningkatan kualitas sumber daya manusia. Ketahuilah Wahai anak muda : Ternyata tidak ada rezim yang betul-betul nyaman, senyaman pelukan mantan.
Tidak ada penguasa yang benar-benar lupa jasa para kapitalis, seperti halnya kita yang tidak pernah lupa kenangan mantan yang keberadaannya tetap eksis. Maka di hari jadi kota ini, seharusnya kita berhimpun dalam tujuan yang sama untuk membela kepentingan rakyat. Menerikan gagasan-gagasan untuk kecerdasan warga Kuningan. Melakukan gerakan-gerakan inovatif untuk kemajuan Kuningan.
Layaknya sepasang kekasih yang sedang anniversary, selalu ada sesi make a wish berupa harapan dan doa-doa terbaik demi kelanggengan hubungannya. Diawali dengan resolusi jangka pendek, ingin mempunyai gaji 8 juta dan di akhiri dengan revolusi jangka panjang yaitu ingin menikah ala-ala syahrini yang terkesan sangat mewah. Kitapun nampaknya harus melakukan hal yang sama dengan membuat make a wish di hari jadian kita, eh hari jadi kota kelahiran kita.
Mungkin sebagai langkah awal kita buat make a wish dengan sebuah deklarasi seperti ini,: Dengan ini, kami anak muda kuningan bersatu (jadian) dengan rakyat kuningan, bersama-sama menjunjung tinggi nilai keadilan, kebenaran, dan kemanusiaan. Menolak segala bentuk kekerasan, penidasaan dan kesewenang-wenangan atas dasar apapun. Kami anak muda kuningan akan mengawali resolusi-resolusi yang bersifat inspiratif sejak dalam pikiran dan akan melakukan revolusi dengan nilai-nilai inklusif, proaktif, dan inovatif ketika gerakan itu dilahirkan.
Salam perubahan, mari kita jadian dengan yang namanya keadilan, kebenaran, kesetaraan. Sehinga kita tidak terjebak oleh penidasan dan kesewenang-wenangan, apalagi dalam bentuk perasaan yang terbelenggu oleh kenangan-kenangan mantan. :D ***
Keterangan Penulis:
Blog : fudzihanafi96.blogspot.com
Fb/Twitter/IG : Fudzi Hanafi / @fudzihanafi28 / @Fudzihanafi
Pengalaman Organisasi :
2014-2018 Founder & Ketua Umum Inspiring Generation (Kuningan)
2016-2017 Producer Ulul Albab Cinema
2016-2017 Sekretaris Umum HMI Komisariat FEBI UIN Sunan Kalijaga YK
2015-2016 Sekretaris Umum Pondok Pesantren Ulul Albab
2015-2016 Anggota Forum Studi Ekonomi dan Bisnis Islam (FORSEBI)
2015-2016 Anggota Komunitas photographer UIN SUKA (BINGKAI)
#suaramillenialkuningan
#suaragenerasiZkuningan
#inspiringgeneration
Mahasiswa Ekonomi Syariah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Kota Kuningan akan mengulang momen bersejarah, tepat di tanggal 1 September 2019 Kuningan genap berusia 521 tahun. Usia yang cukup dewasa bahkan terbilang sangat tua untuk ukuran sebuah Kota/Wilayah di bumi Nusantara.
Bagaikan anak muda yang merayakan momen anniversary bersama pacarnya, Kuningan juga melakukan hal yang serupa tetapi rada berbeda (katanya). Kalau anak muda para bucin (budak cinta) merayakan dengan gemerlap party-party berbudaya kebarat-baratan, Kuningan pun memperingati hari bersejarahnya dengan tidak kalah hebring, serangkaian seremonial dan festival bertajuk kebudayaan digelar di berbagai daerah di Kabupaten Kuningan dengan mengusung tema Kuningan MAJU.
Seperti pada umumnya sebuah party anak muda, usai mengadakan pesta cinta satu malam (oh indahnya), di pagi hari nan mendung para muda-mudi tergeletak indah di pinggir kasur, terkadang sesekali mereka memikirkan masa depannya, sesekali mereka menyesali perbuatannya yang kebanyakan unfaedah dibanding manfaatnya.
Tidak jauh berbeda juga dengan kegiatan seremonial festival, karnaval (apapun namanya lah). Setelah disuguhkan berbagai pagelaran, esok hari nan cerah masyarakat kembali dengan problematiknya yang belum selesai, dari persoalan dapur yang sulit ngebul, sumur yang mengalami kekeringan, pekerjaan yang teramat sulit didapatkan. Memang tidak bisa dikesampingkan, bahwa setiap acara ada nilai manfaatnya, hanya saja kurang memberikan dampak signifikan terhadap kepentingan rakyat.
Kalau anak muda yang baru jadian sebulan, party setahun 12x tiap malam Jumat Kliwon, ngabisin anggaran pendapatan belanja orang tua dengan dalih atas nama cinta, kemudian orang dewasa berkata “wajar”, karena mereka masih anak muda, usia masih belia, masih dalam proses mencari jati dirinya, oke kita boleh sepakat mengatakan “wajar”.
Lah, kalau ini terjadi pada orang dewasa yang duduk sebagai pelayan dan perwakilan rakyat, menghabiskan uang jajan rakyat dengan dalih melestarikan budaya, mengadakan serangkain acara yang tidak terlalu berdampak untuk rakyat kecil? Kita katakan “wajar”? Astagfirullah, wahai anak muda, jangan katakan ini wajar, mari kita kembali belajar. Duduk manis, selesaikan membacamu sampai habis. Jangan seperti hubunganmu yang ditengah jalan kandas. Bukankah itu suatu tragedi yang tragis?
521 tahun Kuningan telah menapakan jejak eksistensinya di bumi pertiwi, 24 bupati sudah berkuasa di kota yang dikenal dengan sebutaan kota kudanya. Namun kota ini sekarang terkesan lamban mengatasi persoalan warganya. Kasus ganti-untung proyek pembangunan bendungan yang belum usai, peristiwa Jodi yang menuggu viral baru ditangani serentetan kasus seks bebas, aborsi, sampai kardus berisi jenazah bayi yang belum berhasil diatasi. Sementara di momen kelahiran ini, nampaknya evaluasi-evaluasi kurang diminati.
Melestarikan budaya untuk menggenjot pariwisata berbasis investasi kaum kapitalis lebih penting ketimbang memikirkan nasib rakyat kecil. Meningkatkan pembangunan infrasturkur lebih penting ketimbang menjamin pendidikan warganya terpenuhi. Mengudang turis-turis asing untuk datang ke kota ini lebih penting ketimbang mengundang para pemuda-pemudi untuk bersama- sama membuat inovasi.
Weuh, udah seperti catatan Najma saja, berima a-a-a-a.. Oke kita lanjutkan, semoga itu hanya asumsi-asumsi saja, bukan fakta yang terjadi. Next ?
Seperti Indonesia dibawah rezim siapapun, seperti Kuningan dibawah komando siapapun, nampaknya kemiskinan masih tetap ada, industri-industri hanya dikuasai segelintir orang saja, fokus pembangunan tidak diprioritaskan kepada peningkatan kualitas sumber daya manusia. Ketahuilah Wahai anak muda : Ternyata tidak ada rezim yang betul-betul nyaman, senyaman pelukan mantan.
Tidak ada penguasa yang benar-benar lupa jasa para kapitalis, seperti halnya kita yang tidak pernah lupa kenangan mantan yang keberadaannya tetap eksis. Maka di hari jadi kota ini, seharusnya kita berhimpun dalam tujuan yang sama untuk membela kepentingan rakyat. Menerikan gagasan-gagasan untuk kecerdasan warga Kuningan. Melakukan gerakan-gerakan inovatif untuk kemajuan Kuningan.
Layaknya sepasang kekasih yang sedang anniversary, selalu ada sesi make a wish berupa harapan dan doa-doa terbaik demi kelanggengan hubungannya. Diawali dengan resolusi jangka pendek, ingin mempunyai gaji 8 juta dan di akhiri dengan revolusi jangka panjang yaitu ingin menikah ala-ala syahrini yang terkesan sangat mewah. Kitapun nampaknya harus melakukan hal yang sama dengan membuat make a wish di hari jadian kita, eh hari jadi kota kelahiran kita.
Mungkin sebagai langkah awal kita buat make a wish dengan sebuah deklarasi seperti ini,: Dengan ini, kami anak muda kuningan bersatu (jadian) dengan rakyat kuningan, bersama-sama menjunjung tinggi nilai keadilan, kebenaran, dan kemanusiaan. Menolak segala bentuk kekerasan, penidasaan dan kesewenang-wenangan atas dasar apapun. Kami anak muda kuningan akan mengawali resolusi-resolusi yang bersifat inspiratif sejak dalam pikiran dan akan melakukan revolusi dengan nilai-nilai inklusif, proaktif, dan inovatif ketika gerakan itu dilahirkan.
Salam perubahan, mari kita jadian dengan yang namanya keadilan, kebenaran, kesetaraan. Sehinga kita tidak terjebak oleh penidasan dan kesewenang-wenangan, apalagi dalam bentuk perasaan yang terbelenggu oleh kenangan-kenangan mantan. :D ***
Keterangan Penulis:
Blog : fudzihanafi96.blogspot.com
Fb/Twitter/IG : Fudzi Hanafi / @fudzihanafi28 / @Fudzihanafi
Pengalaman Organisasi :
2014-2018 Founder & Ketua Umum Inspiring Generation (Kuningan)
2016-2017 Producer Ulul Albab Cinema
2016-2017 Sekretaris Umum HMI Komisariat FEBI UIN Sunan Kalijaga YK
2015-2016 Sekretaris Umum Pondok Pesantren Ulul Albab
2015-2016 Anggota Forum Studi Ekonomi dan Bisnis Islam (FORSEBI)
2015-2016 Anggota Komunitas photographer UIN SUKA (BINGKAI)
#suaramillenialkuningan
#suaragenerasiZkuningan
#inspiringgeneration
0 comments:
Posting Komentar
Silahkan Berkomentar...
- Harap sesuai dengan Konten
- Mohon Santun
Terimakasih Telah Memberikan Komentar.