Acara yang dilaksanakan pada Sabtu, 17 Agustus 2019, dimulai pukul 20:00-22:30 WIB, mengangkat tema “Saluyu dina Lengkah, Sarasa dina Manah, Satekad dina Arah”, menjadi momen penting dalam proses keberlangsungan hidup berbangsa dan bernegara di kelurahan Windusengkahan. Pasalnya, acara tersebut mempertemukan seluruh kalangan masyarakat, seperti para pemuda/pemudi, kyai, tokoh masyarakat, Ketua RT/RW, dan Kepala Kelurahan beserta perangkatnya.
Pertemuan tersebut merupakan salah satu langkah strategis untuk menyampaikan pesan-pesan kebangsaan yang terkandung dalam tema yang tersebut. Acara yang bersifat umum tersebut dihadiri oleh lebih dari 200 orang peserta.
Ngaji Kebangsaan ini dimeriahkan juga oleh grup hadroh Al-Imam, dilanjutkan dengan sambutan dari Muhammad Faisal (Ketua Panitia) dan Ibu Lina Yuliani, S.Ag., (Sekretaris Kelurahan Windusengkahan). Kemudian dilanjutkan dengan pembacaan hadoroh dan atakah yang dipimpin oleh Bapak KH. Mansur, bukan hanya mendoakan para orang tua yang telah mendahului, tetapi juga mendoakan para pahlawan yang telah susah payah berjuang. Tausiyah kebangsaan menjadi sesi inti dalam acara tersebut, yang disampaikan KH. Abdul Aziz A N.
Beliau merupakan Ketua MUI Kabupaten Kuningan, Pimpinan Pondok Pesantren Nuruh Huda Windusengkahan, dan Rois Syuriah PCNU Kabupaten Kuningan yang tidak diragukan lagi track recordnya dalam hal kebangsaan.
Dalam kesempatan tersebut, KH. Abdul Aziz A N memaparkan beberapa poin penting tentang wawasan kebangsaan, bahwa wawasan kebangsaan itu sangat penting ditanamkan kepada masyarakat sebagai upaya untuk mencapai tujuan nasional. Beberapa tujuan nasional pada era kepemimpinan sekarang ialah pemerataan sumber daya manusia (SDM), ekonomi dan sosial.
Beliau menyampaikan juga bahwa pemerintah telah menggelontorkan dana sebesar 20% dari APBN untuk pendidikan, artinya pemerintah sedang serius membangun SDM melalui pendidikan. poin yang tidak kalah penting dari urgensi wawasan kebangsaan ialah terwijudnya kebersamaan dalam perbedaan, dan kehidupan di negeri ini harus berpijak kepada empat pilar kebangsaan, yaitu Pancasila, UUD 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhineka Tunggal Ika.
Acara tersebut dilanjutkan dengan pembacaan Mahalul Qiyam yang begitu khidmat bersama grup hadroh Al-Imam, dan diakhiri dengan dibacakannya sebuah tulisan oleh pembawa acara. Beberapa penggalan dari tulisan tersebut, “Hei kalian para pemuda! Masihkah kau memiliki jiwa seorang pejuang? Bangunlah dari tidurmu, bergeraklah dan raih mimpi-mimpimu. Jangan kau belenggu ide-idemu, atau mungkin kau sendiri yang terbelenggu oleh ide-idemu? Bebaskan belenggumu dan ekspresikan, Ibu Pertiwi sedang menunggu karyamu”. (Ifan M M Arifin).
0 comments:
Posting Komentar
Silahkan Berkomentar...
- Harap sesuai dengan Konten
- Mohon Santun
Terimakasih Telah Memberikan Komentar.