suarakuningan.com - Selesai mengikuti Uji Kompetensi Wartawan (UKW), salah satu wartawan muda Kuningan yaitu, Sopandi, menerima buku yang ditulisnya dari salah satu penerbit di Jakarta. Buku tersebut berjudul "Rahsa: Refleksi tentang Pendidik, Pelajar, dan Orang Tua" yang ditulis di sela kesibukan menjadi wartawan.
Buku yang ditulisnya itu terdiri dari tiga bab. Masing-masing bab berisi refleksi sebagaimana judul buku tersebut. Penulis yang akrab disapa Ceng Pandi itu menerangkan, tiga bahasan itu ditulis dan dikumpulkan dalam satu buku sebagai bentuk refleksi dari data-data kecil yang didapat selama liputan.
"Ide tulisan ini sering didapat ketika sedang liputan atau dari bahan bacaan buku yang ada di rumah. Setelah selesai menulis berita, data-data kecil yang menarik untuk ditulis saya kembangkan dalam bentuk tulisan seperti dalam buku ini," kata Ceng Pandi, Kamis (24/10)
Menurutnya, judul buku tersebut diambil untuk merefleksikan isi buku yang isinya cukup kompleks. Kompleksitas isi buku tersebut diharapkan sesuai dengan makna Rahsa itu sendiri yaitu menyentuh bagian intelektual pembaca yang mengandaikan adanya kompleksitas suatu objek dan memungkinan untuk mengambil sikap yang berbeda dari objek tersebut.
"Tulisan-tulisan ini sifatnya refleksi, yang bisa saja benar atau bahkan salah, tergantung penilaian pembaca. Tapi setidaknya dari tulisan inilah kembali ingin saya katakan bahwa perbedaan perspektif itu sangat mungkin," kata dia.
Perbedaan perspektif, lanjut dia, merupakan sunatullah yang tidak bisa dihindari. Seperti pepatah lain kolam lain pula ikannya, begitu juga lain kepala lain pula isinya dan pikirannya. Karena itu menurutnya, perbedaan perspektif di dalam buku tersebut bukan untuk maksud negatif, melainkan sebagai bahan wacana yang bisa dikembangkan.
Wartawan yang juga asisten dosen dan Ketua DKM ini berharap, dengan segala keterbatasan dan kelemahan analisis wacana yang dimilikinya, buku tersebut bisa menambah wacana perspektif di Kuningan. Adapun kekeliruan dan kesalahan yang ada di dalamnya diakui sebagai murni dari kelemahan dirinya sebagai manusia biasa yang memungkinkan untuk terus memperbaiki diri dan alur berfikirnya.
"Semoga bisa diambil sisi positifnya," pungkasnya.(red)
Mantap
BalasHapus