oleh : Coach Ari (Trainer Amco / Leadership Trainer / Konsultan Permasalahan Remaja / Trainer Muda Kuningan/ Mahasiswa Magister Manajemen UNIKU)
suarakuningan.com - Menurut Anda, adakah hubungan antara ayah dengan kesehatan anak? Jika jawabannya ada, berarti jawaban Anda sama dengan jawaban saya. Kenapa saya sepakat bahwa kesehatan anak bisa dipengaruhi oleh kedekatan dan hubungannya dengan seorang ayah. Ini berdasarkan observasi dan kajian yang saya lakukan selama kurang lebih 10 tahun.
Ya, 10 tahun menjadi pembimbing asrama santri (pelajar yang belajar di pondok pesantren) di salah satu pesantren besar di daerah Kuningan Jawa Barat membuat saya bisa menyimpulkan bahwa memang kesehatan anak itu salah satunya dipengaruhi oleh kepribadian seorang ayah. Bahkan tidak hanya kesehatan pisik tapi juga psikis.
Saya pernah menemukan salah satu kejadian yang menarik ketika kedatangan santri baru, waktu itu jam menunjukkan pukul 23.00 WIB. Sebelum penulis masuk ke dalam rumah yang kebetulan berdekatan dengan asrama santri baru, tiba-tiba terdengar suara teriakan dari salah satu kamar. Mendengar teriakan tersebut, dengan spontan saya langsung bergegas menuju kamar tersebut dan says melihat ada seorang santri yang sedang dikelilingi oleh teman-teman satu kamarnya yang kebetulan belum tidur.
Saya langsung menanyakan kepada teman-temannya, "Ada apa?"
"Ini Ustadz (panggilan untuk guru di Pesantren) teman saya perutnya sakit." Jawab salah satu temannya.
"Ini Ustadz (panggilan untuk guru di Pesantren) teman saya perutnya sakit." Jawab salah satu temannya.
Kemudian saya membawa santri tersebut ke rumah dan mempersilahkan santri lainnya untuk istirahat.
Ketika di rumah saya coba tenangkan dulu santri yang terlihat masih memegang perutnya sambil merintih kesakitan. "Coba sekarang tarik nafas dalam-dalam, tahan sbentar, dan keluarkan sambil ucapkan Alhamdulillah." Kata saya sambil mengulang perintah tersebut sebanyak 3 kali. Dan Alhamdulillah setelah 3 kali melakukan intruksi yang saya perintahkan, santri tersebut bisa lebih tenang, bahkan secara otomatis tangan yang sebelumnya memegang perut, sedikit demi sedikit mulai terlepas dan saya lihat raut mukanya sudah lebih tenang, menandakan rasa sakitnya sudah mulai berkurang.
Ketika di rumah saya coba tenangkan dulu santri yang terlihat masih memegang perutnya sambil merintih kesakitan. "Coba sekarang tarik nafas dalam-dalam, tahan sbentar, dan keluarkan sambil ucapkan Alhamdulillah." Kata saya sambil mengulang perintah tersebut sebanyak 3 kali. Dan Alhamdulillah setelah 3 kali melakukan intruksi yang saya perintahkan, santri tersebut bisa lebih tenang, bahkan secara otomatis tangan yang sebelumnya memegang perut, sedikit demi sedikit mulai terlepas dan saya lihat raut mukanya sudah lebih tenang, menandakan rasa sakitnya sudah mulai berkurang.
Kemudian saya coba tanya, "Dari kapan sakit perut?"
"semenjak sore tadi." jawabnya.
"Sudah sering merasakan sakit perut seperti ini?" lanjut saya bertanya.
"Semenjak ayah sibuk kerja keluar kota." Jawabnya kembali.
"Kan ada ibu." Jawab saya
"Beda ustadz, sebelum ayah saya sibuk saya sering bermain dan belajar dengan ayah meskipun sebentar. Ada rasa bahagia yang saya dapatkan. Tapi setelah ayah sibuk, pulang hanya 3 bulan sekali, itupun kadang tidak menyempatkan waktu untuk bermain kembali dengan saya. Saya tidak tahu, setiap saya melihat teman saya ngobrol dengan ayahnya, saya jadi tidak bisa konsentrasi, sedih, dan tidak tahu kenapa tiba-tiba suka sakit perut." Jawab santri tersebut dengan mata berkaca-kaca.
"semenjak sore tadi." jawabnya.
"Sudah sering merasakan sakit perut seperti ini?" lanjut saya bertanya.
"Semenjak ayah sibuk kerja keluar kota." Jawabnya kembali.
"Kan ada ibu." Jawab saya
"Beda ustadz, sebelum ayah saya sibuk saya sering bermain dan belajar dengan ayah meskipun sebentar. Ada rasa bahagia yang saya dapatkan. Tapi setelah ayah sibuk, pulang hanya 3 bulan sekali, itupun kadang tidak menyempatkan waktu untuk bermain kembali dengan saya. Saya tidak tahu, setiap saya melihat teman saya ngobrol dengan ayahnya, saya jadi tidak bisa konsentrasi, sedih, dan tidak tahu kenapa tiba-tiba suka sakit perut." Jawab santri tersebut dengan mata berkaca-kaca.
Setelah itu, saya pun berusaha mendengarkan ceritanya sambil berusaha memahamkan. Dan setelah perutnya tidak terasa sakit lagi, saya langsung mengantarnya ke kamar untuk istirahat.
Dari kejadian tersebut, saya bisa menyimpulkan bahwa peranan orang tua terhadap perkembangan anaknya sangatlah penting, tidak hanya peran seorang ibu, tapi juga seorang ayah. Ayah lah yang bisa memberikan rasa aman dan percaya diri kepada anak. Jika anak merasa aman dan percaya diri, maka akan muncul rasa bahagia.
Rasa bahagia yang senantiasa dirasakan oleh seseorang, akan membuat hormon endorfin meningkat. Semakin hormon ini meningkat, maka secara emosi pun akan lebih baik. Jika emosi baik, maka pisik pun akan baik. Sehingga anak yang dekat dengan ayahnya, Insya Alloh akan sulit terkena penyakit, karena kebanyakan penyakit berawal dari emosi yang tidak baik.
Oleh karena itu, bertepatan dengan hari ayah dan hari kesehatan nasional, saya menghimbau kepada seluruh ayah, sesibuk apapun Anda mencari nafkah, sediakanlah waktu untuk tetap bisa berinteraksi dengan anak meskipun hanya melalui video call. Pengaruhilah anakmu sebelum dipengaruhi oleh Orang lain!
Selamat Hari Ayah, Hari Pahlawan, Dan Hari Kesehatan nasional, karena ayah adalah salah satu pahlawan bagi kesehatan dan kesuksesan anak....
Mantap
BalasHapus