suarakuningan.com - Komite Independen Pemantau Pemilu (KIPP) Kabupaten Kuningan telah menggelar kegiatan bedah buku Nafas Kebudayaan Demokrasi karya Dani Danial Mukhlis. Kegiatan yang berlangsung di kedai kopi Salma Sindangagung tersebut dihadiri langsung oleh penulis buku yang merupakan Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Banjar sebagai narasumber di giat KIPP.
Kegiatan yang dipandu langsung oleh Ketua KIPP Kuningan Zaka Vikryan tersebut, menghadirkan jugs Ketua KPU Kabupaten Kuningan Asep Z. Fauzi dan Budayawan Dedi Slamet Riyadi sebagai pemantik diskusi. Selain itu turut pula hadir Komisioner KPU Kuningan Divisi SDM dan Parmas Dudung Abdu Salam dan Divisi Data dan Informasi Asep Budi Hartono.
“Sampurasun dalam tinjauan filosofisnya memiliki kandungan yang sama dengan Assalamu’alaikum yaitu saling menyempurnakan diri dan saling menjamin untuk kebaikan, keindahan, kesucian, dan keselamatan antara satu dan lainnya melalui rahmat dan keberhakan Allah SWT sebagai pemilik kebaikan, keindahan, dan kesucian. Saya meyakini bahwa sampurasun sebagai spirit yang bisa dibangun untuk menghidupkan kembali perilaku hidup gotong royong (sebagai esensi nilai demokrasi) dalam kehidupan bermasyarakat. Sampurasun adalah keniscayaan masyarkat untuk dapat saling bahu-membahu dan saling menggenapkan ikhtiar.” ujar Dani Danial M.
Dirinya kemudian menyampaikan sistem demokrasi yang berpijak pada spirit agama dan budaya, Indonesia akan tumbuh sebagai negara demokrasi yang mampu menjalankan tujuan prophetic bangsanya, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia; memajukan kesejahteraan umum; mencerdaskan kehidupan bangsa; dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
“Sebagai manusia kita harus hade gogog hade tagog, mesti baik ucapannya mesti baik pula penampilannya. Paling tidak dengan menghayati falsafah yang termuat dalam paribasa tersebut dan diaktualisasi ke dalam dunia demokrasi, sangat memungkinkan terbangunnya wajah demokrasi yang baik pula. Tentu masih banyak nilai-nilai kebudayaan Sunda yang dapat dijadikan pelajaran sebagai dasar tindak dalam dunia demokrasi.” ujar Asep Z. Fauzi.
Dedi Slamet Riyadi di forum menyampaikan, giroh demokrasi dan politik jangan sampai didominasi oleh syahwat will to power. Demokrasi dan politik seharusnya dapat dijadikan medium untuk mengabdi dan melayani masyarakat. “Tentu tidak mudah, akan banyak sekali godaan datang dalam dunia demokrasi dan politik. Namun dengan kembali kepada nilai-nilai kebudayaan dan agama, maka bukan suatu hal yang muskil godaan itu dapat dibentengi agar tidak merasuk liar ke dalam lelaku politik di tanah air.” ujarnya.
“Masyarakat sebagai manifestasi kolektif manusia memiliki kontinum norma, identitas sosial, dan kontinuitas. Perangkat-perangkat perekat tersebut merupakan kesepatakan primordialistik yang akhirnya menjadi sebuah ekualitas. Laku asosiatifnya kemudian melibatkan bahasa dan rasa sebagai medium dasar berkomunikasi. Pada titik inilah biasanya masalah rentan mencuat ke permukaan. Perbedaan penerimaan semantis adalah pemicu ledakan konflik. Namun, kiranya aktualisasi nilai-nilai budaya Sunda dan agama di masa kini dapat menjadi salah satu solusi ampuh bagi terciptanya suasana yang sehat. Sehingga tujuan masyrakat adil makmur dapat tercapai.” ujar Zaka Vikryan.(Humas KIPP/red)
0 comments:
Posting Komentar
Silahkan Berkomentar...
- Harap sesuai dengan Konten
- Mohon Santun
Terimakasih Telah Memberikan Komentar.