oleh : Isnaeni Meylina / Ismey IGen( Aktif di Inspiring Generation )
Psikologi Pendidikan Dan Bimbingan Universitas Negeri Yogyakarta
suarakuningan - Saat usia seorang single sudah memasuki 20 tahun, sering muncul pertanyaan terkait kepastian cinta. Pertanyaan keluarga dan masyarakat kerap menjadi tekanan yang sudah biasa. Pada beberapa kalangan jomblo, bahkan mereka merasa tengah di bully saat ada yang bertanya tentang bab cinta dan pernikahan. Padahal sebenarnya pertanyaan itu termasuk 'standar basa-basi' atau bahkan 'bercandaan' masyarakat Indonesia. Tidak ada maksud membully sama sekali.
Belum lagi ketika seseorang pernah mengalami penolakan dari orang yang diharapkan menjadi pasangan hidupnya. Atau pernah kecewa karena lelaki idaman yang diharapkan datang meminangnya, ternyata menikah dengan yang lainnya. Pun ketika 'tidak pernah ada yang datang', seseorang bisa merasa tidak normal atau tidak wajar. Dari hal inilah muncul pertanyaan “apakah aku berbeda sehingga pangeran berkuda tak kunjung tiba? Apa dosaku, sehingga belum ada yang datang meminang diriku? Seolah-olah kita menjadi tidak memiliki kepercayaan diri.
Padalah menikah itu bukan soal pengen atau tidak pengen. Soal cepat atau lambatnya. Menikah itu perintah agama, bagian dari ketaatan kepada Allah, menjalankan sunnah Rasulullah dan menjadi rangkaian ibadah dalam kehidupan kita. Bukan kah sesuatu yang dijalankan dengan terburu-buru takan mendatangkan maanfat bagi kita. Mari kita belajar bersabar dalam penantian cinta.
Jadi Apa yang harus dilakukan di masa penantian?
Paling tidak, ada tujuh sikap yang sepatutnya dimiliki para lajang laki-laki dan perempuan di masa menanti datangnya jodoh idaman hati, sebagai berikut: Ridha terhadap ketentuan Allah. Menanti itu bukan pasif, pesimis dan apatis. Selalu produktif di masa penantian. Selalu yakin dan optimis. Memperbaiki persiapan diri. Menjaga kebaikan diri. Memperluas pergaulan dengan orang lain.
Hal penting yang perlu terus kita tumbuhkan adalah memiliki kedewasaan dan kematangan kepribadian, bahkan bukan hanya pada masa penantian, namun dalam bekerja, berorganisasi, maupun bermasyarakat, juga memerlukan karakter pribadi yang dewasa. Seperti apakah pribadi dewasa itu?
Menurut perspektif psikologi, seseorang yang memiliki pribadi dewasa, dalam dirinya terdapat ciri-ciri sebagai berikut: Memiliki sense of self atau konsep diri yang kuat, seperti bisa mengambil keputusan untuk dirinya tanpa mengandalkan orang lain. Dapat menjalin hubungan sosial dengan orang lain secara sehat dalam jangka waktu panjang.
Memiliki kematangan emosional, mampu mengelola dan mengontrol emosi, sehingga kondisi mood-nya tidak bergantung kepada aksi atau reaksi orang lain. Bisa menerima dirinya secara seimbang, misalnya mengetahui dan menerima kelebihan dan kekurangan diri, sehingga bisa bertindak dengan tepat.
Bisa menyusun argumen, pendapat, pandangan, dan persepsi yang logis dan masuk akal. Bisa berpikir jangka panjang dan membuat perencanaan kehidupan. Bertanggung jawab atas tindakan yang dilakukan. Mampu mengelola konflik atau perbedaan dengan bijak.
Bagaimana? Sudah Siap Memperbaiki dan meningkatkan Kualitas Diri Kan ?
Menanti sambil mempersiapkan diri.***
#suaramillenialkuningan
#suaragenerasiZkuningan
#inspiringgeneration
#suaramillenialkuningan
#suaragenerasiZkuningan
#inspiringgeneration
0 comments:
Posting Komentar
Silahkan Berkomentar...
- Harap sesuai dengan Konten
- Mohon Santun
Terimakasih Telah Memberikan Komentar.