"Manuscripts from Kuningan Can Be Directly Accessed"
Luar Biasa.... Urang Kuningan Turut Inisiasi Lestarikan Naskah Kuno di Asia Tenggara!
suarakuningan - Sejak akhir tahun 2017, tim yang tergabung dalam program DREAMSEA mulai getol mendata dan mendigitalisasi manuskrip-manuskrip yang ada di Asia Tenggara!. Program yang diinisiasi oleh dua filolog kawakan, yaitu Prof Jan Van der Putten dari Centre for the Study of Manuscript Cultures (CSMC) dan Prof Oman Fathurahman dari Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, bertujuan untuk memperkenalkan dan melestarikan naskah kuno yang terancam punah di Asia Tenggara..
Salah satu daerah yang disasar untuk digali khazanah pernaskahannya adalah Kuningan. Pada sekitar Bulan Oktober 2018, terdapat beberapa tempat di Kuningan yang didatangi oleh tim pelaksana DREAMSEA untuk didigitalisasi naskah-naskahnya. Tempat-tempat itu di antaranya adalah Sekolah Dasar Islam Terpadu Al-Fatah di Desa Lengkong, Kecamatan Garawangi, dan Paseban Panca Tri Tunggal, Cigugur.
Setelah terlaksananya pendataan dan pemindahan media, akhirnya usaha itu dipublikasikan secara terbuka dalam laman programnya: DREAMSEA, beberapa hari yang lalu. Meski belum secara menyeluruh dibuka ke publik, namun beberapa manuskrip Kuningan sudah dapat dilihat, yang di antaranya manuskrip milik keturunan K.H. Hasan Maulani yang dalam pendataannya dilakukan di Sekolah Dasar Islam Terpadu Al-Fatah di Desa Lengkong, Garawangi. Dengan demikian, kita dapat melihat bagaimana bentuk naskah-naskah tersebut.
Menurut Manajer Data program DREAMSEA, Muhammad Nida Fadlan, penyediaan akses terbuka yang berupa repositori tersebut adalah produk utama dari serangkaian kegiatan yang dilaksanakan oleh tim DREAMSEA. Program ini tidak berjalan singkat, karena terdiri dari banyak kegiatan, meliputi pembersihan, pelestarian, dan digitalisasi naskah guna memperkenalkan warisan budaya masyarakat lokal, hingga membuat gambar digital naskah tersebut dapat tersedia melalui suatu laman akses online dan terbuka.
Terkait hal ini, Sejarawan Keraton Kacirebonan, Tendi, mengungkapkan bahwa khazanah manuskrip di wilayah Kuningan telah beberapa kali dikaji namun masih minim untuk diteliti. “Tidak banyak manuskrip dari Kuningan yang telah diteliti atau bahkan ditransliterasi dan translasi, sehingga khazanah pernaskahan di Kuningan terbilang masih perawan. Sejauh yang saya ketahui, baru dua akademisi yang pernah mengkaji naskah dari Kuningan, yaitu Pak Amman N. Wahju dan Pak M. Nida Fadlan,” jelas dosen sejarah IAIN Syekh Nurjati tersebut.
“Semoga saja, dengan terbukanya informasi mengenai hal ini, geliat untuk mengkaji manuskrip bisa semakin ramai di Kuningan. Bagaimanapun, sebetulnya Kuningan adalah daerah yang kaya akan sejarah yang masih butuh banyak orang untuk mengkajinya,” tutup akademisi yang merupakan “pituin” Kuningan tersebut.(Nata/red)
0 comments:
Posting Komentar
Silahkan Berkomentar...
- Harap sesuai dengan Konten
- Mohon Santun
Terimakasih Telah Memberikan Komentar.