Mahasiswa yang tidak “Maha”, Aktif di @inspiring_generation17 serta anggota biasa PMII Kab. Kuningan
suarakuningan - Sebuah ungkapan menyebutkan buku adalah jendela pengetahuan. Dapat dipastikan hal itu benar adanya, melalui buku kita dapat menjelajahi berbagai khazanah ilmu pengetahuan. Bahkan dengan membaca buku, dunia yang tak pernah kita tuju akan kita singgahi melalui imajinasi pikiran kita.
Dengan membaca kita dapat mengetahui berbagai ragam emosi baik sedih, marah, gembira, haru bahkan takut. Buku mengantarkan kita pada sebuah petualangan dengan turut merasakan apa yang tertera dalam isi buku yang kita baca. Wawasan kita akan betambah setiap kita membaca buku, buku adalah media yang paling baik untuk mendapatkan ilmu pengetahuan.
Buku menjadi sumber ilmu pengetahuan, namun menurut data UNESCO pada 2016, minat baca Indonesia sangat memprihatikan. Minat baca Indonesia berada di peringkat 60 dari 61 negara yang di survei. Artinya buku yang merupakan jendela pengetahuan ini hanya dinikmati oleh mereka yang benar-benar cinta terhadap buku.
Walaupun demikian buku masih menjadi primadona sebagian orang untuk mendapatkan ilmu pengetahuan. Dari data Picodi.com menjelaskan jumlah permintaan buku di pasar Indonesia masih cukup tinggi, terutama menjelang akhir tahun. Di bulan Desember 2018 jumlah pembelian buku mencapai 12 persen dari transaksi tahunan, atau meningkat dua kali lipat dari penjualan di awal tahun.
Hal-hal yang menjadi faktor masyarakat membeli buku adalah karena keinginan sendiri untuk dijadikan sebagai bahan koleksi pribadi. Moment diskon seperti penghujung akhir tahun juga tak bisa di lewatkan, biasanya banyak toko buku yang memberikan harga spesial, sehingga orang-orang banyak tertarik untuk membeli buku.
Review pembaca pun mempengaruhi seseorang untuk membeli buku, apabila review yang dijelaskan menarik tentu hal ini menjadi nilai lebih suatu buku untuk dapat dijadikan sebagai koleksi.
Sudah beberapa tahun kebelakang produksi film Indonesia mengangkat kisah dari sebuah novel seperti Dilan 1990 karya Pidi Baiq, Bumi Manusia dan Perburuan karya Pramoediya Ananta Toer, Dear Nathan karya Erisca Febriani, Surga yang Tak Dirindukan karya Asma Nadia dan masih banyak lagi yang tentu mengangkat nilai penjualan buku.
Setiap orang memiliki kecenderungan berbeda untuk membeli buku, ada yang memang karena kebutuhan, sekedar sebagai hobi mengoleksi buku, atau tertarik sekilas karena melihat judul atau sampul buku.
Dalam novel berjudul Perpustakaan Kelamin karya Sanghyang Mughni Pancaniti Ada sebutan bagi orang-orang yang suka mengkoleksi buku, sebutan itu adalah “Penggandrung Buku”, yang menurut Putut Widjanarko dibagi kedalam tujuh kategori :
Pertama, Bibliomania seseorang ditegorikan sebagai Bibliomania adalah mereka yang membeli buku hanya untuk menumpuknya, bukan hendak membaca kemudian mengambil maknanya.
Kedua, Bibliofil seseorang yang dikategorikan ini adalah ia yang membeli buku dan membacanya, sebanyak apapun buku yang di kumpulkan.
Ketiga, Bibliotaf adalah ia yang menaruh buku seaman-amannya, bahkan bila perlu dikuburkannya. Ia mempercayai buku adalah harta yang maha penting, siapapun tak boleh menyentuh atau membaca buku-bukunya.
Keempat, Bibliokas Seseorang yang dikategorikan sebagai bibliokas adalah orang yang memiliki kecenderungan untuk menghancurkan buku, baik dalam skala kecil atau besar. Penghancuran buku dalam skala besar seperti pembakaran buku-buku atau dengan menghancurkan perpustakaan, sedangkan skala kecil misalnya siapa pun yang pernah menyobek halaman buku terlepas ia menyukainya atau tidak maka ia termasuk bibliokas, contoh dari kecenderungan ini adalah menyobek halaman kosong diawal atau akhir buku dan membuat kapal kertas darinya.
Kelima, Bibliofagi seseorang yang dikategorikan sebagai ini adalah ia yang memakan buku dalam arti sesungguhnya. dalam literatur masyarakat Indonesia ada sebagian orang yang membakar buku, kemudian diseduhnya untuk diminum dengan tujuan ilmu dalam buku akan mudah dicerna.
Keenam, Biblionarsisis seseorang yang mengoleksi buku, penuh dengan Ensiklopedia lengkap dan menempatkannya di rak khusus hanya untuk berlagak, bermegah-megahan, pamer dan untuk mengagumi dirinya sendiri atas buku yang telah dikumpulkan.
Ketujuh, Bibliokleptomania kecenderungan seseorang yang suka mencuri buku, baik di rumah teman, toko, atau perpustakaan. Pencurian ini didasari atas kepuasannya sendiri, dan tidak berniat untuk menjualnya.
Jadi.. termasuk kedalam kategori mana dirimu?
#suaramillenialkuningan
#suaragenerasiZkuningan
#inspiringgeneration
0 comments:
Posting Komentar
Silahkan Berkomentar...
- Harap sesuai dengan Konten
- Mohon Santun
Terimakasih Telah Memberikan Komentar.