oleh : Coach Ari (FB. Ari M. Ridwan) ( IG; @Ari M. Ridwan)
(Trainer Amco / Leadership Trainer / Kepala Bagian Pembinaan Pondok Pesantren Terpadu Al-Multazam / Konsultan Permasalahan Pelajar dan Pemuda / Trainer Muda Kuningan / Mahasiswa Semester Akhir Pasca Sarjana Uniku Prodi Magister Manajemen / Instruktur Senam Kebugaran / Penulis Buku “Kembali Kepada Fitrah” )
Wabah Corona Virus Disease (covid) yang semakin merajalela membuat para pemimpin daerah sampai pemimpin negara mengumumkan surat keputusan. Tempat keramaian merupakan salah satu tempat favorit virus ini menyebar. Sekolah merupakan salah satu tempat keramaian. Sehingga diantara surat keputusan yang dibuat adalah dengan memindahkan tempat belajar dari sekolah ke rumah masing-masing dengan memanfaatkan teknologi internet. Ada yang menggunakan aplikasi atau hanya dengan memanfaatkan media sosial yang ada.
Sayangnya, tidak semua pelajar memahami dan menyadari kondisi yang terjadi. Sehingga sempat viral hashtag terimakasihcorona. Dalam benak saya langsung muncul pertanyaan kenapa beberapa pelajar menganggap virus ini sebagai 'anugerah'. Kenapa? Salah satu kajian yang saya lakukan memberikan beberapa jawaban kenapa mereka melakukan seperti itu, diantaranya:
1. Mereka berpikir bahwa ini adalah 'libur sekolah', sehingga tidak ada kewajiban belajar, memperhatikan guru menerangkan, mengerjakan latihan, ujian, dan sejenisnya. Ironi, karena keputusan yang disampaikan bukan libur tapi berpindah tempat belajar.
2. Waktu menggunakan gadget lebih banyak. Gadget ini seperti pisau bermata dua, jika salah menggunakan, maka akan menghancurkan penggunanya. Dan kajian saya selama ini, sedikit membuktikan bahwa mayoritas pelajar menggunakan gadgetnya untuk bermain game, bermain medsos, dan menonton konten-konten tertentu. Sayangnya, game yang dimainkan identik dengan kekerasan, sehingga membuat sedikit demi sedikit mengikis rasa empati pemain game tersebut. Medsos, mulai dari Facebook, WhatsApp, Instagram, line, dan sejenisnya penuh dengan obrolan yang kurang bahkan tidak berfaedah. Begitupun konten-konten yang dipilih dan digunakan malah mengikis keimanan.
3. Bisa 'nongkrong' dengan teman. Sebetulnya jika nongkrongnya tidak hanya sekedar menghabiskan waktu dan bisa menghasilkan sesuatu yang bisa membuat dirinya maju dan lebih bermutu sih tidak apa-apa. Namun kenyataannya, nongkrongnya hanya sekedar bermain game bersama tanpa banyak berkata. Sekali-kali hanya terdengar teriakan, bahkan keluar kata-kata ejekan (karena bisa mengalahkan temannya). Atau nongkrongnya hanya digunakan untuk membahas sesuatu yang tidak bermakna dan tidak membawanya kemana-kemana (tidak membawanya ke kondisi yang lebih baik).
4. Travelling dengan tujuan hanya sekedar refreshing bukan untuk suatu yang sangat penting. Traveling untuk refreshing sebetulnya tidak salah, tapi jika situasinya seperti sekarang tentu dilarang. Dengan memindahkan tempat belajar ke rumah, hakikatnya agar terhindar dari wabah bukan malah menambah masalah. Apalagi jika travelingnya dengan membawa kendaraan, kebut-kebutan, malah menambah kerusuhan.
Itulah beberapa jawaban dari kajian yang saya lakukan. Seakan-akan huru-hara Corona, malah dimanfaatkan untuk Hura-Hura. Semoga dengan tulisan ini, para pelajar yang sudah merencanakan hal-hal yang tidak baik, bisa sadar dan tidak direalisasikan. Karena ketidakbaikan yang dilakukan hanya akan menambah kemaksiatan dan penyesalan di masa depan.
Begitupun bagi semua orang tua, dengan banyaknya waktu bersama anak di rumah, bisa dimanfaatkan untuk memupuk rasa kebersamaan agar bertambah, menguatkan tali kekeluargaan agar semakin berkah. Apalagi menjelang bulan suci Ramadhan.
Wahai para pelajar, generasi harapan di masa depan, manfaatkanlah waktu belajar di rumah dengan mengikuti semua instruksi dari sekolah. Karena belajar tidak hanya di dalam kelas tapi juga di luar kelas. Begitupun dengan libur sekolah, bukan berarti libur beribadah.
Semoga dengan adanya huru-hara Corona bisa membuat kita lebih sadar bahwa ini adalah bentuk kasih sayang Alloh agar kita tersadar, bahwa kondisi alam semesta ini ada di dalam kontrol illahi Rabbi. Aturan yang dibuat oleh Sang Pencipta, semata-mata agar kita tidak hanya sekedar melakukan sesuatu yang sia-sia atau bahkan sampai membuat orang lain celaka. Tapi harus diikuti agar bisa saling menjaga sebagai seorang manusia.
Banyak hikmah yang bisa diambil, semoga yang sudah merasa besar tidak tambah membesar, yang mulai nyasar semoga bisa langsung sadar karena malaikat pencabut nyawa tidak bisa dibayar agar menangguhkan ruh agar tidak keluar.
So, huru-hara Corona yang terjadi jadikan sebagai sarana introspeksi bukan malah membuat jauh dari illahi Rabbi!***
0 comments:
Posting Komentar
Silahkan Berkomentar...
- Harap sesuai dengan Konten
- Mohon Santun
Terimakasih Telah Memberikan Komentar.