Oleh : Coach Ari (Trainer Amco / Leadership Trainer / Kepala Bagian Pembinaan Pondok Pesantren Terpadu Al-Multazam / Konsultan Permasalahan Pelajar dan Pemuda / Trainer Muda Kuningan / Mahasiswa Semester Akhir Pasca Sarjana Uniku Prodi Magister Manajemen / Instruktur Senam Kebugaran / Penulis Buku “Kembali Kepada Fitrah” )
Pernahkah merenungkan sejenak, ternyata kisah dan sejarah yang terjadi di masa lalu merupakan salah satu sumber pelajaran bagi kita untuk menghadapi situasi-situasi yang kita alami sekarang ini.
Termasuk salah satu kisah yang dialami Rasulullah Saw dan kaum muslimin ketika perang Hunain.
Setidaknya pelajaran yang kita bisa ambil dari kisah tersebut adalah fase 3A (Afraid, A Faith, dan Action)
Perang Hunain yang dialami oleh Rasulullah meninggalkan pelajaran sangat bermanfaat bagi umat Islam tentang bagaimana caranya mengendalikan keadaan yang tidak kita inginkan dan secara garis besar perang ini berjalan dalam tiga fase.
1. Afraid (Takut)
Kondisi ini terjadi saat pasukan muslim yang berada di lembah Hunain diserang tiba-tiba dengan ribuan anak panah dari berbagai penjuru di atas bukit. Ketakutan tak dapat dicegah, dan dalam keadaan panik demikian, masing-masing hanya berlari tak tentu arah menyelamatkan diri.
Surat At-Taubah ayat 25 menggambarkan fase takut ini sebagai berikut,
وَضَاقَتْ عَلَيْكُمُ الْأَرْضُ بِمَا رَحُبَتْ ثُمَّ وَلَّيْتُمْ مُدْبِرِينَ
"Dan bumi yang luas itu telah terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari ke belakang dengan bercerai-berai."
2. A Faith (Sebuah Keimanan/Keyakinan)
Keimanan merupakan sesuatu yang berharga bagi seorang manusia. Banyak orang kaya, pintar, terkenal, bahkan ada salah satu presiden di Brazil yang tega membunuh dirinya sendiri karena masalah yang datang kepadanya. Ya, memang bumbu kehidupan bagi seorang manusia adalah masalah. Tidak ada seorang manusia pun di dunia ini yang belum pernah didatangi masalah. Tapi, hanya orang-orang yang memiliki keimanan yang mampu menghadapi dan melewatinya. Dan keimanan mampu mendatangkan ketenangan.
Termasuk saat itu, tidak ada yang dapat dilakukan jika kaum muslimin terus menerus panik, takut. Rasulullah mengetahui hal ini, maka beliau menenangkan diri sambil mempelajari suasana gawat yang baru saja terjadi. Inilah fase kedua.
Saat itu, Rasulullah mengajarkan kita untuk tenang setelah takut, yaitu merasa tenang dan yakin bersama Allah. Ayat 26 dari Surat yang sama melanjutkan kembali,
ثُمَّ أَنْزَلَ اللَّهُ سَكِينَتَهُ عَلَىٰ رَسُولِهِ وَعَلَى الْمُؤْمِنِينَ
"Kemudian Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya dan kepada orang-orang yang beriman,"
3. Action (Aksi)
Hal berikutnya yang dilakukan oleh Rasulullah adalah mengambil aksi atau tindakan. Rupanya manfaat dari sebuah keimanan, mampu mendatangkan sikap tenang dan jika sudah tenang, bisa membuat pikiran jernih mencari solusi dari masalah tersebut.
Rasulullah perintahkan Paman beliau yang bernama Abbas bin Abdul Muthalib untuk memanggil para sahabat Bai'atul Aqabah dan Bai'atul Ridwan agar merapatkan barisan. Jika mereka bisa bersatu dan tertib kembali, maka pasukan muslim yang lain pasti mengikuti.
Demikianlah, pada fase ketiga ini Allah menolong kaum muslimin dan memberi kemenangan. Akhir dari ayat 26 tersebut adalah,
وَأَنْزَلَ جُنُودًا لَمْ تَرَوْهَا وَعَذَّبَ الَّذِينَ كَفَرُوا ۚ وَذَٰلِكَ جَزَاءُ الْكَافِرِينَ
"Allah menurunkan bala tentara yang kamu tiada melihatnya, dan Allah menimpakan bencana kepada orang-orang yang kafir, dan demikianlah pembalasan kepada orang-orang yang kafir."
Jadi dapat kita simpulkan bahwa ketika seorang mukmin mengalami suatu kejadian yang tidak baik (masalah) bagi dirinya sehingga ia merasa takut, maka hal pertama yang harus ia perbuat adalah menenangkan diri. Jangan terus menerus berada dalam level takut.
Selanjutnya ia melangkah kepada hal berikutnya yaitu mengambil tindakan (action). Jangan pula terus menerus berada dalam level tenang. Karena masalah itu ada supaya kita belajar bertindak.
Begitupun ketika pandemi Covid-19 menyerang secara tiba-tiba ke negara kita. Wajar saja kalau kita takut dan panik. Masing-masing berusaha menyelamatkan diri sendiri, bahkan agak berlebihan. Tidak apa-apa, inilah level pertama.
Yang penting adalah kita mampu keluar dari level pertama menuju ketenangan hati. Lihatlah meski pandemi masih terus berjalan, bukan berarti kita tak bisa berbuat apa-apa. Jika pikiran tenang, kita bisa bersikap adil dan belajar lebih banyak.
Yang paling penting lagi, adalah kemampuan kita untuk naik kelas ke level berani mengambil tindakan. Apa saja yang ternyata masih bisa kita berdayakan saat pandemi seperti ini? Maka mulailah segera. Tidak usah ditunda, karena belum tentu besok kita masih punya nyawa (ruh).
0 comments:
Posting Komentar
Silahkan Berkomentar...
- Harap sesuai dengan Konten
- Mohon Santun
Terimakasih Telah Memberikan Komentar.