oleh : Coach Ari (Trainer Amco / Leadership Trainer / Kepala Bagian Pembinaan Pondok Pesantren Terpadu Al-Multazam / Konsultan Permasalahan Pelajar dan Pemuda / Trainer Muda Kuningan / Mahasiswa Semester Akhir Pasca Sarjana Uniku Prodi Magister Manajemen / Instruktur Senam Kebugaran / Penulis Buku “Kembali Kepada Fitrah” )
Belum lama mendapatkan berita duka ketika salah satu wali asrama yang meninggal dunia. Sore itu, beliau (alm) batu selesai mandi menggunakan pakaian dan keluar asrama untuk menjemur handuk. Meskipun sebelumnya ada riwayat sakit, tapi sore itu tidak ada tanda-tanda sedang sakit. Bahkan hampir sebulan itu melakukan aktivitas seperti biasanya, bercengkrama dengan anak bimbingannya, mobilisasi, dan sesekali izin menengok keluarganya.
Namun, sore itu dekat di tempat jemuran, tiba-tiba beliau jatuh. Wali asrama yang lain, yang kebetulan sedang berada dekat dengannya langsung menghampiri dan membawanya ke klinik pesantren. Setelah diperiksa ternyata tensinya tinggi, langsunglah dirujuk ke rumah sakit terdekat. Setibanya di rumah sakit, beliau langsung tidak sadarkan diri. Dan lusanya tersebar kabar beliau meninggal. Tidak ada yang menyangka.
Masih hangat kejadian tersebut. Dua hari yang lalu, salah satu wali asrama tiba-tiba menelepon dan memberikan kabar bahwa salah satu santri bimbingannya ada yang meninggal di rumah. Padahal yang bersangkutan izin pulang ke rumah bukan karena sakit, tapi karena mendapatkan nilai kecil dan ingin pulang terlebih dahulu.
Bahkan, seminggu sebelum kepulangan, masih sempat ngobrol dengan saya terkait masalah perizinan karena di awal bulan tersebut belum izin. Sosok santri yang murah senyum, baik dan tidak ada catatan pelanggaran membuat saya langsung mengabulkan permintaannya ketika mengajukan izin untuk pulang ke rumah.
Dalam benak saya, mudah-mudahan setelah bisa bertemu orang tua, semangatnya bisa kembali lagi dan siap menghadapi segala proses yang ada di pondok. Namun, kenyataan berkata lain. Setibanya di rumah, kondisi kesehatannya malah tidak stabil. Setelah diikhtiarkan dibawa ke dokter, dokter bilang secara medis tidak ada yang sakit. Setelah dibawa kembali ke rumah, tidak menunjukkan adanya perubahan sampai meninggal dunia.
Kematian adalah sebuah kepastian. Tidak harus menunggu tua dan tidak harus menunggu sakit. Bisa datang kapan saja, selama makhluk itu memiliki nafas, pasti akan bertemu dengan kematian. Sesuai dengan firman-Nya, "Setiap yang bernafas (berjiwa) akan merasakan maut (kematian)." (QS. Al-Ankabut: 5)
Tapi, masalahnya apakah kematian itu kita biarkan datang tanpa harus kita persiapkan? Tentu tidak. Kita harus mempersiapkannya dengan baik.Dari kapan? Dari sekarang. Kenapa? Karena kita tidak tahu datangnya kapan. Inilah hikmah kenapa Alloh merahasiakan waktu kematian seseorang. Agar kita bisa mempersiapkannya setiap saat. Saya yakin, jika kita mempersiapkan kedatangan ajal setiap saat, maka tidak ada waktu untuk berbuat maksiat. Karena apapun yang kita lakukan, pasti akan ada balasan. Baik atau buruk sebuah tindakan, akan ada perhitungan. Itulah Maha Adilnya Alloh SWT.
Salah satu yang membuat saya yakin dengan hari kebangkitan dan perhitungan, karena Alloh itu adil. Karena banyak orang dzolim yang belum sempat mendapatkan balasan setimpal karena keburu meninggal.
Benarlah apa yang disabdakan Nabi Saw. yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah ketika seorang lelaki kalangan Anshor datang kepada Nabi dan bertanya, "...Wahai Rasulullah, siapakah orang mukmin yang paling cerdas? Beliau Saw menjawab, "yang paling banyak mengingat mati, kemudian yang paling baik dalam mempersiapkan kematian tersebut, itulah orang yang paling cerdas."
So, jika kita ingin baik dalam proses kematian kita, pastikanlah proses kehidupan yang kita jalani pun berada dalam kebaikan. Karena proses kematian seseorang akan sesuai dengan proses kehidupan yang dijalani. Berbuat baiklah selalu pada diri sendiri, orang tua, sesama, dan jangan berlepas diri dari Alloh SWT.***
0 comments:
Posting Komentar
Silahkan Berkomentar...
- Harap sesuai dengan Konten
- Mohon Santun
Terimakasih Telah Memberikan Komentar.