oleh : Coach Ari (Trainer Amco / Leadership Trainer / Kepala Bagian Pembinaan Pondok Pesantren Terpadu Al-Multazam / Konsultan Permasalahan Pelajar dan Pemuda / Trainer Muda Kuningan / Mahasiswa Semester Akhir Pasca Sarjana Uniku Prodi Magister Manajemen / Instruktur Senam Kebugaran / Penulis Buku “Kembali Kepada Fitrah” )
Pernahkah merenungkan sejenak, kenapa kejadian yang kita alami ini diberikan saat ini, bukan kemarin atau nanti? Mau itu paket suka maupun duka, karena kita memang sudah waktunya menerima. Paket-paket kehidupan yang penuh makna dan juga hikmah. Untuk menjadi pribadi yang lebih baik.
Menghadapi musibah yang menimpa diri maupun orang lain, Islam mengajarkan pemeluknya untuk simpati dengan ikut berduka, mendoakan, dan menguatkan yang terkena musibah dalam kesabaran, bahwa Allah tidak memberikan ujian yang menimpa melebihi batas kemampuan hamba-Nya.
Sebagaimana Firman Allah SWT dalam al-Quran: “Tidak ada sesuatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; barangsiapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk ke (dalam) hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu” (QS. At-Taghaabun [64] : 11).
Kemudian, Islam juga mengajarkan untuk berempati ( merasakan apa yang orang lain rasakan) dengan berusaha memberikan bantuan kepada mereka yang terkena bencana. Ya, memberikan bantuan tanpa terhalangi oleh batas-batas hubungan keluarga. Karena pada hakikatnya, kita adalah satu keturunan, keturunan Nabi Adam dan Siti Hawa. Tinggal kita saja yang harus memaksimalkan keyakinan tersebut untuk membantu korban bencana, agar mendapat pahala kebaikan dari Allah SWT. Sebagaimana sabda Nabi SAW,
Dari Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhu berkata Rasulullah Shallallahu ‘alaihiwasalam bersabda: “Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal saling mencintai, saling menyayangi dan saling menyantuni adalah bagaikan satu tubuh; jika salah satu anggota tubuh merasakan sakit, niscaya seluruh anggota tubuh lainnya ikut merasakannya dengan tidak bisa tidur dan demam.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Maka, marilah kita tumbuhkan rasa simpati dan empati terhadap saudara yang terkena musibah, karena inilah sikap seorang mukmin. Sikap yang Allah perintahkan dalam al-Quran, dan sikap yang Rasulullah Saw ajarkan kepada kita selaku umatnya. Islam adalah agama yang Rahmatan Lil’alamiin. Segala hal yang diperintahkan dan dilarang dalam Islam adalah kebaikan bagi yang menjalankannya. Kebaikan itu juga sering kali berdampak pada lingkungan sekitarnya.
Tinggal bagaimana pemimpin negeri ini, pemimpin di setiap daerah, pemimpin di setiap desa, pemimpin di setiap dusun untuk mencontohkan dan mengajak para pengusaha atau partner pemerintah dari tingkat pusat sampai desa agar bersama-sama membantu sesama. Tentunya, bukan hanya membantu kemudian salah sasaran. Tapi membantu berdasarkan data yang ada, membantu berdasarkan pengamatan yang ada, membantu berdasarkan pandangan nyata. Karena di era sekarang, jika hanya mengandalkan data semata, kemungkinan besar tidak akan merata. Karena rentan disalahgunakan.
Begitupun dengan kita, munculkan rasa empati. Maka dengan sendirinya muncul rasa peduli.***
0 comments:
Posting Komentar
Silahkan Berkomentar...
- Harap sesuai dengan Konten
- Mohon Santun
Terimakasih Telah Memberikan Komentar.