"Salam dari Sudan untuk SuaraKuningan"
oleh: Ari Khairul Umam
Mahasiswa International University of Africa (Fakultas Bahasa Arab Jurusan Pendidikan Bahasa Arab)
Alumni Ponpes Al Ikhlash kuningan
Kemunculan Covid-19 yang bermula dari kota Wuhan di negeri tirai bambu (China) telah banyak merubah berbagai aspek dalam kehidupan. Virus yang memiliki tingkat penularan yang sangat cepat menyerang penduduk kota Wuhan sehingga angka kematian penduduk kota Wuhan itu tidak terbendung lagi bahkan terus melaju dan bertambah dengan sangat cepat dari waktu ke waktu. Meskipun saat ini telah mengalami penurunan kasus di tempat asal munculnya, virus baru ini ternyata telah menyebar lintas negara dan lintas benua.
Penyebaran virus ini tidak bisa tertahankan lagi upaya pembendungan yang efektif pun belum ditemukan sehingga ia menjalar ke negara lain dari negara-negara Asia dan bahkan sekarang ia mampu menembus negara kawasan Eropa, Amerika dan Timur Tengah yang memiliki cuaca yang lebih panas, sehingga ditetapkan sebagai pandemi global oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Dampak negatifnya jelas sangat terasa bagi kami Mahasiswa/i yang berada di kawasan timur tengah khususnya di negeri dua Nil Sudan. Tepatnya di tempat kami menimba ilmu di Kampus IUA (International University of Africa) di Khartoum ibu kota Sudan, dampak itu berupa keterbatasan beraktivitas. Melihat Negara Sudan dengan segala kesederhanaannya dampak ini sangat berpengaruh terhadap keamanan dan kenyamanan di Sudan.
Berbicara soal Virus Covid-19, warga negara Sudan yang berada di sekitar kampus, mereka tidak bisa membedakan orang Asia yang ada di Sudan, bagi mereka mahasiswa Asia yang ada di Sudan adalah Orang China dan bahwa orang China itu adalah penyebar virus Covid-19, sehingga setiap kali mahasiswa Indonesia berpapasan dengan mereka selalu diteriaki “Corona...Corona...” hal lucu dan aneh bagi kami ini digadang - gadang sebagai pemicu ketidak nyamanan para mahasiswa di Khartoum-Sudan.
Sampai pada akhirnya virus Covid-19 masuk ke Sudan dan memakan kasus positif Covid-19 di Sudan pertanggal 24 Maret 2020 s/d 17 April 2020 mencapai 305 jiwa dan 6 korban jiwa, penyebaran ini terus berkembang sehingga mengharuskan pemerintahan Sudan untuk segera mengambil kebijakan total Lockdown. Terhitung pertanggal 18 April 2020 kebijakan ini dipublikasikan. Kebijakan tersebut sekaligus menjadi cermin dan tuntutan bagi semua pihak kampus - kampus atau lembaga - lembaga untuk segera mengambil kebijakan yang sama.
Kebijakan pemberhentian perkuliahan pun keluar dari pihak Kampus IUA setelah beredarnya berita Total Lockdown dari pemerintahan pusat Sudan. Ada satu sisi perbedaan antara kampus IUA dengan kampus di negara lain khususnya Indonesia, yang merubah bentuk kegiatan akademik atau perkuliahan fisik dengan bentuk online learning (pembelajaran berbasis jaringan atau daring). Kampus IUA tidak menggantinya dengan kegiatan apapun, hanya saja terdapat kegiatan non akademik yang biasa dijalankan para mahasiswa di Sudan, mereka menyebutnya dengan kegiatan Talaqi (majlis ilmu bersama para masyayikh) yang sekarang berjalannya melalui online learning seperti hal nya kegiatan perkuliahan yang dilakukan di Indonesia.
Kebijakan ini merupakan jalan terbaik bagi kami karena sangat membantu keberlangsungan pembelajaran di masa pandemi ini.
Ketatnya kebijakan Lockdown dari kampus yang berbarengan dengan berjalannya bulan ramadhan menjadi kendala bagi para mahasiswa Sudan yang bertempat tinggal di asrama. Adanya larangan keluar masuk mahasiswa dari area perkampusan, membuat para mahasiswa kesulitan untuk melengkapi persediaan pangan pokok yang sudah habis khususnya bagi mahasiswa Indonesia yang memiliki tradisi berbuka puasa tersendiri dan menuntut persediaan pangan pokok selalu lengkap.
Menyikapi situasi ini KBRI memberikan bantuan berupa paket logistik dan perlengkapan kesehatan WNI di Khartoum dan sekitarnya. Bantuan itu didistribusikan kepada seluruh WNI yang berada di Sudan, 385 diantaranya adalah mahasiswa yang tinggal di 4 (empat) kompleks asrama mahasiswa Universitas Internasional Afrika Khartoum (Asrama Maududi, Yazid, Abu Bakar dan Umar). Adanya bantuan dari KBRI ini meminimalisir kekhawatiran para mahasiswa dan WNI lain akan kekurangan bahan pokok.
Adanya virus Covid-19 jelas mengundang kekhawatiran keluarga para mahasiswa di tanah air, namun sehubungan dengan fasilitas internet yang masih memadai, hal ini masih bisa diantisipasi dengan adanya komunikasi kita kepada mereka melalui jejaring sosial media seperti pesan Whatsapp, messenger atau media sosial lainnya yang digunakan oleh keluarga.
Lalu apa saja kegiatan yang dilakukan para mahasiswa Indonesia di Sudan selama total Lockdown?
Mereka yang bertempat tinggal di asrama mengisi kegiatan dengan seproduktif mungkin, sebagian besar mereka lebih memilih untuk mengkaji kitab dengan para senior yang ada di kompleks asrama mereka. Juga tetap mengutamakan kesehatan mereka dengan olahraga kecil di kompleks asrama. Hal ini merupakan kesyukuran mereka atas nikmat sehat yang masih mereka rasakan di tengah masa pandemi ini.
Sama halnya dengan mereka yang bertempat tinggal di asrama, mahasiswa Indonesia yang bertempat tinggal di rumah sewaan pun senantiasa mengisi kegiatan dengan hal – hal yang positif dan produktif dengan tetap mengutamakan kesehatan. Namun mereka memiliki sedikit ketenangan karena tidak bercampur baurnya mereka dengan mahasiswa non Indonesia, seperti halnya mereka yang tinggal di asrama yang berbaur dengan mahasiswa dari negara lain. Hal ini sangat dioptimalkan untuk menjaga kesehatan mereka selama masa pandemi ini. Nilai plus lainnya adalah adanya kesempatan bagi mereka untuk bisa membantu melengkapi persediaan pangan pokok bagi mereka yang tinggal di asrama dengan syarat dan ketentuan yang ditetapkan oleh pihak kampus.
Virus Covid-19 ini memang harus disikapi dengan ketenangan dan keyakinan bahwa wabah virus Covid-19 ini akan segera berlalu, apalagi Sudan yang memiliki temperatur cuaca yang sangat panas akan membantu membunuh virus Covid-19 ini. Lalu peningkatan kewaspadaan yang harus dilakukan oleh setiap mereka juga dibutuhkan dalam menyikapi situasi traumatis ini.
Mencekam memang, namun semua itu tak memutuskan semangat mereka yang terdorong oleh kekuatan do’a dan support dari keluarga yang menjadikan benteng bagi mereka dalam melawan keadaan mencekam ini. Pada akhirnya usaha, do'a, dan bersyukur lah yang menjadi senjata para mahasiswa Indonesia di Sudan dalam menghadapi keadaan ini. Karena sejatinya bersyukur itu sebuah bentuk perlindungan.
Semoga pandemi ini cepat berlalu. Amiin.
Ari gue utang bakso ke elu belom gue bayar ya?
BalasHapusMntap
BalasHapusMantap mang Ari 👍🏼
BalasHapus