Dalam kehidupan sehari-hari kita bertemu dengan orang-orang dari berbagai latar belakang, suku, agama, bahasa dan budaya yang berbeda, juga latar belakang pendidikan mereka yang juga berbeda, ada yang kita kenal baik diantaranya dan ada juga yang kita kenal karena tidak sengaja, bisa dipertemukan karena urusan pekerjaan, hobi atau sebuah perjalanan. Ali bin abi thalib R.A pernah berkata : “ Jangan menjelaskan tentang dirimu kepada siapapun, karena yang menyukaimu tidak butuh itu, dan yang membencimu tidak percaya itu.” Mari telaah bersama sebuah nasehat yang sangat pilosofis ini.
Tanpa sengaja intensitas komunikasi yang terjalin secara secara langsung atau tidak langsung akan menunjukkan siapa kita sesungguhnya, seberapapun pandainya kita menyembunyikan identitas diri kita tapi satu saat orang akan mengenali siapa kita dengan sisi baik atau sisi buruk, dengan prestasi atau obsesi dan eksistensi. Lalu tinggal kita yang memutuskan dikenali sebagai karakter baik atau sebaliknya. Sebuah pribahasa mengatakan “Harimau mati meninggalkan belang, gajah mati meningglkan gading” lalu apa yang ditinggalkan manusia saat waktu hidup berakhir ???
Terkadang sebagian orang yang hidupnya dikenali karena popularitas justru kesulitan untuk menikmati kebebasan dalam hidup bersosial, terkurung dalam nama besar, entah besar karena prestasi yang diukir atau karena kesalahan yang terekspose publik, yang pasti mereka tidak bisa menikmati hidup layaknya kita orang-orang biasa, itulah mengapa seharusnya kita bersyukur karena terlahir sebagai orang biasa dan bukan seorang selebriti atau pablik figur yang setiap langkahnya menjadi sorotan. Tidak ada yang akan mempertanyakan apa yang kita kenakan dibeli dimana ? menggunakan uang apa ? seolah-olah pertanyaan malaikat yang menghisab kita dengan pertanyaan “Siapa Tuhan-Mu” dan sebagainya.
Siapa kita dan ingin dikenal sebagai apa ?. Tak ada yang menarik sepintas jika kita melihat berbagai profesi pekerjaan disekitar kita, tapi bagaimana jika anda bertemu dengan seorang kusir andong yang mengembalikan dompet penumpangnya yang berisi uang hampir 5 juta rupiah, atau seorang cleaning service yang mengembalikan tas seorang pengusaha yang tertinggal di lobi hotel dengan isi tas berjumlah 500 juta rupiah. Kita dikenali dari apa yang kita lakukan sehari-hari, kita dikenali dari apa yang kita ucapkan dalam perbincangan sehari-hari.
Seorang teman pernah mengeluh, dia bertanya : “mengapa semua temannya meninggalkan dia, “ tentu saya penasaran ingin mengetahui penyebabnya, dan saya coba berteman dengannya, belakangan saya mengerti kenapa tidak semua orang bisa bertahan berteman dengannya. Kadang kepintaran seseorang, intelektualitas seseorang tidak menjamin apa yang keluar dari perkataannya sesuatu yang baik, adakalanya justru perkataan yang keluar dari mulutnya adalah penyebab kejatuhannya.
Perjalanan hidup merupakan proses pembentukan identitas diri, maka tanpa perlu kita memamerkan kebaikan, tanpa mengekspose kepintaran dengan penuh kesombongan, tanpa harus menjatuhkan orang lain dengan perkataan kasar dan mengeluarkan segala caci dan sumpah serapah, setiap orang akan mengenal anda dengan segala kebaikannya, seperti apapun citra diri kita ciptakan, memamerkan segudang kegiatan sosial, visualisasikan setiap infak, kita melupakan satu hal, yakni bahasa tubuh. Sepandai apa kita berpura-pura tubuh kita bereaksi dengan jujur. Lingkungan kita berdampingan dengan sesama yang menghakimi dengan norma sosial.
Tanpa perlu kita menjelaskan siapa kita, dunia akan mengenal kita dari apa yang keluar dari hati, perbuatan dan perkataan. Bertuturlah baik, berbuat baik, maka andalah pribadi baik yang akan dikenal dan dikenang setiap orang, setiap saat, itulah identias diri yang sesungguhnya. (Vera, 15/02/2020)
0 comments:
Posting Komentar
Silahkan Berkomentar...
- Harap sesuai dengan Konten
- Mohon Santun
Terimakasih Telah Memberikan Komentar.