oleh Kang Iwan
Sebelum Malaikat Izrail diperintah Allah SWT untuk mencabut nyawa Nabi Muhammad Saw, Allah berpesan kepada malaikat Jibril, " Hai Jibril jika kekasih-Ku menolaknya, laranglah Izrail melakukan tugasnya ! "
Sungguh berharganya manusia yang satu ini yang tidak lain adalah Nabi Muhammad SAW.
Di rumah Nabi Muhammad Saw, tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam... " Bolehkah saya masuk ? " tanyanya....
Tapi Fatimah tidak mengijinkannya masuk sambil berkata, "Maafkanlah, ayahku sedang demam " kata fatimah yang membalikan badan dan menutup pintu....
Kemudian Fatimah kembali menemani Nabi Muhammad SAW, yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada fatimah, " siapakah itu wahai anakku ? Tak tahulah ayahku, sepertinya orang baru, karena baru sekali ini aku melihatnya." tutur fatimah lembut.
Lalu Rasulullah Saw, menatap putrinya dengan pandangan yang menggetarkan, seolah-olah bahagian-demi bahagian wajah anaknya itu hendak dikenang....
"Ketahuilah wahai anaku, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia, dialah Malaikat Maut,” kata Rasulullah SAW. Fatimah pun menahan ledakan tangisnya...
Malaikat Maut pun datang menghampiri, tapi Rasulullah SAW menanyakan kenapa Jibril tidak ikut bersama menyertainya? Kemudian di panggillah Jibril, yang sebelumnya sudah bersiap diatas langit dunia untuk menyambut Ruh kekasih Allah SWT dan penghulu dunia ini....
“Jibril, jelaskan apa hakku nanti dihadapan Allah ?” Tanya Rasulullah dengan suara yang amat lemah. “Pintu-pintu langit telah terbuka, para Malaikat telah menanti ruhmu, semua surga terbuka lebar menanti kedatanganmu,” kata Malaikat Jibril....
Tapi itu ternyata tidak membuat Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan... “Engkau tidak senang mendengar kabar ini ?” tanya Malaikat Jibril.
“Kabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak ?”
“Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku mendengar bahwa Allah berfirman kepadaku, : Kuharamkan Surga bagi siapa saja kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya, kata Malaikat Jibril.
Detik-detik semakin dekat saatnya Malaikat Izrail melakukan tugasnya. Perlahan Ruh Rasulullah ditarik, Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang. “Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini?” perlahan Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang disampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka. “Jijikkah engkau melihatku ? Hingga engkau palingkan wajahmu jibril ?” tanya Rasulullah SAW pada malaikat pengantar wahyu itu.
“Siapakah yang sanggup melihat kekasih Allah direnggut ajal?” kata jibril. Sebentar kemudian terdengar Rasulullah mengaduh, karena sakit yang tidak tertahankan lagi, " Ya Allah, dahsyat sekali maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan kepada umatku”.
Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi, bibirnya bergetar seakan hendak membisikan sesuatu, Ali mendekatkan telinganya. "Uu shikum bis Shalati Wama Malakat Aimanukum" ( peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang yang lemah diantaramu ).
Diluar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, para sahabat saling berpelukan, fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya kebibir Rasulullah yang mulai kebiruan. "Ummatii, Ummatii, Ummatii ! ( umatku, umatku, umatku ). Dan berakhirlah hidup manusia yang paling mulia yang memberi sinaran itu, yaitu Rasulullah Saw. Betapa mendalam cinta Rasulullah kepada kita umatnya, bahkan diakhir hidupnya hanya kita yang ada dalam fikirannya.... Allahumma Shali Muhammad Wa 'Ala Ali Muhammad.
0 comments:
Posting Komentar
Silahkan Berkomentar...
- Harap sesuai dengan Konten
- Mohon Santun
Terimakasih Telah Memberikan Komentar.