Drs.H.D.Syarif Hidayatullah, MA
Ketua MUI Kabupaten Kuningan
Rabiul Awwal bulan bersejarah bagi umat Islam, di dalamnya ada tanggal kelahiran Rasulullah Saw., sosok teladan yang paripurna dan mengagumkan, karenanya setiap tiba bulan ini, umat Islam menyambutnya dengan suka cita. Di berbagai tempat, diselenggarakan acara peringatan maulid Nabi Saw., dari masjid, mushola, lingkungan RT, perusahaan, organisasi kemasyarakatan, perkantoran sampai istana Negara, bahkan di lingkungan keluarga.
Kegiatan peringatan maulid Nabi Saw. menjadi momen melepas rindu kepada Rasulullah Saw., maka peringatan maulid harus dapat mengenalkan sosok beliau, dari fisiknya yang menawan, sampai akhlaknya yang agung dan pribadinya yang mengagumkan. Dengan mengenal keluarbiasaan sosok beliau, diharapkan dapat menimbulkan dan meningkatkan rasa kagum, rasa cinta, penasaran dan rindu kepada beliau, pada gilirannya diikuti oleh keinginan untuk meneladaninya dan menghidupkan sunahnya dalam kehidupan sehari-hari.
Rasulullah Saw. bersabda kepada sahabat Anas bin Malik
يَا بُنَيَّ إِنْ قَدَرْتَ أَنْ تُصْبِحَ وَتُمْسِيَ لَيْسَ فِي قَلْبِكَ غِشٌّ لِأَحَدٍ فَافْعَلْ ثُمَّ قَالَ لِي يَا بُنَيَّ وَذَلِكَ مِنْ سُنَّتِي وَمَنْ أَحْيَا سُنَّتِي فَقَدْ أَحَبَّنِي وَمَنْ أَحَبَّنِي كَانَ مَعِي فِي الْجَنَّةِ
“Wahai, anakku! Jika kamu mampu pada pagi sampai sore hari di hatimu tidak ada sifat khianat pada seorangpun, maka perbuatlah,” kemudian beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepadaku lagi: “Wahai, anakku! Itu termasuk sunnahku. Dan barangsiapa yang menghidupkan sunnahku, maka ia telah mencintaiku. Dan barangsiapa yang telah mencintaiku, maka aku bersamanya di Surga”. (HR. al-Tirmidzi)
Hadits di atas jaminan bagi umat Rasulullah Saw yang mencintai beliau kelak akan bersama beliau di surga. Sebagai bukti kecintaan kepada beliau adalah dengan menghidupkan sunnah-sunnah beliau dalam prilaku, sikap dan akhlak, antara lain menjaga hati dari sifat khianat dan sifat buruk lainnya.
Kecintaan para sahabat kepada Rasulullah Saw. dan umat Islam pada masa beliau masih ada, jadi model bagi umat Islam di mana pun berada dari masa ke masa. Bagaimana tidak, kecintaan mereka kepada beliau sungguh luar biasa, cinta karena iman kepada beliau dan syariat yang disampaikan oleh beliau, sehingga mereka sedikit pun tidak ragu untuk menaatinya.
Salah satu teladan sebagaimana diriwayatkan dalam sebuah Hadits Anas bin Malik bahwa pada masa Rasulullah Saw. ada seorang budak, namanya Tsauban, ia sangat mencintai beliau, hingga sering tidak mampu menahan gejolak rindunya.
Tsauban tidak sabar berpisah dari beliau, hatinya gundah bila sehari saja tidak melihat beliau. Rasulullah Saw sangat mengetahui kecintaan Tsauban kepada beliau, karena tiada hari tanpa Tsauban menemuinya.
Tapi sudah beberapa hari Tsauban tidak muncul menemui Rasulullah Saw, maka beliau berinisiatif mendatanginya, ternyata wajahnya sudah berubah, badannya menjadi kurus, dan nampak di wajahnya roman sedih yang luar biasa. Maka Rasulullah saw bertanya tentang keadaannya.
Tsauban menjawab :
يَا رَسُوْلَ اللهِ مَا بِيْ مِنْ وَجَعٍ وَلَا مَرَضٍ غَيْرَ أَنِّيْ إِذَا لَمْ أَرَكَ اِسْتَوْحَشْتُ وَحْشَةً شَدِيْدَةً حَتَّى أَرَاكَ فَذَكَرْتُ الْآخِرَةَ فَخِفْتُ أَنْ لَا أَرَاكَ هُنَاكَ لِأَنِّيْ عَرَفْتُ أَنَّكَ تَرْفَعُ مَعَ النَّبِيِّيْنَ وَإِنْ أُدْخِلْتُ الْجَنَّةَ كُنْتُ فِيْ مَنْزِلٍ دُوْنَ مَنْزِلِكَ وَإِنْ لَمْ أَدْخُلْ فَلَا أَرَاكَ أَبَدًا فَكَيْفَ يَكُوْنُ فِيْهَا حَالِيْ
"Wahai rasulullah, aku ini tidak sakit, hanya saja jika aku tidak melihatmu, aku mengalami ketakutan yang luar biasa sebelum aku bisa melihatmu, lalu aku ingat akan akhirat, aku merasa khawatir di sana aku tidak bisa melihatmu lagi karena aku tahu bahwa tempatmu di sana adalah tempat yang tinggi bersama para nabi, jika sekiranya aku masuk surga, aku pasti ditempatkan bukan di tempat engkau berada. Jika aku tidak masuk surga, maka pasti aku tidak akan bertemu denganmu selamanya, maka bagaimanakah nasibku nanti ya Rosulallah ? ".
Rasulullah Saw. terharu mendengar penuturan Tsauban yang tulus. Ternyata setelah Tsauban menuturkan rasa cintanya yang mendalam kepada beliau, turunlah ayat 69 dari Surat Annisa yang berbunyi :
وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَالرَّسُوْلَ فَأُولَئِكَ مَعَ الَّذِيْنَ أَنْعَمَ اللهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّيْنَ وَالصِّدِّيْقِيْنَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِيْنَ، وَحَسُنَ أُولَئِكَ رَفِيْقًا
"Barangsiapa yang taat kepadaa Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianigerahi nimat oleh Allah, yaitu: para nabi, para Shiddiqin, para Syuhada dan Orang-orang saleh. Mereka itulah teman yang sebaik-baiknya." (QS. 04:69)
Dalam ayat ini dijelaskan, bahwa orang-orang yang taat kepada Allah dan Rasulnya dengan penuh kecintaan, mereka kelak di akhirat akan ditempatkan di tempat yang terhormat bersama para Nabi, para shiddiqin (yaitu orang-orang yang amat teguh keyakinannya kepada kebenaran Rasul), para syuhada dan orang-orang saleh.
Mereka adalah orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah Swt. sebagaimana disebutkan dalam surat Al Fatihah ayat 7.
صِرَاطَ الَّذِيْنَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ
"jalanya orang-orang yang telah Engkau beri nikmat"
Bila Tsauban yang hidup di masa Rasululah Saw. saja selalu merasa rindu untuk bertemu dan taat kepada beliau. Bagaimanakah dengan kita ? Kita telah berikrar menjadi umatnya, dan kita tidak pernah melihat dan belum pernah bertemu dengan beliau, tentu seharusnya kerinduan kita kepada beliau melebihi kerinduan Tsauban.
Wajar kalau orang yang hidup di masa Rasulullah Saw. itu beriman dan cinta kepada beliau, tapi sungguh luar biasa bagi orang yang beriman di masa setelah beliau tiada, dan tidak pernah bertemu dengan beliau. Dari itulah Rasulullah Saw. bangga dengan umatnya yang beriman, meski belum pernah melihat beliau.
Beliau bersabda :
طُوْبَى لِمَنْ رَآنِيْ وَ آمَنَ بِيْ وَطُوْبَى لِمَنْ آمَنَ بِيْ وَلَمْ يَرَنِيْ وَ طُوْبَى ثُمَّ طُوْبَى ثُمَّ طُوْبَى ثُمَّ طُوْبَى لِمَنْ آمَنَ بِيْ وَلَمْ يَرَنِيْ
"Berbahagialah orang yang melihatku dan beriman padaku, dan berbahagialah orang yang beriman kepadaku padahal belum pernah melihatku, berbahagialah, berbahagialah, dan berbahagialah orang yang beriman kepadaku padahal belum pernah melihatku". (HR. Imam Ahmad, Ibnu Hibban dan Abu Sa'id al-Khudari).
Para assalaffussholih yang hidup jauh setelah Rasulullah wafat, mereka telah mengexpresikan kekaguman dan kerinduan mereka kepada beliau dalam bentuk syair-syair sanjungan kepada beliau.
Pembacaan syair-syair untuk menyatakan kekaguman kepada Rasulullah, telah mentradisi di Indonesia, bahkan di luar negeri, terlebih saat tiba bulan Rabiul Awwal, bulan kelahiran Rasulullah Saw.
Tradisi pembacaan syair biasanya disebut asyroqolan, mahallul qiyam, marhabanan, sholawatan dan sebagainya
Kita tidak perlu mempermasalahkan tradisi tersebut, karena itu sebagai media untuk menanamkan dan mengespresikan kekaguman kepada Rasulullah Saw, pada giliranna diharapkan menjadi energy menaati dan mengikuti tauladan beliau.
Salah satu syair adalah Qoshidah Burdah. Syair ini karya besar seorang sastrawan bernama Syekh Syarifudin Abu Abdillah Muhammad bin Sa'id al Bushiri.
Qosidah ini sangat populer di kalangan umat Islam, terutama di lingkungan pesantren. Susunan kalimatnya sangat indah dan memukau, untaian katanya bagai mutiara-mutiara yang sangat indah.
Di antara Bait Syair Burdah:
مُحَمَّدٌ سَيِّدُ الْكَوْنَيْنِ وَالثَّقَلَيْنِ وَالْفَرِيْقَيْنِ مِنْ عُرْبٍ وَمِنْ عَجَمِ
Muhammad-lah pemimpin dunia akherat.
Pemimpin jin dan manusia, bangsa Arab dan non Arab.
نَبِيُّنَا الْآمِرُ النَّاهِيْ فَلَا أَحَدٌ أَبَرَّ فِيْ قَوْلِ لَا مِنْهُ وَلَا نَعَمِ
Nabi kita penyeru kebaikan pencegah kemungkaran.
Tak satu pun setegas ia dalam berkata ya atau tidak.
هُوَ الْحَبِيْبُ الَّذِيْ تُرْجَى شَفَاعَتُهُ لِكُلِّ هَوْلٍ مِنَ الْأَهْوَالِ مُقْتَحِمِ
Dialah kekasih Allah yang syafa’atnya diharap.
Dari tiap ketakutan dan bahaya yang datang menyergap.
دَعَا إِلَى اللهِ فَالْمُسْتَمْسِكُوْنَ بِهِ مُسْتَمْسِكُوْنَ بِحَبْلٍ غَيْرِ مُنْفَصِمِ
Dia mengajak kepada agama Allah yang lurus.
Mengikutinya berarti berpegang pada tali yang tak terputus.
فَاقَ النَّبِيِّيْنَ فِيْ خَلْقٍ وَفِيْ خُلـُقٍ وَلَمْ يُدَانُوْهُ فِيْ عِلْمٍ وَلَا كَرَمِ
Dia mengungguli para Nabi dalam rupa dan budi.
Tak sanggup mereka menyamai ilmu dan kemuliaannya.
وَكُلُّهُمْ مِنْ رَسُوْلِ اللهِ مُلْتَمِسٌ غَرْفاً مِنَ الْبَحْرِ أَوْ رَشْفاً مِنَ الدِيَمِ
Para Nabi semua meminta dari dirinya.
Seciduk lautan kemuliaannya dan setitik hujan ilmunya.
وَوَاقِفُوْنَ لَدَيْهِ عِنْدَ حَدِّهِمْ مِنْ نُقْطَةِ الْعِلْمِ أَوْ مِنْ شَكْلَةِ الْحِكَمِ
Para Rasul sama berdiri di puncak mereka.
Mengharap setitik ilmu atau seonggok hikmahnya.
فَهُوَ الَّذِيْ تَمَّ مَعْنَاهُ وَصُوْرَتُهُ ثُمَّ اصْطَفَاهُ حَبِيْباً بَارِئُ النَّسَمِ
Dialah Rasul yang sempurna batin dan lahirnya.
Terpilih sebagai kekasih Allah pencipta manusia.
مُنَزَّهٌ عَنْ شَرِيْكٍ فِيْ مَحَاسِنِهِ فَجَوْهَرُ الْحُسْنِ فِيْهِ غَيْرُ مُنْقَسِمِ
Dalam kebaikanya, tak seorang pun menyaingi.
Inti keindahannya takkan bisa terbagi-bagi.
Demikan luar biasa indahnya sosok dan performan Rasulullah Saw., siapa pun yang memandangnya atau mempelajarinya ia akan dibuatnya kagum dan terpana, sehingga tak akan mampu mendeskripsikan dan mengekspresikan sosoknya dalam bentuk gambar sketsa atau lukisan karena beliau adalah sosok manusia biasa yang luar biasa paripurna dan tidak seperti manusia biasa.
Karena itu, bulan Rabiul Awwal jadi momen melepas rindu dan meningkatkan kecintaan kepada baginda Rasulullah Saw., serta mengevalusai sudah sejauh manakah kita meneladani akhlak dan sunah beliau, lalu kita lakukan revolusi akhlak dengan meneladani Rasulullah Saw.
0 comments:
Posting Komentar
Silahkan Berkomentar...
- Harap sesuai dengan Konten
- Mohon Santun
Terimakasih Telah Memberikan Komentar.