Bagi saya, gagasan tersebut bukanlah sesuatu yang muluk, terlalu idealis dan berlebihan. Sebab, konkretnya saja apabila berbicara yang disandarkan pada fakta dan kenyataan, banyak hal-hal besar yang telah dilakukan oleh pemuda dari zaman dahulu sampai hari ini.
Begini, saya mau ambil contoh dan mengambil pelajaran dari seorang pemuda yang memiliki nama Sultan al-Ghazi Muhammad atau kita mengenalnya sebagai sultan Muhammad al-fatih atau sultan mehmed II sang penakluk konstatinopel. Nah apabila kita pelajari sejarah hidupnya, beliau sejak usia 12 tahun sudah naik tahta kesultanan utsmaniyyah dan pada usia 21 tahun menaklukan imperium Bizantium yang telah berdiri selam 11 abad, berkat kepemimpinan dan kecerrdasannya. Apabila dikaitkan dengan topik kita, betul kan bahwa seorang pemuda itu dapat bertindak lebih dan memberikan dampak bagi perubahan masyarakat muslim pada masa itu.
Berdasarkan cerita-cerita tersebut, seharusnya pemuda harus lebih berani dalam mengambil tindakan dan tak ragu untuk tampil sebagai pemimpin dalam kehidupan masyarakat, minimalnya menjadi pemimpin untuk dirinya sendiri. Sebagai simbol calon pemimpin sudah seharusnya, para pemuda menghadirkan solusi brilian terhadap apa yang terjadi disekitarnya bukan hanya berspekulasi pada bangunan kritik dan analisa semata.
Adapun Solusi yang dapat dilakukan untuk melakukan perbaikan dan perubahan adalah dengan merubah maindset warga kuningan untuk “Berjaya di tanahnya sendiri” melalui sebuah sistem dan program produktif yang dicanangkan oleh pemerintah daerah dengan proyeksi jangka panjang.
Salah satu contohnya adalah dengan membina para pemuda dan masyarakat agar mau memaksimalkan potensi daaerahnya (katanya kuningan kaya akan SDA) dengan melakukan sebuah inovasi dan kreasi dipadukan dengan kondisi era informasi 4.0 sehingga dapat membuat sesuatu produk unggulan yang laku, selain itu harus dibarengi juga dengan membangun iklim pasar yang dapat menopang segala bentuk kegiatan ekonomi, contohnya dengan mewajibkan seluruh pasar swalayan untuk memasukan produk-produk tersebut dalam rak-raknya atau bisa dengan cara lain yang lebih k-r-e-a-t-i-f, sehingga dapat menghasilkan kesejahteraan bagi masyarakat dan memudarkan maindset untuk merantau karena di rumah sendiri pun bisa sejahtera.
Kemudian dapat pula memaksimalkan dan mengembangkan bidang-bidang strategis seperti pertanian, perikanan, perkebunan dan pariwisata dengan pengolahan yang serius dan tepat sasaran, bukan hanya dijadikan obyek ceremonial belaka yang pada akhirnya hilang dengan sendirinya, karena salah urus dan kehabisan modal. Poinnya memang harus menghasilkan dan dan dapat membentuk sebuah suplai chain khususnya untuk kebutuhan local dan interlocal.
Saya yakin kita bisa melakukannya apabila semuanya mau berkomitmen dan berkontribusi untuk sama-sama bertanggung jawab merealisasikannya. Langkah awalnya adalah dengan melakukan perubahan pola fikir dan mental perantau menjadi mental seseorang yang memiliki pandangan “ Kita Bisa Berjaya di Tanah Sendiri”. Khususnya bagi pemuda-pemudi Kabupaten Kuningan yang saat ini sedang terlelap, mari bangun dan membangun kuningan maju dan menjadi juara dunia dan akhirat.
Oleh: Fahmi Alamsyah (Wakil Bendahara OKK KNPI)
Kl sy berpendapat lain..
BalasHapusKarena merubah kebiasaan merantau itu tdk mudah,apalagi hasil yg di dpt di perantauan lbh bgs drpd di daerah nya.
Hemat saya :
Optimalkan para perantau untuk menjadi marketing produk lokal di daerah perantauan nya mereka.