Penggunaan paving taktil sebagai indikator atau navigasi yang membantu penyandang disabilitas sekarang ini sudah banyak digunakan dibanyak daerah dan negara, khususnya di trotoar. Selain itu juga dipasang di fasilitas umum seperti stasiun, terminal atau bandara. Paving taktil berfungsi sama bak buku braile bagi tunanetra. Biasanya digunakan warna kontras dengan warna dasar trotoarnya sehingga pejalan kaki lain yang normal pada umumnya dapat memberi jalan kepada penyandang disabilitas terutama tunanetra untuk menggunakan jalur khusus/ paving taktil tersebut.
Paving taktil di Tamkot dan sekitarnya menggunakan warna kuning. Selain warna pembeda ada pula pola indikator lain yang menunjukan jenis-jenis bentuk jalan atau rintangan yang ada dijalan/ trotoar tersebut berupa pola bentuk pavingnya. Berikut adalah pola-pola dalam paving taktil:
Panduan berjalan
Panduan berjalan menggunakan indikator/ pola berbentuk batang. Batang tersebut diatur dalam pola yang sejajar dengan arah jalan pejalan kaki penyandang disabilitas. Mereka bisa berjalan di permukaan pola, atau menggunakan tongkat untuk membantu memandu mereka ke arah yang benar.
Penyeberangan pejalan kaki
Pola kubah flattop disusun dalam barisan yang membentuk persegi. Ini digunakan untuk menunjukkan di mana trotoar berakhir dan penyeberangan jalan dimulai. Pola flattop digunakan agar tidak menghalangi mereka yang menyeberang dengan kursi roda.
Peringatan bahaya
Peringatan bahaya menggunakan indikator/ pola batang bundar ditempatkan untuk menunjukkan kehati-hatian di depan. Jenis pola taktil ini digunakan untuk menunjukkan ujung trotoar, keberadaan tangga di depan, tanjakan di depan, penyebrangan jalan, penyeberangan rel, atau bahaya apa pun yang menurut desainer trotoar agar diwaspadai oleh tunanetra yang sedang berjalan dijalur pola berbentuk batang.
Di jalan angkutan cepat atau kereta api
Pola Tonjolan bundar berbentuk permen ditempatkan untuk menunjukkan bahwa tunanetra mendekati platform rel kereta api di jalan raya atau diujung peron. Pola ini kadang digunakan untuk menunjukkan bahwa orang meninggalkan area di depan toko dan melanjutkan ke area parkir.
Pola lain juga dibuat sesuai aturan di negara-negara/ daerah pengguna paving taktil sesuai aturan daerah tersebut. Kang Yasir menyoroti kurang jelinya kontraktor pembangun yang memasang paving taktil diujung trotoar yang tidak berpola seharusnya. Sehingga kesalahan desain taktil ini bisa membahayakan penyandang disabilitas yang menggunakannya. Kang Yasir yang juga akademisi FE Universitas Kuningan mengapreasiasi niat baik dari pemerintah memasang paving taktil tersebut namun menyarankan untuk pemerintah daerah Kabupaten Kuningan untuk berkonsultasi dengan ahli paving taktil dan segera memperbaiki pola-pola paving taktil diujung trotoar dan diposisi-posisi membahayakan lainnya.
Pamugi Kuningan teras asri
BalasHapus