Hari Air Dunia dicetuskan dalam Konferensi Perserikatan Bangsa - Bangsa (PBB) tahun 1992, tentang lingkungan dan pembangungan di Rio de Janeiro.
Maka sejak saat itulah, Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa mengadopsi resolusi yang menyatakan tanggal 22 Maret setiap tahun sebagai Hari Air Sedunia.
Peringatan pertamanya pun dilakukan setahun berikutnya, yaitu pada 1993 dan terus dirayakan hingga hari ini.
Namun sangat disayangkan kepedulian tentang Air di Kabupaten Kuningan sendiri seolah hanya menjadi wacana saja, hal itu diungkapkan oleh Ketua Gema Jabar Hejo DPD Kuningan, Daeng Ali. "Iya hal itu, dilihat dari regulasi dan perda yang ada. Faktanya melihat di lapangan, dan beberapa kasus mencuat, di masyarakat, seperti pada kasus pengolaan sumber mata air untuk komersial, namun masyarakat sekitar justru malah kekurangan air,dan itu seperti tikus yang kelaparan di lumbung padi,"ujarnya.
Tak hanya itu, sambung Ali, seperti normalisasi sungai pun tidak dilakukan, seperti daerah aliran sungai Citamba, yang sungainya sudah tidak dalam lagi. "Padahal warganya sudah mengajukan untuk normalisasi air, tapi malah aspirasinya tidak disetujui, dan ditunda karena alasan recofusing, padahal bila tidak dinormalisasi maka akan menyebabkan bencana bagi masyarakat sekitar,"papar Ali.
Tak hanya itu,menurut Ali, zona hijau dan serapan di Kabupaten Kuningan pun masih samar. "Perlunya keterbukaan dari pemerintah untuk mengungkap kepada publik zona mana saja yang dijadikan daerah resapan atau paru-paru nya kuningan, jangan hanya mengundang investor atau pembangunan saja tapi sumber mata air terancam,"ujar Ali, yang kini sedang fokus terhadap pemeliharaan sumber mata air dengan mengedepankan budaya kearifan lokal.
Dikatakannya air memiliki peran penting bagi kehidupan manusia. Seiring perkembangan zaman, air merupakan salah satu sumber daya yang paling berharga. Namun dewasa ini, perannya makin tidak dihargai.
"Padahal ketika mengalami krisis air seperti inikelangkaan air ataupun pencemaran air, hidup manusia akan serba susah. Bahkan menurutnya, krisis air yang berkepanjangan membuat hidup manusia terancam kepunahan,"imbuhnya.
Ali berharap pemerintah tidak hanya seremonial saja untuk membangun kuningan, namun perlu adanya keberanian untuk merevitalisasi mata air. "Sehingga yang tadinya sedikit malah makin banyak, jangan kebalik, lahan hijau untuk serapan sekarang semakin berkurang, dan malah membuat warga kuningan kesulitan,"tandasnya.
Sementara itu, Pegiat Lingkungan Hidup lainnya Adi mengungkapkan adanya sumber mata air yang terancam, yakni di Jalan Ir. Soekarno, Kelurahan Cigintung, Kuningan. "Sekitar 5 titik sumber mata air yang terancam. Padahal mata air itu untuk menghidupkan kehidupan warga cigintung dan Cijoho,"tuturnya.
Saat ini, sambungnya, di daerah yang menjadi paru - parunya Kuningan sedang dibangun sebuah perumahan yang semua bangunannya terbuat dari beton. Hal sama dipertanyakan kembali, tentang pelestarian air dan daerah resapan air yang saat ini kian menipis.
"Jangan hanya membangun secara materil tapi memang harus bisa berbakti ke alam, dengan menjaga alam. Karena warisan dan harta yang paling berharga bagi anak cucu kita adalah Air,"pungkasnya.(red)
0 comments:
Posting Komentar
Silahkan Berkomentar...
- Harap sesuai dengan Konten
- Mohon Santun
Terimakasih Telah Memberikan Komentar.