Memasuki pertengahan Bulan Suci Ramadhan 1442 H ini, kita patut bersyukur kepada Allah SWT masih diberikan kesehatan dan insya Allah keberkahan hidup, walaupun di tengah-tengah suasana keprihatinan karena berbagai musibah yang masih terus melanda negeri ini. Mudah-mudahan Allah SWT menguatkan kita semua, terkhusus keluarga-keluarga yang tengah berduka. Semoga yang telah wafat diterima segala amal kebaikannya, diampuni dosanya, serta dapat meraih surganya Allah SWT, Aamiin ya Rabbal ‘aalamiin.
Setelah perjalanan separuh Ramadhan ini, seyogyanya kita melakukan muhasabah, mengevaluasi diri masing-masing, apakah hari-hari Ramadhan kita sudah sesuai dengan tujuan akhir ibadah Ramadhan yang ingin dicapai, yaitu Menciptakan Insan yang Bertawa, sebagaimana Allah SWT sampaikan dalam Al Qur’an Surat Al Baqarah Ayat 183 ?
Diantara ciri khas bulan Ramadhan adalah tumbuh suburnya suasana keIslaman di semua tempat. Umat Islam mempunyai kesempatan lebih banyak untuk beribadah. Ibadah shaum merupakan sarana yang sangat efektif untuk menahan segala kecenderungan negatif dan memotivasi untuk melakukan semua bentuk kebaikan. Suasana ini memungkinkan peluang pahala di bulan Ramadhan lebih terbuka dan lebih luas.
Meskipun begitu, ada beberapa rambu yang perlu diperhatikan agar kita tidak menjadi orang yang menyia-nyiakan amal ibadah di Bulan Ramadhan ini :
1. Anggaplah Ramadhan kali ini adalah kesempatan Ramadhan terakhir.
Kehilangan momentum Ramadhan kali ini, berarti kita kehilangan momentum yang sangat berharga untuk kelanjutan kehidupan setelahnya.
2. Isilah Ramadhan dengan agenda yang jelas.
Tujuannya agar kita lebih mudah melakukan evaluasi terhadap kuantitas serta kualitas ibadah yang dilakukan.
3. Jauhi sikap menunda-nunda amal ibadah.
Jangan biasakan menunda-nunda berbuat kebaikan, niat baik maupun pekerjaan yang mendatangkan manfaat, apalagi sampai menunda-nunda ibadah. Karena itu, Allah SWT melarang hamba-Nya melalaikan waktu sedikitpun, termasuk menunda pekerjaan, dan jangan sampai hal ini jadi kebiasaan buruk diri kita.
4. Tanamkan sikap untuk tidak mudah tunduk pada perasaan lelah dari mengerjakan amaliyah Ramadhan.
Inti dari langkah ini adalah mujahadah atau melawan keinginan untuk tidak melakukan amal ketaatan dengan berbagai alasan. Sikap menghentikan keinginan nafsu, awalnya memang sulit, tapi hal itu bisa kita lakukan kalau kita bersungguh-sungguh.
5. Melakukan muhasabah dan evaluasi harian sebelum tidur terhadap amal yang telah dilakukan. Seperti ungkapan Umar bin Khattab “Hisablah dirimu sebelum engkau dihisab pada hari kiamat.”
6. Menghindari pekerjaan yang terlalu berat di siang hari.
Terlalu lelah, bisa mengakibatkan tubuh malas dan bisikan setan pun semakin punya alasan untuk melemahkan fisik kita.
7. Sedapat mungkin putuskan atau kurangi melakukan aktivitas yang bernuansa hiburan, yang tidak memiliki kaitan dengan ibadah di bulan Ramadhan.
8. Sering-sering dan perbanyak bertemu dengan komunitas dan lingkungan yang mengajak kita untuk mengingat Allah SWT.
9. Hindari terlalu kenyang ketika berbuka puasa, yang bisa beresiko bagi kesehatan.
10. Tunaikan ibadah sunnah i’tikaf di masjid dalam sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan untuk menggapai malam Lailatul Qadar.
Sesungguhnya sepuluh hari terakhir adalah saat perpisahan kita dengan Ramadhan yang sangat mulia dan dirindukan. Karenanya, saat itulah kita harus lebih memanfaatkan waktu sebaik mungkin.
Jadi, jelaslah bagi kita bahwa berkah dari Bulan Ramadhan hanya dapat dioptimalkan apabila kita memiliki perencanaan jelas, pelaksanaan yang benar, serta selalu membiasakan dengan evaluasi diri pada setiap ibadah Ramadhan kita. Tentunya optimalisasi berkah ini juga tetap berlaku bahkan harus lebih berkembang lagi pada pelaksanaan ibadah di 11 bulan lainnya diluar Ramadhan, sehingga keberkahan akan terus bersama hidup dan penghidupan kita di sepanjang usia, Aamiin ya Rabbal ‘aalamiin. Wallahu a’alam bishawab.
0 comments:
Posting Komentar
Silahkan Berkomentar...
- Harap sesuai dengan Konten
- Mohon Santun
Terimakasih Telah Memberikan Komentar.