Di muara Sungai Cisanggarung di pesisir laut Desa Karang Dempel Kecamatan Losari Kabupaten Brebes (Jawa Tengah), air yang dibawa dari mata air di Hulu Sungai Cisanggarung di Gunung Sintok Desa Tundagan Kecamatan Hantara Kabupaten Kuningan (Jawa Barat), dilakukan ngawor (air dituangkan) dari atas perahu, Minggu (4/7).
Air yang dibawa warga Desa Tundagan mewakili Hulu Sungai Cisanggarung diberikan kepada warga Desa Bunder yang mewakili puser (tengah) Sungai Cisanggarung dan diberikan kepada warga Losari yang mewakili hilir Sungai Cisanggarung lalu ditumpahkan ke laut.
Incu putu Cisanggarung Hulu, Tengah dan Hilir berangkat dengan kapal motor besar, namun hanya sedikit yang diperbolehkan ikut, meskipun animo warga pecinta lingkungan dan pelestari mangrove Losari cukup besar untuk mengikuti prosesi tersebut. Karena Rana Suparman, anggota DPRD Kuningan yang hadir di tempat tersebut dan telah lama turut mengikuti kegiatan Patanjala mengingatkan pelaksanaan prokes pencegahan covid-19 harus terus diterapkan.
Pemrakarsa dan sesepuh kegiatan, Kang Rahmat Leuweung menyampaikan bahwa ngawor ini adalah bagian dari ikhtiar, harapan serta doa agar jernihnya air dari hulu sungai, sampai ke hilir dan muara dengan tetap jernih.
“Secara sunatulloh, air yang mengalir dari hulu hingga muara dan ke laut, menguap dan tertiup angin kemudian turun hujan untuk mengisi “gentong” di hulu sungai. Kita yang manusia dan incu putu (masyarakat yang tinggal dan bergantung pada air) Sungai Cisanggarung berkewajiban turut menjaga keberlangsungan proses siklus air ini dengan turut memelihara aliran sungai. “Ngawor” atau menuangkan air dari hulu sungai ke muara, adalah ikhtiar, harapan dan doa agar air tetap jernih dan bersahabat tidak menimbulkan bencana bagi kita semua khususnya di areal sungai Cisanggarung,” ujarnya.
Seusai “ngawor”, Kang Rahmat yang telah belasan tahun meneliti beberapa aliran sungai di Jawa Barat diantaranya Cimanuk dan Cisanggaung ini menamai gerakan pelestarian alam ini dengan istilah Patanjala (Tanah air).
Menurutnya, patanjala bukanlah komunitas, bukan ormas, bukan paguyuban melainkan sebuah gerakan penyadaran pemeliharaan lingkungan. “Patanjala lebih merupakan sistem pengetahuan pemeliharaan dan melestarikan tanah dan air,” ujarnya.
Sawala (diskusi) patanjala di Rumah Baca Saku di Desa Prapag Kecamatan Losari yang biasa digunakan markas para pecinta lingkungan, hanya dilaksanakan sebentar, mengingat kondisi darurat PPKM yang membatasi.(red)
0 comments:
Posting Komentar
Silahkan Berkomentar...
- Harap sesuai dengan Konten
- Mohon Santun
Terimakasih Telah Memberikan Komentar.