Citra Salsabila
(Penggiat Literasi)
Pesantren sejatinya melahirkan generasi yang unggul dalam bidang adab dan akhlak. Terutama perkara ilmu agama tentu sudah menjadi makanan sehari-hari bagi santri. Ditambah lagi setiap aktivitasnya terkontrol oleh gurunya masing-masing. Ya, kehidupan pesantren akan begitu dirindukan bagi santri yang mengejar ilmu dengan ikhlas.
Namun saat ini pertentangan tengah terjadi di kalangan pesantren. Adanya pemikiran Barat menyebabkan pemerintah khawatir terhadap generasi yang dilahirkan. Yaitu, ide radikalisme.
Isu ini memang tak asing di telinga masyarakat kota. Tetapi hal yang berbeda ketika dibenturkan kepada para santri, tentu menjadi hal yang tabu (baca: tidak dipahami). Maka untuk mengantisipasi masuknya ide radikalisme, pemerintah berkeliling dan memberikan pidatonya berkenaan radikalisme.
Seperti yang terjadi di daerah Kabupaten Kuningan. Wabup HM Ridho Suganda, S.H., M.Si. mengunjungi pondok pesantren Ath Thoriqothul Jannah di Desa Mekarmulya, Kecamatan Garawangi. Beliau menyampaikan kepada para pengajar untuk mengedukasi santrinya terkait paham radikalisme, agar tidak terjebak masuk ke dalamnya. Sebab pondok pesantren merupakan tempat pendidikan yang memadukan antara ilmu agama dengan ilmu umum. Sehingga para santri yang lulus nantinya akan mampu bersaing di tengah masyarakat dan memajukan negeri (Radarkuningan.com, 03/09/2021).
Apa yang dikhawatirkan pemerintah Kuningan pun sejalan dengan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komjen Boy Rafli Amar menyatakan bahwa anak muda sangat rentan terpengaruh paham radikalisme. Dimana paham tersebut akan bersinggungan dengan terorisme, sehingga perlu diminimalisir dengan cara mengedukasinya. Beliau juga menambahkan agar ada kerja sama dengan masyarakat dalam penanggulangannya (Sindonews.com, 06/09/2021).
Makna dan Ciri-Ciri Radikalisme
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) bahwa radikalime adalah paham atau aliran yang radikal dalam politik, atau sikap ekstrem dalam aliran politik. Jika dalam istilahnya, radikalisme adalah paham yang menginginkan perubahan sosial dan politik dengan cara kekerasan atau drastis.
Sehingga menurut Sekretaris Jenderal MUI Anwar Abbas menyatakan bahwa paham tersebut akan memunculkan ketidakadilan, diskriminasi, dan sifat tercela. Walhasil, paham radikalisme sudah dianggap buruk bagi masyarakat. Karena telah mencederai kesatuan Indonesia.
Jika dilihat ciri-ciri orang yang terpapar paham radikalisme, maka pengamat inteljen Susaningtyas Nefo Handayani Kertopati menyebutkan ada empat hal yang perlu dicermati. Pertama, ada keinginan dihargai oleh orang lain karena tidak diakuinya di lingkungan masyarakat. Kedua, ada narasi yang membenarkan tindakan menuju keterasingan, terutama yang berbasis ideologi agama dan politik. Ketiga, adanya jaringan sosial yang menguatkan narasi tersebut. Keempat, adanya penciptaan lingkungan yang kondisif, sehingga dapat terus berkembang (Jatengnews.id, 31/08/2021).
Lantas bagaimana perkembangannya di Indonesia? Paham radikalisme ini muncul karena ada kejadian bom bunuh diri yang dilakukan oleh seorang Muslim. Menurutnya, apa yang dilakukan merupakan bagian dari jihad fisabilillah. Sungguh, mengaburkan makna yang sesungguhnya.
Selain itu, Indonesia dengan notebene-nya banyak kaum Muslim telah terpedaya oleh pemikiran Barat. Sehingga, ketika ada kelompok yang mengajak hijrah ke mempelajari Islam kaffah, itu dianggap kelompok radikal. Seperti yang diungkapkan oleh Profesor Ayzumardi Azra ada beberapa unsur yang terkategori kelompok radikal, yaitu menolak Pancasila, Bhineka Tunggal Ika dan NKRI; mempraktikan sikap kafir kepada rekan-rekan seagama yang berbeda pandangan; dan menolak toleransi serta kerja sama dengan penganut agama lain.
Tentu jelas sekali, paham radikalisme sangat dikhawatirkan semakin menyebar di masyarakat Indonesia, terutama kalangan generasi muda. Sebab, ada pencarian jati diri dan ketidakseimbangan emosional yang sebenarnya. Maka, perlu sekali pemerintah mengawasi paham ini agar tak semakin menyebar.
Akar Masalah
Radikal sendiri selalu dianggap negatif oleh kebanyakan orang. Padahal perlu penelaahan terlebih dahulu untuk memastikannya. Adanya makna positif bisa mengacu pada suatu pandangan keterbukaan dan sikap moderat dalam memahami segala sesuatu. Misalkan dalam memecahkan permasalahan, penyelesaiannya cenderung tuntas hingga ke akar-akarnya.
Adapun makna negatif, dapat mengarah pada satu pemahaman tentang sikap dan pandangan yang militan, kuat dan keras dalam memperjuangkan aspirasi pendapatnya. Misalkan adanya kekuatan militansinya terletak pada satu kecenderungan untuk menetapkan doktrin agama sebagai sebuah prinsip universal dalam mengatur tatanan yang ada. Namun caranya biasanya salah, yaitu dengan kekerasan.
Sejatinya, awal mula paham radikal dari tahun 2011. Kejadian runtuhnya gedung WTC di Amerika Serikat telah memberikan sejarah baru bagi umat Muslim. Barat mulai menyebarkan paham-paham yang tak sesuai dengan ajaran Islam. Seperti, makna jihad yang sejatinya harus dipahami pada konteks penyebaran agama Islam di ranah politik luar negeri, namun ini dipahami dengan melakukan bom bunuh diri.
Selain itu, makna bahasa arab. Karena, bahasa arab adalah bahasa terpenting yang harus dipelajari setiap Muslim. Dari sanalah setiap Muslim akan memahami AlQur'an. Bukan dimaknai sebagai radikal, atau bahkan menghantarkan pada terorisme. Tentu tidak tepat. Sehingga wacana ini akan menakutkan generasi untuk menjauhi bahasa arab.
Artinya ide radikal memang cara Barat untuk memecah belah umat Islam. Barat tentu tak menginginkan perdatuan umat Islam terjadi. Apalagi untuk bangkit. Sehingga, akan melakukan cara apapun untuk menghilangkan ide-ide Islam yang sesungguhnya dari benak kaum Muslim.
Pesantren: Pendidikan menuju Ide Islam Kaffah
Pesantren sejatinya memberikan pendidikan terbaik bagi para santri. Karena seperti sebuah embrio yang terus menerus akan berkembang menjadi manusia sempurna. Itulah pesantren. Darinya diajarkan nilai-nilai Islam yang mulia, kemudian melahirkan generasi taat dan taqwa kepada Allah Swt. dan Rasul-Nya.
Selain itu, pesantren dapat memberikan pendidikan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mengembangkan kreativitas para santri di tengah masyarakat. Sehingga akan terjalinanlah hubungan yang sinergis antara ilmu agama dengan ilmu pengetahuan.
Akhirnya, peran pesantren sangatlah penting bagi generasi yang mengenyang pendidikan di sana. Janganlah khawatir akan ide radikalisme selama konteksnya tepat. Karena sejatinya mempelajari Islam hingga ke akar-akarnya adalah sebuah kewajiban setiap Muslim.
Wallahu'alam bishshawab.
0 comments:
Posting Komentar
Silahkan Berkomentar...
- Harap sesuai dengan Konten
- Mohon Santun
Terimakasih Telah Memberikan Komentar.